Bab 2

Dia melumat bibir ku dengan lidah nya, lalu ke dadaku dan setiap inci tubuhku di lumatnya.Setelah itu dia... ~~~~~~Melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu pada tubuhku yang hangat dan menumpahkan segala hasrat terpendamnya di sepanjang malam hingga pagi menjelang. ~~~~~Ku buka perlahan mataku, kepala masih terasa agak pusing. Tangan dan kakiku masih terikat di sudut ranjang, telentang telanjang memperlihatkan area intimku yang menganga yang dari lubang nya perlahan mengalir cairan putih kental jejak kenikmatan bosku. Pikiranku menerawang pada kejadian semalam yang tak ku sangka itu benar benar terjadi bahkan aku masih terikat di sini. Yang tak habis pikir kenapa teman dekat ibuku ikut bersekongkol dengan bosku. Kenapa aku tak curiga dan menyadari semua dari awal. Aku menyesal dengan keadaan ini, hingga tak terasa air mataku mengalir di kedua sudut mata. ~~~~Pintu kamar bos ku terbuka, ternyata mbok Yem yang datang. Mulai dari detik ini aku sangat membenci wanita tua itu. "Kalo kamu mau benci sama si mbok ini silahkan !!!,Mbok lakukan ini juga terpaksa." mbok Yem memulai pembicaraan, tapi aku pura-pura tak mendengarnya. Dia lalu mendekati aku, menutupi area intimku dengan handuk putih. "Kalo kamu si mbok ceritain semuanya pasti ga akan percaya," ujarnya melanjutkan sambil membersihkan tubuhku. Mbok Yem membersihkan tubuhku dengan handuk kecil yang di celupkan ke dalam air. Setelah selesai membersihkan tubuhku dia membawa sarapan dan hendak menyuapiku. Aku tak mau membuka mulut untuk makan, lebih baik aku mati dari pada di jadikan budak seks oleh bosku. "Nur makan lah," pintanyaAku tetap tak mau, aku hanya ingin bisa lari dari tempat terkutuk ini. "Walaupun kenyataannya seperti ini, kamu harus tetap hidup, makan ya nur". Mendengar perkataannya membuatku menatap tajam wajah mbok Yem. "Kenapa aku harus hidup seperti ini mbok, apa salah nur, kenapa mbok tega sama nur?.teriakku dengan air mata yang tak terbendung lagi. Mbok Yem hanya tertunduk, dengan lirih dia berkata. " Maafin mbok nur, nanti kalau sudah waktunya mbok kasih tau yang sebenarnya" Mbok Yem lantas berlalu dari hadapanku meletakkan makanan di atas meja. ~~~~Dari kamar mandi bos ku muncul dengan hanya mengenakan handuk putih yang melingkar di pinggangnya. "Hey sayang kenapa makanannya di biarkan begitu saja?"Sapanya seraya mendekatiku. Aku sungguh tak Sudi melayani ucapannya, ku palingkan muka dari nya. "Haha, kamu sungguh munafik sekali nak." Nadanya sungguh seperti merendahkanku. "Kenapa tuan memperlakukanku seperti ini?Apa salah saya tuan?" Wajahnya mendekat ke wajahku dan menatap tajam "Hey kamu pikir apa yang kamu dapatkan semuanya bisa di peroleh dengan cuma-cuma?" "Apa maksud tuan?" "Oh kamu belum mengerti? Atau nenek tua itu belum menceritakan semuanya pada mu?" Bosku membuka semua tali yang mengikat tubuhku, menyuruhku untuk menemui mbok Yem. Setelah semua ikatan di lepas, aku kenakan pakaianku dan menemui mbok Yem. ~~~~"Mbok Yem.."Panggilku di depan pintu dapur. Mbok menoleh ke arahku. "Nur," jawabnya seraya mendekatiku. "Tolong beritahu aku semuanya? Apa semua ini memang sudah di rencanakan atau gimana?" Mata mbok berkaca-kaca dan menceritakan semuanya. Ia bercerita bahwa sebelum aku datang kesini bosku sudah berhubungan dengan keluargaku, bos bersedia memenuhi semua permintaan keluargaku. Seperti biaya pengobatan, renovasi rumah, biaya sekolah adik2ku dan yang lainnya. Dan sebagai balas budi keluargaku menyerahkanku pada bos. Mendengar keterangan mbok Yem, aku syok dan tak menyangka keluargaku sendiri tega menjualku. Aku hanya bisa menangis di pelukan mbok Yem yang juga ikut sedih. ~~~Sekarang semua sudah jelas, bila ini yang di inginkan oleh keluarga. Baiklah aku akan berbakti pada keluargaku. Aku kembali ke kamar bos ku. Setelah tau semuanya aku sangat merasa berhutang Budi pada majikanku, dengan segenap hati aku akan menyerahkan seluruh tubuh dan raga untuknya. Aku tau tuanku masih di kamar nya, segera bergegas menuju menemuinya. Ia nampak santai masih mengenakan handuk duduk di atas kasur berselonjor kaki menyenderkan punggungnya di depan dipan. "Ma.. maafkan saya tuan telah salah sangka terhadap tuan.". "Oh kamu dah ngobrol ya sama mbok mu.?". "Sus.. sudah tuan, sekali lagi saya minta maaf dan terimakasih udah nolongin... belum selesai aku berbicara tuanku langsung menyela... "Us... Us... Usss" pungkasnya sembari berdiri dan menutup mulutku dengan acungan telunjuknya. Kedua tangan besarnya meraih daguku mendekatkannya ke wajah ia, tanpa basa-basi ia melumat bibirku, "slurrpp .."" di hisap pula lidahku. Mulutnya begitu kuat menghisap lidah mungilku hingga terasa ngilu. Bibir tipis bagian atasnya pun ia perlakukan sama di hisap lalu di tariknya. Jemari besarnya meraba-raba di tubuh bagian bawah, hendak mencari cari celah di celana pendek nan ketat yang aku gunakan. Ia menggosok-gosokan jemarinya tepat di belahan lubang kenikmatanku yang masih terbungkus celana. Bibirnya kini merambah ke leher, di jilatinya pula lalu membuat tanda merah di samping kiri leherku. Tanda merah itu sangat jelas kontras dengan putih kulitku. Tuanku terlihat sangat ingin langsung ke intinya. Ia segera melucuti seluruh pakaian yang ku kenakan. Ia membaringkan tubuh molekku di atas ranjang. Kembali dengan posisi favoritnya, Aku telentang pahaku terbuka lebar memperlihatkan biji kenikmatan dari celah lubang kenikmatanku. Tanpa komando ia meletakkan lidahnya menempel di klitoris. "Emmhh..,sshh" hangat dan kenyal lidah menyentuh biji kenikmatan. Nafasnya memburu kencang di ujung kenikmatanku, panas dingin hawanya. Seperti orang rakus ia menjilati lubang kenikmatanku. "Emmhh.. oohh.. ahh" Badai kenikmatan ini melanda dan menyebar ke seluruh tubuh. Keringat dingin bercucuran, kedua pahaku bergetar kelojotan. Ia semakin bersemangat melihat respon yang aku alami. Lidahnya semakin menjadi jadi mempermainkan lubang kenikmatanku. "Aaahhh" Entah sudah berapa kali aku mengerang, tubuhku terangkat melepaskan cairan kenikmatan yang tak terbendung lagi. Aku lunglai tak berdaya Semuanya telah basah kuyup karena cairan kenikmatan bercampur keringat. Namun tiba-tiba di tengah kondisi nanggung dan tuanku hendak bersiap siap dengan rudal besarnya. Mbok Yem berteriak dari luar. "Tuan tuan ada nyonya" Sesegera mungkin ia mengakhiri aksinya. Ia bangun dari posisinya dengan panik, dan menyuruhku untuk keluar dari kamarnya. Belum sempat aku berpakaian ia menyuruhku bergegas untuk berpakaian di kamarku. Mbok Yem seperti sudah tahu apa yang harus di lakukan. Ia membawa seprai baru ke kamar tuan dan membersihkan kamarnya untuk menghilangkan jejak. ... "Tin tin tin" klakson mobil terdengar Sang nyonya minta di bukakan pintu. Yang keluar adalah tuan. "Mas kenapa kamu yang bukain gerbang?" "Mereka pada sibuk sepertinya" Jawab bos agak gugup. Mereka berjalan beriringan menuju rumah. Nyonya melihat mbok Yem tengah mencuci pakaian. Pandangannya nampak mencari cari seseorang yaitu aku. Namun aku tak ada di sekitar sana. Ia melihat kedapur yang nampak adalah peralatan makan yang masih kotor. Dalam benaknya sedikit bertanya-tanya sedikit curiga, "katanya pada sibuk tapi masih berantakan, nyuci baju jam segini?" Tapi nyonya tak mau ambil pusing ia kelelahan dan ingin beristirahat di kamarnya. Kecurigaan muncul kembali karena sore sore begini kamarnya nampak rapih. Mbok Yem segera datang membawakan minuman untuk nyonya. "Silahkan nyonya minumannya" "Taruh aja di atas meja mbok" jawabnya Sembari melepaskan pakaian dinasnya, lalu berpakaian minim berbahan lembut warna putih. Bos pria lalu datang menghampiri istrinya " kamu kecapean ya?" Istrinya sedikit tersenyum, mengangguk melepaskan kacamata. "Pengen di pijit" pinta istrinya manja. Istrinya tengkurap memeluk bantal, dan tuan meraih kaki jenjang mulusnya untuk di pijat. Tangan besarnya mulai memijat dari betis. Terasa Halus dan mulus terawat seluruh tubuh istrinya. Di tambah paras yang cantik menawan. Membuat semua pria pasti menginginkannya. Namun aku heran istrinya begitu sempurna, masih saja dia menginginkan wanita lain. Sudah setengah jam dia memijit sang istri, dan pijitannya mulai tak karuan mana yang sakit mana yang di pijit. Tuan menyingkapkan ujung baju yang menutupi bokong sintal sang istri. Tangannya meremas bokong itu, nyonya mengerti maksud suaminya. namun ia kelelahan, nyonya hanya bisa memasrahkan tubuhnya tanpa memberikan "perlawanan" di atas ranjang yang di inginkan oleh tuan. Tuan sebenarnya sudah bernafsu dari tadi, dan yang menjadi pelampiasannya adalah istrinya sendiri. Meski aku tadi yang membangkitkan gairah birahinya. Tuan melorotkan CD putih Sang nyonya. Lantas sedikit menjilati bibir kemaluan istrinya agar terasa licin. Tak sabar lagi, ia memaksakan rudal besarnya untuk masuk ke lubang kenikmatan nyonya. Tuan memposisikan nyonya seperti posisiku, terbaring telentang bibir kemaluan yang menganga membuat setiap pria yang melihatnya ingin memasukkan batang kejantanannya. Meski terasa kurang licin bagi nyonya tuan memaksakan kehendaknya. "Ah.." erang sang nyonya menahan sedikit perih di dalam lubang kenikmatannya. Tuan langsung menggenjot tubuh istrinya dengan keras. Membuat sang istri meringis kesakitan. "Ah..ah..ah.." Sungguh ngilu dan perih yang dirasa, Di tambah rasa capek dan lelah yang tengah melanda menjadikan sang nyonya hanya bisa pasrah mengerang. Ingin rasanya persetubuhan ini cepat berakhir. Setengah jam tengah berlalu, namun tuan belum mencapai klimaksnya. Sedangkan istrinya telah lunglai tak berdaya. Ia sedikit merasa kasian pada istrinya, tuan pun mengakhiri aksinya. Setelah kejadian itu, sang nyonya langsung tertidur pulas meninggalkan tuan yang masih belum terpuaskan. Pikiran tuan langsung mengarah kepadaku. Ia memastikan bahwa istrinya tengah tertidur pulas. Ia membangunkan istrinya perlahan, namun tak ada jawaban. Ia merasa yakin bahwa istrinya tengah tertidur pulas. Sesegera mungkin ia mencari keberadaanku. ..
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta