Bab 4 Nona, Apa Kamu Mau Menikah Denganku?
"Ambil kembali semua barang-barang ini!"
James masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Joko untuk membawa pulang semua barang-barangnya.
"Apa?!"
Jangankan Joko, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini!
"Semua harga barang-barang ini mencapai puluhan miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Joko tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.
20 miliar memang bagi Joko bukan apa-apa, tapi bagi James sekeluarga itu bagaikan gunung emas!
"Ya, tidak mau!"
James berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"
Melihat adiknya yang begitu baik hati, Jane pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya.
Sedangkan Dania, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?
"Haha, baiklah!"
Joko mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua barang-barang itu kembali.
Karena takut cucu perempuannya tidak percaya, dia bahkan menunjukkan rekaman video kepada Elsy.
"Elsy! Sudah kukatakan kalau pria itu bisa bertahan dengan ujian ini!"
"Kalah bertaruh, maka kamu harus cepat menikah dengannya dan cepat berikan cicit padaku!"
Joko memaksa untuk menikah.
Elsy sama sekali tidak berkutik, tapi dia selalu menyelesaikan masalah dengan baik dan cepat. Karena dia telah kalah dari kakeknya, maka dia harus menangani masalah ini besok. Kalau tidak, mungkin telinganya tidak akan lepas dari jeritan kakeknya yang terus mendesak!
Keesokan paginya, James mendapatkan telepon dari orang yang tak dikenal.
"Anak muda, karena kamu tidak mau menerima pemberian dariku, maka aku akan mengenalkanmu seorang istri, kamu tidak akan menolaknya, 'kan?"
Mendengar suara ini, James pun langsung mengenalinya yang tak lain adalah pria tua yang aneh itu.
"Pak Tua, apa kamu bekerja di perusahaan penipu? Apakah ini jenis tipuan baru?" tanya James seraya tersenyum.
Tentu saja James tidak mengira kalau Joko adalah seorang penipu, karena dari auranya sudah bisa ditebak kalau pria tua ini adalah orang kaya!
Namun, rencana apa yang dibuat olehnya sampai-sampai tertarik padanya?
"Haha, aku memang mempunyai ide! Aku ingin mencarikan istri untukmu, apa kamu takut?"
Joko sengaja memprovokasinya.
"Kebetulan sekali, aku takut akan semua ide yang ada, tapi aku tidak takut akan ide untuk menikah!" jawab James dengan tegas.
Kencan buta kemarin adalah ke-18 kalinya dan dia sudah hampir mati diomeli oleh ibunya!
Sekarang, selama ada yang bersedia menikah dengannya, jangankan wanita, sekalipun hewan betina dia juga mau!
"Kalau begitu, kamu bawa semua dokumen yang diperlukan, kemudian datang ke kantor catatan sipil!" kata Joko.
Pergi ya pergi saja, siapa takut!
James benar-benar langsung berangkat ke sana.
Dari informasi yang diberikan oleh Joko, calon yang akan menikah dengannya merupakan eksekutif tinggi dari sebuah perusahaan, begitu pintar dalam berbisnis. Tapi, James sama sekali tidak mengharapkan wajah dari wanita tersebut.
Sebagai seorang dokter kandungan, dia sungguh tidak mempunyai rasa tertarik lagi dengan tubuh wanita, jadi dia tidak terlalu memedulikan postur tubuh wanita tersebut.
Satu-satunya permintaannya adalah semoga calon istrinya mempunyai karakter manusia yang baik!
Setidaknya jangan seperti Megan saja!
Namun, ketika dia tiba di kantor catatan sipil, dia malah tercengang.
Ternyata, Elsy!
Aura yang dipancarkan sangat dingin, dia sedang duduk di sebuah mobil sport berwarna merah, sekilas saja sudah bisa melihat kalau dirinya merupakan seorang wanita kaya. Ternyata, memiliki wajah yang sangat cantik juga bisa membuat orang lain tidak berani mendekatinya!
"Kenapa diam saja? Cepat kemari!"
Hanya dengan sebuah tatapan dari Elsy, itu sudah mampu membuat James mendekat dengan patuh.
Wanita ini memang pantas menjadi seorang eksekutif tinggi, auranya begitu kuat!
"Nona Elsy, kamu mau menikah denganku?"
James masih tidak memercayainya.
"Kenapa? Kamu tidak bersedia?"
Elsy mengerutkan keningnya, aura dingin yang dipancarkan oleh sekujur tubuhnya benar-benar sangat menekankan, orang biasa mungkin tidak sanggup menghadapinya!
"Aku bersedia! Kalau tidak, aku tidak akan datang hari ini!"
Jantung James berdetak dengan kencang, entah karena senang atau ketakutan.
Elsy memang sangat cantik, tapi sepertinya sangat sulit untuk hidup dengannya.
Namun, James hanya menginginkan sebuah formalitas pernikahan saja, jadi bukan saatnya untuk mempertimbangkan masalah ini sekarang.
"Masuklah, selesaikan secepatnya!"
Elsy langsung melangkah dengan kaki jenjangnya ke kantor catatan sipil. Dirinya suka menyendiri, bahkan untuk urusan menikah pun seorang diri.
Untung saja kaki James tidak pendek, jadi dia segera menyusulnya.
"Maukah kamu mempertimbangkannya lagi? Masih bisa dihentikan!"
Sebelum mendaftarkan pernikahan, Elsy pun kembali mengingatkan James.
Elsy tentu saja berharap James mundur, karena dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini, kalau James mundur, maka kakeknya juga tidak bisa memaksanya!
"Nona Elsy, kenapa aku melihatmu seperti ibu-ibu kalau dingin seperti ini, ya?" kata James seraya tersenyum.
Tatapan Elsy yang dingin seketika menjadi tajam, bagaikan pisau yang hampir saja mencincang James.
"Kalau begitu, jangan sampai menyesal nantinya!"
Ini adalah perkataan yang dilontarkan oleh Elsy sebelum menikah dengannya.
Sepuluh menit kemudian, keduanya langsung mendapatkan surat nikah dan berjalan keluar dari kantor catatan sipil.
Mereka sama sekali tidak mengobrol sepanjang proses terjadi, Elsy masih dengan wajah dinginnya. Hal ini membuat pekerja yang ada di kantor catatan sipil curiga kepada mereka, mungkinkah mereka datang ke tempat yang salah?
Ini mau menikah atau bercerai?
"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku dengan kakekku!"
"Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!"
"Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," kata Elsy dengan dingin.
Mendengar hal ini, hati James pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut.
Dia merasa, tidakkah Elsy salah berkata?
Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan oleh seorang pria brengsek kepada seorang wanita?
"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Elsy tiba-tiba.
"Ya."
James mengangguk, Elsy pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.
Presdir wanita Perusahaan Layle. Dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu membawa payung sebelum hujan!
"Apa maksudnya?" tanya James.
"Dunia kehidupan pada masyarakat memang selalu berpihak kepada pria, wanita yang sudah menikah akan pergi menetap di rumah pihak laki-laki, tapi aku tidak akan pergi ke rumahmu. Jadi, ini adalah rumah kita, kamu bisa tinggal di sini ke depannya, tapi aku biasanya tidak pulang ke rumah!"
Dalam satu kalimat, Elsy telah melontarkan dua kali kata 'tapi', hal ini membuat James benar-benar merasakan betapa dinginnya wanita ini.
"Kenapa aku merasa diriku seperti dipelihara?"
James seketika tidak ingin menerima kunci tersebut, ini berhubungan dengan harga diri.
"Ambil!"
Hanya sebuah tatapan dari Elsy, itu langsung membuat James menerima kunci tersebut.
Memang dasar seorang eksekutif tinggi, auranya sangat kuat!
"Baiklah, tidak melakukan apa pun memang sangat menyenangkan!"
Mau tidak mau, James harus menyepakati semua ini, pernikahan sudah dilakukan, bukankah dia hanya akan mencari masalah sendiri kalau mempeributkan masalah ini sekarang?
"Sampai bertemu!"
Elsy langsung berbalik badan hendak pergi setelah melontarkan dua patah kata tersebut.
"Tunggu, Nona Elsy!"
James langsung meraih pergelangan tangannya, tapi James langsung melepaskan tangannya begitu melihat tatapan dari Elsy, pergelangan tangannya seperti terpotong olehnya.
"Ada lagi?"
Elsy berkata dengan dingin, dia tidak suka dengan orang yang berbelit-belit, terutama seorang pria.
"Tiga hal!"
Menikah memang akan saling memengaruhi, jadi James pun langsung berkata sesuai dengan ritme Elsy.
"Pertama, tinggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi, dengan begitu aku bisa menghubungimu dengan mudah, kamu jangan menolak hal ini. Kamu menikah karena memenuhi permintaan dari kakekmu, begitu pula denganku. Aku menikah karena memenuhi permintaan ibuku. Bagaimana kalau sampai dia menanyakanmu, bukankah aku harus mencarimu?"
Meskipun Elsy orangnya sangat dingin, tapi dia selalu memikirkan logika yang ada, dia pun mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi cemberut, kemudian memerintah, "Pindahkan saja kode batang yang ada."
Ding!
Setelah menambahkan kontak WhatsApp, James pun kembali melanjutkan, "Kedua, aku akan menyetorkan uang sepuluh juta setiap bulan padamu, kamu bisa menganggap uang itu sebagai uang sewa rumah, juga sebagai janji yang aku ucapkan ketika kencan buta."
Elsy merasa konyol, dia pun tersenyum dengan sedikit menghina.
Sepuluh juta? Nominal segitu sama sekali tidak ada apa-apanya baginya.
Namun, dia juga tidak menolak pria ini.
"Ketiga, apa rencanamu tentang kehidupan intim sebagai suami istri?"
James tiba-tiba bertanya dengan raut wajah yang sangat serius.