Bab 5
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja.
Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku.
Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku.
Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku.
Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku.
Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya.
Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja.
Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat.
"Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu.
Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku.
Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher.
Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher.
Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu.
Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali.
Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana.
Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya.
Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak.
Lidah itu terasa sangat licin dan hangat.
Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut.
Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat.
Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik.
Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya.
Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan.
Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih.
Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan.
..
Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya.
Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya.
Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku.
Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri.
Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya.
Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya.
"Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya."
Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya.
Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya.
"Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya."
Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat.
...
Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju.
"Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku.
"Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku.
"Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya.
Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah.
Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan.
Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar.
Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang.
"Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang.
Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan.
Tapi itu belum cukup,
Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka.
Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih.
Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit.
Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan.
Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan.
Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan.
"Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif.
Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya.
Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam.
"Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil.
Tubuhku mengejang terangkat keatas, paha bergetar seakan tubuh ini hendak menyemprotkan sesuatu.
Mereka telah menyadari bahwa aku telah larut dalam kenikmatan rangsangan yang mereka lakukan.
Kemudian menambah semangat untuk terus menjilati areanya masing-masing.
Tubuhku terus mengejang keenakan, peluh keringat bercampur liur dari para tukang yang menjamah tubuhku. Rasanya aku tak tahan lagi menahan gejolak birahiku sendiri.
Dadaku kembang kempis, namun masih asyik di jilati dan di hisap oleh pak Karmin.
Pahaku menggelinjang hebat ke kanan dan kiri, tubuh terangkat seperti hendak menumpahkan sesuatu.
Dan..
"Aaa,, eemmhh . Eeeeuurrrhhh..!!"
Cairan kenikmatan pertamaku menyemprot hangat keluar.
Membasahi muka pak Doyo.
Tanpa rasa ragu, ia menghisap dan menghabiskan cairan bening yang keluar dari lubang kenikmatan.
Bahkan ia sampai melumat seluruh permukaan organ intim kewanitaanku. Hanya untuk menghabiskan seluruh cairan yang tersisa.
"Ssluurrpp"
..
Orgasme pertama membuatku lunglai dan tak mungkin untuk melawan memberontak aksi mereka.
"Gimana dek? Enakkan? Nih kalau mau kita akan bikin kamu puas."
Aku hanya diam saja, tak mau menjawab pertanyaan yang hanya meledekku.
Pak Darmaji berdiri melepaskan cengkraman tangannya, lalu menghidupkan kembali sumber penerangan di gudang.
..
Begitu lampu itu dinyalakan, nampak lah sedikit cairan bekas orgasmeku membasahi lantai.
Mereka terpingkal dengan keadaanku yang sok-sokan menolak, namun akhirnya merasa keenakan bahkan sampai orgasme pula.
"Dasar wanita, ogah-ogahan kalau di minta. Giliran di pake malah dia yang keenakan. Haha."
"Udah cepetan, kita gilir wanita ini."
Pak Darmaji dan pak Doyo duduk di samping kiri dan kanan, pak Darmaji memegang kaki kanan dan kiri di pegang oleh pak Doyo.
Membuat posisiku menjadi split tapi sambil tidur telentang.
Tubuhku yang sudah tak mengenakan pakaian terlihat begitu indah di mata mereka. Atau bahkan di mata setiap lelaki normal yang dapat melihat kondisiku pada saat ini.
Tanganku menghalangi area vital yang menganga karena kedua kakiku di bentangkan sangat terbuka.
Biji kecil yang mengintip dari balik celah, nampak sangat jelas. Jelas sekali terlihat di depan mata pak Karmin.
Mulutnya sudah berhadapan dengan bijih kecil tersebut.
Ia menjulurkan lidahnya, beberapa saat menjilati dengan rakusnya.
Pria setengah baya itu melorotkan celana beserta pakaian dalamnya.
Mengeluarkan batang kejantanan yang berukuran besar panjang, serta menampakkan urat-urat nya.
Aku hanya menggeleng kepala, memberi isyarat agar ia tidak memasukkan benda itu pada lubang kenikmatan yang sudah menganga.
Ia tak memperdulikan sama sekali apa yang ku pinta, badannya sudah sangat dekat selangkangan.
Posisinya berjongkok di depan selangkangan ku.
Batang miliknya di gesekan di permukaan belahan organ kenikmatanku.
Slebb .
Batang itu melesak masuk ke dalam rongga hangat tubuhku.