Bab 7

Nyonya dan mbok Yem baru sampai di rumah setelah hari mulai gelap. Mereka membawa banyak barang untuk keperluan sehari-hari selama satu bulan. Meja depan masih berantakan, gelas-gelas dan beberapa cemilan masih tersaji di atas meja. Aneh sekali nyonya tak marah melihat kondisi rumah yang masih berantakan. Mbok Yem berpikir apa yang aku lakukan selama mereka pergi. Kemana saja diriku pergi dan apa yang aku lakukan, sampai-sampai rumah masih berantakan. "Aduh, Nur kamu ngapain aja di rumah. Kok masih berantakan gini" mbok Yem menyalahkan ku dengan kondisi rumah yang tak terurus. "Tak apa mbok mungkin dia kelelahan habis bantuin para tukang ngambil barang-barang bekas" sahut nyonya. Nyonya lah yang paling tahu kondisi ku sebenarnya. Karena ia pula aku sampai terkapar di gudang pengap ini. Mbok Yem menaruh bawaannya ke dapur. Lalu membereskan meja di ruang depan. Menoleh ke berbagai sudut ruangan mencari keberadaan ku. "Kemana perginya kamu Nur?, Ah sudahlah mungkin dia lagi istirahat." Pikirnya. Mbok Yem segera menuntaskan pekerjaan rumah yang belum sempat aku kerjakan. Mulai dari membersihkan ruang depan. Menyapu di berbagai sudut rumah, dan menyiapkan makan malam sendirian. Ia nampak kesal harus mengerjakannya sendirian. Setelah semua tugasnya selesai ia pergi ke kamar, berharap menemukan keberadaan ku. Aku tak ada di sana. "Bener-bener kamu Nur jam segini masih belum nampak" Tapi rasa lelahnya setelah bekerja keras seorang diri memaksa dirinya untuk beristirahat. Ia membaringkan tubuh di atas kasur yang biasa kita gunakan untuk tidur bersama. Tak butuh waktu lama, matanya segera terpejam melepas lelah dan kantuk yang mendera. Sekitar pukul sebelas malam aku mulai tersadar, Rasa geli di organ intim membuat ku terbangun. Alangkah terkejutnya aku mendapati beberapa ekor tikus besar tengah asyik menjilati permukaan area kewanitaan ku. "Aww,, hushh hushh hushh." Nampak jijik dengan hewan-hewan nakal tersebut, lalu segera mengusir nya. Tikus-tikus itu berhamburan menjauhiku. Badan masih terasa berat, linu dan nyeri. Bekas cairan kental yang masih keluar terasa dingin saat ku raba. Dengan kondisi badan yang sudah pulih aku bisa bangkit berdiri. Mencari pakaian yang terlepas dari badan, tergeletak di sembarang tempat kotor itu. Celana dalam segera ku kenakan, dan semua pakaian yang tergeletak di atas lantai ku raih satu persatu untuk ku kenakan kembali. Pengalaman yang takkan pernah aku lupakan sepanjang hidup. Di setubuhi berkali-kali sampai pingsan di dalam gudang. Sungguh keterlaluan dan tak punya hati. Pasti mereka sengaja melakukan itu pada ku, dan ada seseorang yang menyuruh mereka melakukannya. Aku jadi teringat ketika pak Karmin menerima telepon dari seseorang. Mungkin mereka telah di suruh oleh si penelepon. Siapa orang yang menelpon itu, membuat tanda tanya besar yang ingin segera ku ketahui. .. Membuka pintu gudang yang terkunci dari dalam. Lalu keluar dari balik pintu. "Hhmmm, fyyiuuhh.." betapa segarnya menghirup udara di luar sini. Bergegas meninggalkan gudang menuju rumah. Nampak sepi sekali, nyonya rupanya sudah beristirahat di kamarnya. Mbok Yem juga aku lihat tidak ada di dapur maupun di sekitar rumah. Dia juga sudah beristirahat mungkin karena kecapekan mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Namun tuan besar belum datang, ia terbiasa pulang sampai larut malam. Lebih baik aku membersihkan tubuh yang belepotan cairan putih. Pergi ke kamar mandi samping dapur, menyalakan keran mengisi air di bak. Melepaskan semua pakaian yang kotor oleh debu dan bekas cairan kental. Mengambil gayung lalu ku siramkan air di atas kepala. Kesegaran menjalar ke sekujur tubuh, badan terasa bugar kembali di siram air yang menyejukkan hingga ke tulang. "Bbrr.. " dingin sekali rasanya. Menggosok-gosokkan permukaan kulit yang ternodai oleh cairan putih. Aku sampai berkali-kali membilas kan air di organ kewanitaan yang masih saja mengalirkan cairan putih kental. .. Pak Arga sang tuan besar telah sampai di rumah. Masuk ke kamarnya mendapati sang istri tengah tertidur lelap. Ia tak tega untuk membangunkan nya. Padahal kedatangannya ingin di sambut oleh istrinya, tapi sambutan hangat tak ia dapatkan darinya. Setelah menaruh perlengkapan kantor dan menanggalkan pakaian, ia hanya mengenakan celana pendek dan kaos dalamnya saja. Pergi ke ruangan tempat ia biasa bersantai sambil menonton TV. Sayup-sayup terdengar suara gemericik air di kamar mandi dekat dengan dapur. Ia tak sempat mencumbu lebih dalam dengan assisten pribadinya. Terganggu oleh urusan kantor yang lebih penting, sampai-sampai ia harus pulang larut malam. .. Sebentar lagi aku akan keluar dari kamar mandi. Namun tiba-tiba, oh tidak tuan besar sudah ada di ambang pintu dapur. Menatapku yang hanya mengenakan handuk putih yang melilit tubuh. Aroma kesegaran setelah mandi tercium membangkitkan hasrat gelora asmara yang belum tercurahkan. Ia menggenggam tanganku, mengecup mesra di bibirnya. Ingin sekali rasanya aku menolak, karena aku sudah menghabiskan seluruh tenaga dan waktu bersama tiga tukang yang bejat memperkosa secara bergantian. Tubuh ini masih merasakan sakit, linu dan perih. Namun tangannya memaksa mendorongku untuk kembali ke kamar mandi. Melepaskan handuk yang melilit di tubuh. Alangkah kagetnya ia mendapati tubuh ku yang penuh memar membiru. Aku pun mulai menyadari hal yang sama. Pantas saja tubuh ini terasa sakit, terdapat beberapa memar di bokong, selangkangan hingga dada dan pipiku. Juga terdapat tanda merah bekas cupangan. "Kamu kenapa Nur? Kok sampai memar-memar gini?" Ucapnya di dekat telinga sembari meraih pinggulku. Membalikkan badan berhadapan dengan paras tuan ku. Aku memeluknya sembari menangis di pelukan. "Hiks, a.. aku tadi.. ada yang menyelinap ke rumah kita tuan?" "Apa?! Apa yang mereka lakukan? Apa mereka hendak mencuri?" "Tidak, tuan. Entah apa yang mereka inginkan. Tapi yang jelas aku di sekap oleh mereka di gudang." "Lalu apa yang mereka lakukan pada mu? Apa mereka mencelakai mu?" "Iya, tuan. Mereka beberapa kali menampar . Bahkan menodai berulang kali." "Nur, Nur malang sekali nasibmu" Iya merasa iba melihat kondisi ku sekarang. Namun bukan berarti mengurungkan niatnya. Malah menambah beban derita ku. Rasa sakit di sekujur tubuh ini masih terasa, ia malah menambahnya. "Plakk" "Aww,," tangan menampar di bokong sintal ku. Kembali membalikkan badan ku setengah tengkurap membelakangi dirinya. Melorotkan celana pendeknya, mengeluarkan kejantanan yang sudah mengacung. Menyiramkan air ke bagian belakang tubuh, membasahi area bokong dan kaki. Tanganku menahan berat badan di dinding bak mandi. Seolah tak mengindahkan perasaanku yang masih terluka. Meski Area organ kewanitaan ini masih benar-benar linu dan perih. Tuan ku tak menghiraukannya, Bergegas segera melesakkan kejantanannya. Paha kanan ia angkat dan di tahan supaya mempermudah jalan masuknya batang kejantanan. Slebb. Lagi lagi seseorang menyetubuhiku, bahkan di saat aku merasakan sakit dan perih di organ persenggamaan. Aku hanya bisa pasrah meringis menerima perlakuan dari nya. Aku bak boneka pemuas nafsu belaka, di bolak balik dengan berbagai posisi ter nikmat bagi dirinya. Di genjot terus menerus tiada henti, menghabiskan separuh malam bersama dirinya di kamar mandi. Tumit terasa gemetaran tak sanggup menopang tubuh ku sendiri. Sedang ia asyik menghujamkan batang kejantanan mengaduk-aduk daging mentah nan hangat di dalam rongga kenikmatanku. "Ah ah ahh, emmhh.. ahh." Rintihku perih dan keenakan menerima setiap sodokan darinya. Ia menyalakan kran air agar suara persenggamaan ini tak terdengar, tersamarkan oleh gemericik air yang menggelontor di kamar mandi. "Ooohh, emmhh.. " mataku merem melek terasa kejantanannya mentok menyundul- nyundul dinding rahim. Hingga sekitar hampir satu jam ia mencicipi kemolekan tubuh hangat ini. Ia pun segera menuntaskan persenggamaan nya. "Crooooooootttt.." Cairan kenikmatan yang kental memenuhi rongga peranakanku hingga sesak. Ia melepaskan cengkraman dari pahaku. Dan aku sudah tak kuasa menahan diri ku sendiri, terlalu perih dan sakit di rongga ini. Hingga aku pun terkulai jatuh di pelukannya. "Nur, nur. Ya ampun dia sampai pingsan. Maaf ya Nur aku mungkin terlalu memaksamu." Tuanku segera menutupi tubuhku dengan handuk yang tadi aku kenakan. Lalu menggendong di pangkuannya mengantarkan sampai ke atas ranjang kamar ku. ...
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta