Chapter 7 Bab 7 Gara-gara Miss Margareth
'Gue gak mau ketemu sama bos mesum lagi. Daripada gue ditagih buat benerin mobil mewahnya yang lecet gara-gara keserempet motor gue, mending gue buru-buru balik,' ucap Alletha dalam hatinya.
"Woy, kok bengong, sih! Perasaan dari tadi lu bengong terus, lagi mikirin apa, sih?" tegur Siska. Matanya mendelik sesaat pada Alletha lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
"Gak, gue gak bengong, kok," sanggah Alletha. Ia tidak mau jika kejadian memalukan yang ia alami tadi diketahui oleh sahabatnya.
"Lethha! Kayaknya lu lagi ada masalah. Lu kenapa, sih? Cerita dong sama gue." Siska memutar kursinya menghadap sahabatnya.
Alletha mendelik sejenak, "gue gak apa-apa, Siska, beneran."
"Gue itu tau elu, Letha. Tapi kalau lu belum siap buat ngomong sama gue juga gak apa-apa-apa. Gue tunggu sampe lu siap buat cerita sama gue."
"Iya, tenang aja. Tapi saat ini gue belum bisa cerita sama elu." Alletha memegang tangan Siska.
"Its ok. Gue bakal tungguin." Siska menganggukkan kepalanya dan membalas genggaman tangan sahabatnya.
"Thanks. Ngomong-ngomong, kerjaan gue udah selesai nih," kata Alletha. Ia menutup laptopnya lalu membereskan pekerjaannya dan menumpuk beberapa map yang akan ia serahkan pada Miss Margaret. "Gue balik duluan, ya. Lu gak apa-apa, kan, gue balik duluan?" tanyanya pada Siska.
Hampir setiap pulang kerja, Alletha dan Siska selalu pulang bersama. Semenjak motor milik Siska masuk bengkel, ia selalu menumpang pulang bersama Alletha yang kebetulan rumah Siska satu arah dengan rumah Alletha.
"Santai aja. Gue gak apa-apa, kok." Siska tersenyum pada Alletha.
"Thanks, ya." Alletha beranjak dari duduknya lalu membawa semua berkas yang telah ia selesaikan hari ini dan akan disetorkan pada Miss Margaret. Ia lalu berjalan menuju ruangan Miss Margaret.
Tok ... tok ... tok ....
"Permisi, Miss," ucap Alletha seraya membuka sedikit pintu.
"Ya, masuk aja," sahut Margaret dari dalam ruangannya. Ia sedang menyelesaikan laporan pekerjaan bulan ini dan harus segera ia berikan pada atasannya langsung yaitu tuan muda Athala. Selain itu ia pun sedang menunggu berkas-berkas yang sedang dikerjakan oleh Alletha.
"Ini, Miss. Berkas-berkas yang Miss kasih tadi ke saya sudah selesai dikerjakan. Saya mau pamit pulang, karena pekerjaan saya sudah selesai." Alletha menyimpan semua berkas yang ia bawa tadi ke atas meja kerja Miss Margaret.
Margaret menganggukkan kepalanya sebagai jawaban tanpa menoleh sedikitpun pada Alletha. Melihat Miss Margaret yang terlihat sangat sibuk, setelah menyimpan semua berkasnya di atas meja, ia membalikkan badannya dan melangkahkan kaki berniat untuk keluar ruangan. Karena ia berfikir jika tugasnya sudah selesai dan bisa segera untuk pulang ke rumah. Sayangnya langkah Alletha terhenti saat Miss Margaret memanggil namanya.
"Alletha, tunggu! Kamu mau kemana buru-buru banget. Tunggu sebentar, bantuin saya!" titah Miss Margaret. Ia memanggil Alletha, matanya menatap sejenak pada Alletha lalu kembali membereskan semua berkas dan memasukkan ke dalam map lalu disatukan dengan berkas yang Alletha berikan tadi tanpa ia periksa terlebih dahulu.
"Ada apa, Miss?" Perasaan Alletha sudah tidak enak. Pasti kali ini atasannya itu akan meminta pertolongan lagi padanya. Wajahnya ditekuk, jangan sampai rencananya kali ini yang akan pulang lebih cepat gagal karena Miss Margaret.
"Tolong saya, berikan semua berkas-berkas ini pada owner perusahaan ini yang barusan datang tadi!" titah Margaret.
Deg, dahi Alletha mengkerut, ia tidak mungkin salah dengar jika Miss Margaret menyuruhnya untuk menyerahkan semua berkas itu pada Athala, si bos mesum itu.
"Maksudnya, Miss?" Alletha berharap jika kali ini ia salah pendengaran.
"Ya ampun, Alletha. Saya barusan menyuruh kamu untuk menyerahkan semua berkas ini pada owner perusahaan ini yang barusan datang itu, loh, yang ganteng banget," tuturnya menjelaskan.
Alletha terperangah tak percaya mendengar perintah dari Miss Margaret. Mulutnya menganga tak percaya, bagaimana mungkin ia harus menghadap pada pemilik perusahaan yang sedang ia hindari saat ini. Sementara tujuan ia buru-buru untuk cepat pulang karena menghindari bertemu dengan si pemilik perusahaan yang mesum itu.
"Hey, bengong aja!" pekik Miss Margaret sembari menjentikkan jari telunjuknya di depan wajah Alletha.
Seketika Alletha mengatupkan mulutnya. "Ta-tapi, Miss. Saya harus buru-buru pulang. Lagian, pekerjaan saya disini sudah selesai."
"Sebentar, saya ada urusan yang harus segera saya kerjakan. Jadi saya tidak bisa mengantarkan berkas-berkas ini kepada Pak Athala."
Miss Margaret menyerahkan semua berkasnya kepada tangan Alletha. Mau tak mau Alletha menerimanya dengan terpaksa. Tubuhnya sampai kewalahan menahan beratnya semua map yang diberikan oleh Miss Margaret. Sampai-sampai tingginya map hampir menutupi sebagian wajah Alletha.
"Tapi, Miss, sa-saya ...."
"Ini adalah perintah! Jadi kamu tidak bisa membantah perintah atasan. Mengerti?" Dengan cepat Margaret memotong ucapan Alletha.
Jika Margaret sudah berbicara seperti itu, Alletha tidak bisa lagi membantah perintahnya. Mau tak mau ia harus menuruti semua perintah dari atasannya itu. Dengan terpaksa, Alletha menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Bagus! Saya harus buru-buru pergi, soalnya ada janji dengan orang," ucap Margaret sembari memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Lalu berjalan menuju pintu.
'Ah sial, kenapa harus gue sih yang nyerahin semua berkas-berkas ini sama si bos mesum itu. Sial bener hari ini, gue. Niat hati cepet-cepet pulang biar gak ketemu sama si bos mesum, eh, ini malah gue suruh masuk ruangannya. Dasar sial!' ucap Alletha dalam hatinya.
"Thanks, ya, Alletha. Kamu memang pegawai yang paling baik. Saya doakan semoga kamu segera mendapatkan jodoh," ujar Margaret sebelum ia benar-benar keluar dari ruangannya.
"Semoga kamu cepat mendapatkan jodoh, ya," cibir Alletha mengulang kembali ucapan atasannya itu. "Gak nyadar apa kalau sendirinya yang lama gak dapat jodoh. Lah, gue, gini-gini juga udah punya tunangan. Ya, walaupun cowoknya gak gue suka juga. Tapi setidaknya gue udah ada yang mau. Kalau ngomong gak disaring dulu. Dasar Miss perawan tua!" umpat Alletha setelah Miss Margaret benar-benar pergi meninggalkan ruangnya.
Alletha berjalan dengan kesusahan, untuk menuju pintu saja dia harus berjalan hati-hati, kalau tidak, semua berkas-berkas yang berada ditangannya akan jatuh berhamburan. Bahkan untuk menutup pintu ruangan Miss Margaret pun ia tidak bisa. Alletha terpaksa memanggil ofice boy yang kebetulan lewat ruangan Miss Margaret.
"Eh, tolong, tutupin pintu ruangan ini, ya. Saya susah soalnya," titah Alletha pada seoarang office boy.
Tanpa menunggu jawaban dari office boy tadi, Alletha langsung berjalan menuju tempat kerjanya dengan susah payah. Siska membulatkan matanya saat melihat sahabatnya membawa tumpukan berkas yang ada ditangannya.
"Huh, gila tuh Miss perawan tua. Masa gue disuruh nganterin semua berkas ini. Mana banyak banget lagi," gerutu Alletha sembari menyimpan semua berkas yang ada ditangannya.