Chapter 5 Bab 5 Kedatangan Sang Pemilik Perusahaan
Bagi Alletha, mengerjakan pekerjaan Miss Margaret bukanlah suatu hal yang sulit. Bahkan ia sudah terbiasa dimintai tolong teman-temannya yang kesulitan untuk mengerjakan pekerjaannya.
"Alletha, kamu memang jenius. Tidak salah perusahaan Sastrawinata meminta kamu untuk bekerja di perusahaan miliknya," puji Margaret saat Alletha menyelesaikan pekerjaan Margaret dengan benar.
"Iya dong, Miss. Jarang-jarang ada karyawan yang jenius kayak aku gini dan berbaik hati mau mengerjakan pekerjaan atasannya," sahut Alletha dengan bangganya. "Seandainya big bos kita itu tau kalau aku sering mengerjakan pekerjaan Miss Margaret, bisa-bisa kita disuruh buat tukeran tempat deh."
"Hush, sembarangan kalau ngomong! Saya ini atasan kamu ya, Alletha. Jadi jaga bicaramu!"
Alletha tertawa terbahak. "Ucapan itu adalah doa, Miss. Mungkin saja suatu saat nanti justru aku yang jadi atasan Miss Margaret."
Margaret mengetuk kepala dan meja dengan tangannya bergantian. "Jangan sampe itu kejadian."
Alletha semakin tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah atasannya itu. "Saya berdoa semoga itu terjadi, Miss. Hahahaha ...."
"Lama-lama saya gila kalau kamu terus menerus berada di ruangan saya. Udah sana, kamu keluar dari ruangan saya! Sebentar lagi jam makan siang. Saya harus bersiap-siap untuk menyambut big bos. Jangan sampai gara-gara kamu, penampilan saya jadi berantakan," titah Margaret dengan geram seraya menunjuk pintu keluar.
Alletha pun langsung beranjak dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Sebelum ia benar-benar sampai di pintu, lagi-lagi Margaret memanggil namanya.
"Alletha!"
"Iya, Miss."
"Perbaiki penampilanmu! Jangan sampai memalukan diri sendiri! Masa atasannya cetar membahana seperti ini, pegawainya kucel begitu?" cibir Margaret seraya mengibaskan rambutnya yang berwarna pirang itu. "Apa perlu saya yang dandanin kamu?" tanyanya kemudian sembari berjalan mendekat ke arah Alletha.
"Eh, gak usah, Miss, makasih. Aku nanti dandan sendiri aja," jawab Alletha dengan cepat. Ia pun bergegas keluar dari ruangan Miss Margaret. Alletha bergidik ngeri jika sampai ia benar-benar didandani oleh atasannya itu.
"Lu kenapa, Alletha? Kayak abis dikejar-kejar hantu aja," tanya Siska bingung melihat sahabatnya datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Iya, gue abis dikejar miss perawan tua," sahut Alletha dengan nafas yang masih memburu.
"Loh, emang lu salah apa lagi? Sampai-sampai miss perawan tua itu ngejar-ngejar elu?"
"Gue gak ada salah apapun. Masa dia mau dandanin gue? Gila aja, yang ada tar gue udah kaya badut pancoran lagi kalau didandanin sama dia."
Siska tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataan Alletha.
"Ahahaha ... gue gak bisa bayangin kalau lu beneran dijadikan bahan percobaan sama miss perawan tua itu," ungkap Siska sembari terus tertawa dan memegangi perutnya. "Harusnya lu nurut aja sama dia, biar muka lu ada perubahan. Gak polos kayak gitu!" celetuknya kemudian.
"Sialan lu!" Alletha melempar pulpen yang ada ditangannya ke wajah Siska.
"Perhatian semuanya! Sebentar lagi owner perusahaan yang bernama tuan muda Athala akan tiba di kantor ini. Jadi, semua pegawai diminta untuk menyambut kedatangan beliau di depan kantor."
Miss Margaret memberikan instruksi kepada semua pegawainya agar segera menuju aula. Karena tuan muda Athala akan memperkenalkan diri di aula. Suara kasak-kusuk terdengar dari beberapa pegawai perusahaan terutama yang perempuan. Mereka sangat antusias menyambut kedatangan sang owner perusahaan. Para pegawai perempuan bahkan berlomba mempercantik diri demi mendapat perhatian dari sang big bos. Tak terkecuali Siska, ia pun sangat heboh dengan dandanannya. Mungkin hanya Alletha yang tidak terlalu memperdulikan penampilannya. Baginya, dia hanya ingin fokus bekerja di kantor ini dengan menunjukkan keahliannya bukan fisiknya.
Ada kabar mengatakan jika tuan muda Athala sedang mencari calon istri yang sepadan dengannya. Tak banyak yang tahu jika Athala sedang menjalin kasih dengan artis ibukota yang bernama Pamela. Pamela tidak ingin kehilangan para penggemarnya terutama para fans fanatik dari lawan jenisnya jika diketahui sudah memiliki pasangan. Padahal Athala sangat mencintai Pamela. Mau tak mau Athala mengikuti kemauan dari sang kekasih yang harus menutupi hubungan mereka.
Tuan muda Athala disambut dengan meriah olah para pegawainya. Mereka semua saling berbisik satu sama lainnya.
"Alletha ... gila, sumpah. Ganteng banget big bos kita ini. Udah kaya opa-opa Korea aja sih," celetuk Siska saat ia melihat Athala sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja dari dekat. Kebetulan, Alletha dan Siska berdiri paling depan. Alletha membulatkan matanya dengan sempurna. Ia tak menyangka jika pria yang sedang berdiri di depannya itu ialah pemilik mobil mewah yang ia serempet tadi. Alletha sampai mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia memastikan jika matanya masih berfungsi dengan benar.
'Ya Tuhan, kenapa harus dia si otak mesum yang jadi pemilik perusahaan ini?' Alletha berbicara dalam hatinya.
Selama acara berlangsung, Alletha terus menundukkan pandangannya. Ia tidak mau jika sang pemilik perusahaan itu mengenalinya.
"Selamat siang semuanya! Perkenalkan, saya Athala pemilik perusahaan ini. Saya merasa senang sekali bisa berkunjung ke kantor cabang ini. Semoga kalian bisa menjadi tim yang solid dan bekerja sama dalam mengembangkan perusahaan ini."
Saat Athala sedang berbicara di depan, ia tak henti-hentinya memperhatikan seorang gadis yang telah membuat mobil mewahnya lecet. Athala tertawa dalam hati melihat sang gadis yang salah tingkah. Bahkan ia terus menundukkan kepalanya dan tak berani menatap ke depan.
"Ehm, tolong perhatikan jika saya sedang bicara! Saya sedang bicara di depan bukan dibawah!" Athala sengaja berkata seperti itu agar Alletha bisa mengarahkan pandangannya ke depan.
Seketika Alletha langsung mendongakkan pandangannya ke depan. Ia merasa kesal sekaligus malu. Bisa-bisanya sang big bos mengetahui jika ia sedang menghindar bertatap muka langsung dengannya. Riuh semua para pegawai saling berbisik dan bertanya-tanya siapa yang dimaksud oleh sang pemilik perusahaan.
"Eh, Alletha, kayanya tu big bos lagi merhatiin elu, deh," celetuk Siska sembari menyikut tangan Alletha.
"Bu-bukan gue, mungkin yang lain." Alletha tidak mau jika teman baiknya itu tau kalau ia sebenarnya sudah bertemu dengan sang big bos dengan cara yang sangat memalukan.
Athala melanjutkan bicaranya hingga tiga puluh menit kedepan. Selama itu pula, Alletha merasa tidak nyaman. Dia sampai menahan ingin buang air kecil. Setelah tiga puluh menit berlalu Alletha langsung lari menuju toilet untuk mengosongkan kantung kemihnya. Ia orang pertama yang lari keluar dari aula. Tak peduli lagi dengan pandangan sang big bos.
Athala yang merasa heran dengan tingkah gadis itu, lalu menyusul Alletha.
"Hei, kamu yang menyerempet mobilku!"
Alletha langsung menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara bariton yang ia tahu siapa pemiliknya. Kini Athala berada persis dibelakang punggung Alletha. Alletha membalikkan badannya dan sedikit terperanjat saat ia mengetahui jika sang big bos berdiri sangat dekat dengannya.