Bab 6
Di ruang kerja tuan besar pak Arga, masih nampak termenung duduk di kursinya.
Terdengar suara mengetuk pintu ruangan.
"Masuk..!!"
Nella assisten pribadinya datang dengan membawa berkas di tangannya.
"Permisi pak, ini ada dokumen penting yang harus bapak tandatangani."
Penglihatannya beralih pada assisten pribadinya.
Matanya memandang bentuk indah dada sang assisten. Nampak menonjol dari balik blues kemeja.
Rok pendek ketat yang ia kenakan berwarna coklat.
"Tutup dan kunci pintunya !!"
Nella sangat paham betul dengan sikap dan perilaku bos besarnya.
Sudah bertahun-tahun ia telah terbiasa dengan kebiasaan sang bos.
Setelah menutup rapat dan mengunci pintu, ia melangkah mendekati pria paruh baya tersebut.
Seperti yang sudah biasa ia lakukan, duduk di atas pangkuan paha si pria.
Tangannya membukakan dokumen yang ia bawa, lalu menerangkan secara terperinci mengenai isi dan maksud dari dokumen itu.
Sang bos mulai menggerayangi dada sintalnya, namun matanya tetap memperhatikan dokumen yang ada di depannya. Sembari mendengarkan keterangan dari wanita yang duduk di atas pahanya.
"Dokumen ini akan kita kirim untuk klien, hhhmm aarrggh."
Ucapnya sembari menahan rangsangan di dadanya.
"Apa dia akan setuju?"
Nella berkedip mesra menatap wajah bosnya,
"Apa anda mulai meragukan ku?"
"Oh bukan begitu maksudku, sayang."
Bosnya sangat menghargai kemampuan sang assisten dalam melobi klien. Tanpa perlu berbicara panjang lebar dan negosiasi yang tak berujung.
Ia bisa menggaet klien dan melancarkan bisnisnya.
Nella memanfaatkan kemolekan dan kehangatan tubuhnya untuk meluruskan jalan perusahaan.
Suatu keuntungan tersendiri bagi dirinya dan sang bos.
Dengan demikian perusahaan dapat berjalan dengan pesat.
Ia pun menjadi salah satu anak buah kesayangan bos.
..
Pak Karmin menghentakkan badannya mendorong kejantanan masuk ke lubang kenikmatan ku yang terasa masih sempit. Karena sudah licin, benda itu bisa bebas mengobrak-abrik rongga hangat kenikmatan.
"Uugghh.. sempit betul punyamu dek."
"Ah ah ah ah," desahku seirama dengan keluar masuknya batang kejantanan milik pak Karmin.
Desahku membuat hasrat si pria semakin bertambah.
Kedua tangan mencengkeram erat di selangkangan. Menambah laju kecepatan genjotan nya.
"Oohh,, ahh.. emmhh."
Aku telah larut dalam cumbuan nya , merasakan ujung kejantanan mendobrak-dobrak mentok mengenai bibir rahim.
Di tambah jilatan-jilatan di kedua bukit kembar mengkilat basah oleh peluh keringat ku sendiri yang di lakukan oleh orang yang berada di samping ku. Membuat ku merasa mabuk kepayang hanyut terbawa kenikmatan yang menjalar dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Aku pun melenguh panjang,
"Ah ah ah, emm.. aaaaahhh.. "
Badan mengejang terangkat keatas sembari memercikkan air kenikmatan.
Pak Karmin semakin liar melihat ekspresi di wajahku yang di landa kenikmatan, hantaman-hantaman nya semakin kuat dan kencang.
Hingga akhirnya aku merasa alat kejantanan milik pak Karmin berdenyut denyut, seperti hendak menyemburkan sesuatu.
Tak lama berselang, kocokan cepat di rongga peranakan akan segera ia akhiri.
Ia membenamkan seluruh batang kejantanannya, hingga benar-benar mentok mengenai dinding rahim. Dan.
"Ceerrr"
Cairan kenikmatan putih kental menyembur, menghangatkan rongga peranakan ku.
"Aahh, .. " nikmat sekali rasanya ketika cairan itu tumpah ruah memenuhi rongga kewanitaanku.
Setelah kejantanannya lemas mendingin lalu mengecil ke ukuran semula. Ia pun mencabutnya,
Ketika benda kesayangan miliknya tercabut, cairan putih kental bekas cumbuan nya mengalir banyak dari belahan alat kewanitaanku.
Menjalar dari lubang turun ke selangkangan lalu menetes ke lantai.
Tangan pak Karmin sesaat mengorek-ngorek lubang itu, hendak memberikan jalan agar cairan putih kental bekasnya segera keluar.
Namun pak Doyo nampak tak sabar, bergegas bertukar posisi dengan pak Karmin. Hasratnya telah menggebu-gebu disaat ia menonton adegan dewasa secara nyata langsung di depan mata.
Mereka pun terus bergantian menjamah tubuh, memenuhi hasrat bejatnya lalu menumpah ruah kan padaku.
Hingga aku merasa sudah tak kuat meladeni hasrat birahi mereka yang seakan tiada henti.
Mereka berpikir kapan lagi bisa mendapatkan keberuntungan seperti sekarang, dapat mencicipi tubuh indah ku sepuasnya.
Tanpa adanya kekuatan hukum yang akan menjerat, bila aku tak melaporkan perbuatan mereka.
Badanku sudah terasa amat linu, pedih dan lunglai. Tapi mereka belum juga puas. Setelah kejantanannya orgasme, mereka kembali mengoleskan minyak yang dapat membantu kejantanan untuk segera berdiri kembali.
Lagi dan lagi hal itu terus di lakukan, bahkan bukan hanya lewat rongga peranakanku saja.
Tapi mereka memaksa untuk memasukkan kejantanannya di lubang belakang.
sangat pedih dan sakit sekali benda itu menusuk-nusuk dari belakang.
Namun mereka tidak mengindahkan rasa sakit yang aku derita.
Terus saja berbuat sekehendaknya.
Aku sangat ingin menyudahi pergumulan yang sudah tak wajar dan sangat menyiksaku.
Hanya bisa meringis dan meronta pelan agar mereka menghentikan aksinya.
Dari luar tak terdengar suara apapun, entah tuan atau nyonya ku sudah pulang atau belum aku tak tahu.
Aku masih bersama mereka, dengan perlakuan-perlakuan tak pantasnya mereka lakukan.
..
Bunyi ponsel terdengar dari atas meja, rupanya itu adalah milik pak Karmin yang di taruh di sana. Orangnya masih asyik mencumbu tubuh bagian belakang.
Ia menyuruh pak Doyo untuk mengambilkan ponsel milik nya.
Sambil menggenjot lubang belakang , ia menerima telepon dari seseorang.
"Wah bu bos, hey dek. Ini nyonya kamu yang telpon. Kamu diem ya."
" Halo Bu bos,?
"Gimana pak? Apa bapak sudah selesai kami akan segera pulang."
Iya mendekatkan ponsel nya ke wajah ku yang sedang meringis, antara kesakitan dan keenakan berbaur menjadi satu.
"Aahh aahh aahh,, ohh ohh.. ja.. jangan di situ pak.. oohh.. sakit. emmhh.. oohh.. sa. Sa.."
Ia kembali menaruh ponselnya di telinga,
"Ok, kerja kalian sangat bagus. Besok kalian kembali ke sini."
...
Sambungan teleponnya telah berakhir, mereka pun bergegas segera mengakhiri aksinya.
Pak Karmin yang memulai dan dia yang akan mengakhiri pergumulannya.
Mungkin ini kali kelima ia akan menumpahkan kembali hasratnya.
Aku sudah tak bisa merasakan apapun.
Meski pak Karmin menyodok-nyodok ku dari belakang, sampai ia melenguh menumpahkan cairan orgasmenya kembali di lubang belakang.
Kedua temannya pun sudah berkali-kali menyetubuhiku.
Hingga aku pingsan di tengah pergumulan, karena tak sanggup lagi melayani hasratnya.
Lalu aku tersadar kembali, dan mereka masih melakukan itu pada ku.
Namun kini Mereka pun akan menyudahi aksinya.
Kembali mengenakan pakaian masingmasing.
Membiarkan ku terkapar sendiri di gudang.
bermandikan air bekas kenikmatan
di hampir seluruh permukaan kulit.
Mengalir dari lubang depan maupun belakang.
Pedih dan pilu mendapati tubuh dalam keadaan seperti itu.
Seluruh badan terasa lemas, tak sanggup aku menopang tubuh sendiri untuk berdiri.
Hanya bisa meratapi kepedihan yang telah ku rasakan.
Kenapa kemalangan ini terjadi padaku.
Kenapa tak ada seorang pun di rumah ini yang peduli apalagi untuk menolong.
Mereka semua pergi seperti membiarkan kesempatan pada ketiga orang itu untuk menikmati tubuh ku yang lemah ini.
Air mata ini seperti sudah mengering kehabisan untuk mengalir kembali, tak dapat lagi menghiasi kepedihan ku.
Perlahan mata ini mulai terpejam, rasa perih dan lelah terasa menyelimuti tubuh yang terkulai.
Dan aku pun terlelap dalam kepedihan ini.
..