Bab 6 Mahar
"Ibu, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti!"
James memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.
Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti.
"Baiklah kalau begitu!"
Dania terus melanjutkan, "James, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"
Eh, malam pengantin?
James sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.
Dia percaya kalau Elsy juga sama.
Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya.
Selamanya tidak akan mungkin!
Namun, James tetap mengangguk, "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ibu dan Kakak harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."
Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dania dan Jane kembali menangis.
Ayah James meninggal lebih awal, kedua wanita ini selalu melihat tumbuh kembang James. Jadi, mereka tentu saja merasa sangat tidak rela ketika melihat satu-satunya pria yang ada di rumah pergi sekarang.
"Jangan menangis, Ibu! Kalau James tidak tinggal dengan menantumu, bagaimana kamu bisa menggendong cucu?"
Jane membujuk ibunya dengan pelan, tapi dirinya juga tidak bisa menahan tangisnya.
Beberapa saat kemudian, Dania dan Jane mulai membantu James mengemas barang-barangnya.
Sebelum pergi, Dania memberikan sebuah kartu bank ke tangan James.
"Apa yang Ibu lakukan?"
James langsung mengembalikannya, dia tahu ibunya hanya mempunyai satu kartu bank, selain itu kartu ini juga masih berkaitan dengan jaminan sosialnya. Tapi, dia malah memberikan kartu ini padanya sekarang.
Bagaimana bisa seperti ini?!
"Ambil!"
Dania memaksa dan memerintah, "Anak orang lain menikah denganmu tanpa meminta mahar darimu, bahkan dia sudah membeli rumah untuk tinggal bersamamu. Jadi, kamu tidak boleh mengecewakannya dan memberikan apa yang seharusnya kamu berikan!"
"Ada 120 juta di dalam kartu ini, belikan cincin dan kalung berlian untuknya, mengerti?"
Hati James tiba-tiba sangat sedih!
Kasih orang tua memang tak terhingga!
James tahu kalau uang ini merupakan uang yang ditabung oleh ibunya untuk masa tua, ibunya sudah 57 tahun. Kalau sampai dia menggunakan uang ini, lalu bagaimana nasib ibunya kelak?
"James, Ibu memintamu mengambilnya, jadi kamu harus mengambilnya."
Jane terus memberikan tatapan isyarat kepada James.
Seperti pepatah yang mengatakan 'like mom like daughter', Jane tahu persis kalau sampai adiknya tidak mematuhi apa yang dikatakan oleh ibunya, ibunya pasti mencemaskan menantunya akan kabur.
Demi ketenangan ibunya, James pun harus menerima uang tersebut, kemudian memberikan kepada Elsy sebagai mas kawin terlepas dia mau atau tidak!
"Kamu harus berterima kasih kepada Ibu. Ingat untuk segera membawa istrimu pulang, biarkan Ibu dan Kakakmu bertemu dengannya!"
Jane kembali mengingatkan.
Sejatinya Jane juga merasa tidak tenang. Bagaimanapun juga, adiknya menikah secara kilat.
"Aku mengerti!" sahut James dan bergegas pergi.
Bukan karena dia tidak berperasaan, tapi dia takut ibu dan kakaknya melihat matanya yang memerah.
Dia tiba-tiba merasa sangat bersalah!
Ibunya hanya ingin dirinya menikah, tapi dia malah mencari seseorang untuk menemani sandiwaranya.
"Setidaknya, sebelum Ibu meninggal, pernikahan ini tidak boleh ketahuan kebohongannya …."
James bergumam sendiri, kemudian tiba-tiba ketakutan sendiri.
Bagaimana kalau sampai ibunya mengetahui bahwa dirinya dan Elsy hanya menikah secara formalitas saja? Ibunya pasti akan sangat tertekan!
Setelah keluar dari rumah, James pun mencari Komplek Aslon sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Elsy.
Tempat ini merupakan perumahan apartemen paling mewah yang ada di kota Wilom, harganya mencapai puluhan juta per meter persegi.
Ada banyak lantai di sini dan Elsy hanya memberitahuku nomor 1701, tapi tidak memberitahuku gedung yang mana!
Untung saja dirinya sudah meminta kontak WhatsAppnya setelah keluar dari kantor catatan sipil.
Dia pun bergegas menanyakan hal ini ke wanita tersebut!
James mengirimkan pesan suara kepada Elsy.
Meskipun sekarang sudah jam 6 sore, Elsy masih berada di kantor dan sedang mengadakan rapat.
Sebagai seorang presdir perusahaan, dia tidak akan melihat ponselnya selama rapat berlangsung.
Setelah menunggu sekian lama dan tidak ada balasan, James pun merasa kalau mungkin Elsy sedang tidak nyaman untuk mendengar pesan suara. Karena itu, dia pun mengetik pesan dan tetap tidak ada balasan setelah beberapa saat.
Melihat langit mulai gelap dan kondisi perut yang mulai lapar, James pun langsung melakukan panggilan video dengannya.
Dia tahu Elsy sangat dingin, sebenarnya dirinya juga tidak ingin meneleponnya.
Ketika keduanya sedang menambahkan kontak WhatsApp, Elsy pun tidak menambahkan kontak James ke ponselnya, jadi dia hanya melirik sekilas panggilan video dari nomor yang tidak dikenal ketika mendengar adanya nada dering panggilan video.
Situasi seperti ini memang sangat jarang terjadi!
Karena orang yang mengenalnya mengetahui seperti apa karakternya, dia akan membalas pesan dengan cepat kalau memang dirinya mau membalasnya. Tapi, kalau memang tidak ingin membalasnya, maka tidak ada gunanya sampai melakukan panggilan video padanya!
Melihat foto profil asing beserta dengan nama 'Low Profile', Elsy pun langsung memblokir tanpa basa-basi!
Aneh! Sejak kapan dia menambahkan kontak orang asing?
Melihat orang itu mematikan panggilannya, James pun yakin kalau Elsy sedang membawa ponselnya, jadi dia bergegas menelepon kembali.
Namun, siapa sangka tiba-tiba dia hanya mendengar suara operator: "Pihak lain telah mengaktifkan verifikasi teman, untuk sementara kamu masih belum menjadi kontaknya!"
Apa yang terjadi?
James tercengang, dia pun menatap layar ponselnya untuk waktu yang lama.
Apakah wanita itu sedang mempermainkan dirinya?
Untuk saja otaknya berpikir dengan cepat, dia pun teringat dengan Joko. Bukankah dia kakeknya?
Joko pernah menelepon James, James memang tidak menyimpan kontaknya, tapi dia masih ingat kalau Joko meneleponnya pagi ini. Karena itu, dia pun memeriksa riwayat panggilan.
"Pak Tua, apa maksud cucumu? Dia memintaku ke Komplek Aslon untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku."
"Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah ini semacam penipuan pernikahan? Tapi, aku tidak mempunyai uang untuk ditipu oleh kalian!"
Mendengar hal ini, Joko pun terdiam seketika.
Tidak heran cucu perempuannya mempunyai penyakit misandri ….
"Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"
Joko langsung menenangkan James, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya kabur.
Sedangkan keluarga Hagoon begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Elsy.
Kembali lagi ke sisi Elsy, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi!
Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya, dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya.
"Ada apa, Kakek? Aku masih rapat, apa Kakek tidak tahu?"
Joko tidak memedulikan rapatnya.
Lebih penting mana melahirkan seorang cicit atau mencari uang?
"Elsy, apakah kamu meminta James untuk tinggal bersamamu? Dia sudah sampai di kawasan apartemenmu, tapi dia tidak tahu gedung yang mana!"
Oh! Benar juga!
Elsy baru mengingat kalau dia sudah menikah hari ini!
Sial! Siapa nama pria itu tadi?
Pria, memang sangat menyebalkan!
"Tolong Kakek beri tahu dia kalau ada di gedung B."
Selesai berkata, Elsy pun langsung mematikan teleponnya. Kalau tidak, kakeknya pasti memintanya untuk menghubungi James secara langsung, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk menghubunginya.
Setelah meletakkan ponselnya, Elsy menyadari ada banyak orang yang diam-diam melirik ke arahnya.
Namun, karena dia adalah seorang presdir wanita di Perusahaan Layle, maka mereka pun hanya bisa bergumam di dalam hati, siapa yang berani menegurnya?
Hanya ada seorang gadis muda yang mendekatkan kepalanya, kemudian berbisik, "Hihi, Kak, apakah suamimu mencarimu?"
Elsy langsung meliriknya dengan dingin bagaikan sambaran petir.
Gadis itu pun langsung terdiam.
Gadis itu adalah Else Hagoon, tahun ini berusia 20 tahun, dia juga bersyukur karena umurnya jauh lebih muda dari kakaknya. Kalau tidak, orang yang disuruh menikah oleh kakeknya pasti dia.
Else juga sangat penasaran, pria seperti apa yang berani menikah dengan kakaknya yang mengidap penyakit misandri?
Hihi, berapa lama dia mampu menghadapi temperamen seperti kakaknya?
Tiga hari?
Mungkin dia tidak akan tahan dan langsung minggat di hari kedua!