Chapter 3 Bab 3 Kecelakaan Yang Memalukan
"Ya Tuhan, kenapa aku ceroboh sekali? Sial banget sih, aku hari ini. Mana yang keserempet mobil mewah lagi. Berapa kerugian yang harus aku ganti?"
Alletha bicara pada dirinya sendiri dengan terus memperhatikan mobil mewah yang ia serempet tadi. Mobil itu kini menepi tepat dibelakang motor Alletha.
Jantung Alletha terus berdetak tak karuan. Disisi lain, ia ketakutan karena ia sudah terlambat masuk kerja, sudah di pastikan ia akan dipanggil ke ruangan atasannya yang galak dan cerewet itu. Sejurus kemudian seorang supir yang berseragam hitam-hitam turun dari balik kemudinya. Ia melihat ada goresan yang cukup mencolok dibagian samping sebelah kanan mobil mewah itu.
Tubuh Alletha bergetar hebat, ia tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya sang pemilik mobil mewah itu. Sudah dipastikan sang pemilik mobil pasti akan sangat marah dan meminta ganti rugi dengan jumlah yang cukup besar.
"Hei, kamu ini gimana sih. Kamu tau gak, ini tuh mobil mahal! Tau gak berapa uang yang harus dikeluarkan untuk memoles kembali mobil mewah ini?" cerocos supir yang berbadan tinggi itu.
"Iya, Pak, maaf. Aku gak sengaja. Aku buru-buru tadi. Ini aja udah pasti terlambat. Pasti nanti aku ditegur sama atasan saya." Alletha mencoba memasang wajah memelas berharap supir itu mau memaafkannya.
"Kenapa kamu jadi curhat? Dasar gadis aneh!" umpat supir itu.
Sementara di dalam mobil, seorang pria dengan pakaian formal yang sangat rapih, diam-diam memperhatikan gadis yang menyerempet mobilnya. Ia sampai melepaskannya kacamata hitamnya demi melihat dengan jelas wajah gadis itu dan tersenyum sendiri melihat tingkah gadis yang kini sedang berseteru dengan supir pribadinya.
"Kamu pasti cuma karyawan biasa yang teledor! Mana mungkin gaji kamu cukup untuk mengganti kerusakan mobil ini, hah!" cemooh supir itu sembari berkacak pinggang.
"Loh, kok Bapak yang sewot sih? Bapak ini kan bukan yang punya mobil mewah ini. Aku yakin, pemilik mobil mewah ini pasti orangnya baik, ganteng, gak suka marah-marah kayak Bapak. Satu lagi, beliau pasti orangnya pemaaf," tutur Alletha dengan panjang lebar dan menekankan kata 'pemaaf'. Seketika sang sopir pribadi itu langsung melongo, melihat tingkah dari gadis yang berada di hadapannya.
Alletha tak menyadari jika si pemilik mobil mewah itu tengah memperhatikannya. Laki-laki yang berpenampilan nyaris sempurna itu kini sedang tertawa di dalam mobil mendengar pujian yang di ucapkan gadis yang menyerempet mobilnya. Tak ada rasa kesal ataupun marah pada gadis yang memakai rok span itu, baginya mobil ini bisa dipoles kembali. Masalah uang, ia tidak akan mempermasalahkannya. Ia hanya merasa lucu melihat ekspresi wajah dan tingkah si gadis itu.
"Udah, ah. Saya buru-buru, Pak. Saya benar-benar minta maaf. Saya janji, saya tidak akan mengulanginya lagi," celetuk Alletha yang kini tengah bersiap untuk menaiki motor matic-nya.
"Eehh ... tunggu! Main kabur aja! Kamu harus tanggung jawab dulu!" gertak Pak Supir seraya menarik tangan Alletha.
"Loh ... loh ... Bapak kok main tarik-tarik tangan saya, sih!" sahut Alletha dengan geram. Ia menarik kembali tangannya.
Athala yang sedari tadi diam memperhatikan Alletha dari dalam mobil kini beranjak turun dari mobilnya dan menghampiri mereka.
"Ehm ...."
Alletha dan sang sopir pribadi menoleh berbarengan ke arah suara itu. Mata Alletha membulat sempurna melihat seorang pria yang terlihat sangat tampan dan berpenampilan sempurna layaknya seorang bos muda. Ia merasa kikuk sekaligus malu. Tapi ada sedikit rasa tenang dihati Alletha saat teringat perkataanya yang tadi, saat ia memuji sang pemilik mobil mewah itu. Semoga saja apa yang di katakannya barusan benar-benar terjadi, bahwa pemilik mobil mewah itu adalah orang yang baik dan pemaaf.
"Tuan, maafkan saya." Sopir itu menunduk hormat pada Tuannya yang bernama Athala. "Mobilnya tergores karena gadis itu, Tuan," tuturnya tanpa berani menatap wajah sang tuan. Ia tetap menundukkan kepalanya.
Alletha merasa heran, apa memang harus bersikap seperti itu jika berhadapan dengan majikan. Athala hanya diam tak berkata sepatah katapun. Bahkan ia tak memperdulikan sopirnya yang sedari tadi menunduk. Athala justru berjalan menghampiri Alletha yang sedari tadi bengong melihat ketampanannya. Alletha berpikir jika ia tidak akan menemukan laki-laki tampan seperti yang sering ia lihat di drama korea favoritnya. Nyatanya saat ini, ia tengah berhadapan dengan laki-laki tampan seperti aktor favoritnya.
Jantung Alletha berdetak sangat cepat. Kini jarak antara Alletha dan Athala sangat dekat.
'Apa yang akan dia lakukan? Apakah ia akan menciumku? Atau justru ia akan menamparku karena mobilnya lecet olehku?' ucap Alletha dalam hatinya.
"Apa kamu tidak bisa mengancingkan kemeja dengan benar?"
"Eh, ma-maksud anda?"
Suara bariton milik Athala tepat didekat telinganya membuat Alletha panas dingin, apalagi saat Athala menanyakan sesuatu diluar dugaannya.
"Tuh!" Athala menatap ke arah bagian dada Alletha.
Sontak Alletha langsung menundukkan kepalanya melihat kancing kemejanya yang tidak benar. Bahkan ada satu bagian kancing yang tidak tertutup tepat dibagian belahan dadanya. Mukanya kini bak kepiting rebus.
Ingin rasanya Alletha menghilang dari muka bumi saat itu juga. Bisa-bisanya laki-laki tampan yang disebut tuan muda itu memperhatikannya sedetail itu. Dengan spontan Alletha langsung menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya.
"Dasar otak mesum!" umpat Alletha kepada Athala.
Athala merasa senang karena berhasil menggoda gadis cantik didepannya. Melihat wajah gadis yang sedang menahan malu itu, membuat Athala tak bisa menahan tawanya. Alletha yang tadinya merasa kesal, kini terpesona melihat Athala tertawa. Ketampanannya semakin bertambah saat Athala tertawa. Jarang-jarang Athala tertawa lepas seperti itu. Apalagi ditempat umum seperti ini. Bahkan supir pribadinya pun merasa heran melihat tuan muda bisa tertawa lepas dengan orang yang belum ia kenal sama sekali. Menurut sang supir, tuan muda Athala pribadi yang dingin dan kaku. Akan sangat sulit untuk mendapatkan perhatian darinya.
Athala baru menyadari jika ia kini tengah berada di pinggir jalan raya. Ia langsung menghentikan tawanya dan membetulkan posisi dasinya.
"Cepat berangkat ke kantor, sebelum saya yang sampai duluan!" Sekali lagi Athala membisikan satu kalimat tepat di telinga Alletha. Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Alletha yang masih berdiri mematung memandangi tubuh Athala yang semakin menjauh.
"Tuan muda, mobilnya, gadis itu?" Sang supir mencoba mengingatkan jika mobil mewahnya lecet akibat gadis itu. Tapi Athala tak menghiraukan perkataan supirnya, ia mengayunkan tangannya ke udara memberi isyarat untuk segera masuk ke dalam mobil.
Setelah keduanya sudah berada di dalam mobil, supir itu tetap merasa heran dengan tingkah majikannya. "Tuan muda, tapi ...." Ucapannya terpotong saat Athala memerintahkan untuk segera menjalankan mobilnya. Mau tak mau supir itu menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan Alletha yang masih berdiri mematung di pinggir jalan.