Chapter 8 Bab 8 Untung Ada Siska

Siska membulatkan matanya, "sebanyak ini?" pekiknya. Matanya menatap tumpukan berkas yang kini berpindah pada mejanya. Alletha menganggukan kepalanya sebagai jawaban, "gila kan! Gue yang niatnya mau buru-buru balik, eh, malah dikasih kerjaan sama miss perawan tua itu," dengus Alletha. Terlihat ia sangat kesal sekali. Beberapa teman kantornya pun menertawakan kesialannya. "Apa, lu!" seru Alletha saat memergoki salah satu temannya yang sedang menatapnya sambil menertawakannya. "Eh, ngomong-ngomong, lu gak sial dong," cetus Hana. "Lu harusnya seneng disuruh sama miss perawan tua buat ngasih berkas sebanyak ini ke ruangan direktur utama yang barusan tadi datang. Ini kesempatan lu buat tebar pesona sama direktur yang ganteng itu," imbuhnya kemudian. Hanya bagi Alletha yang menganggap jika perintah Miss Margaret adalah sebuah kesialan. Akan tetapi tidak bagi pegawai lainnya, karena ini adalah kesempatan bagi mereka yang ingin bertatap muka langsung dengan sang presiden direktur utama yang ganteng itu. "Ye ... itu sih elu! Gue sih, gak, ya!" bantah Alletha. Ia kini dilanda kebingungan. Bagaimana caranya masuk ke dalam ruangan direktur tanpa bertemu dengannya. Ia memutar otaknya sembari mengetuk-ngetuk meja kerja milik sahabatnya itu. "Lu kenapa sih, kayak kebingungan gitu?" tanya Siska yang heran melihat tingkah sahabatnya. "Ya, gue emang lagi bingung. Gue males buat ketemu sama direktur kita itu," ungkap Alletha. "What? Lu gak sakit, kan?" Siska memegang dahi Alletha. Memastikan jika sahabatnya itu tidak sedang sakit dan baik-baik saja. Dengan kesal Alletha menyingkirkan tangan Siska dari dahinya. "Apaan, sih, lu! Gue gak sakit. Lagian apa hubungannya coba sakit sama gak mau ketemu sama direktur kita itu?" "Hello ... disaat semua pegawai wanita disini saling mengincar buat bisa ketemu langsung sama direktur kita yang super ganteng itu, nah elu malah menghindar. Kan jadi aneh, gue," cerocos Siska. "Terserah elu, deh! Gini aja, lu mau kan ketemu sama direktur kita yang paling ganteng itu?" tanya Alletha pada Siska. Siska menatap wajah sahabatnya dengan serius dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Bagus. Sekarang lu bangun dari duduk lu," titah Alletha dan Siska menuruti semua perintahnya seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. "Lu bawa semua berkas ini ke ruangan direktur. Ok!" imbuhnya kemudian. "Apa? Sebanyak ini?" Lagi, Siska membulatkan matanya. Ia seperti baru tersadar dari hipnotis yang diberikan oleh sahabatnya. Alletha tak sanggup menahan tawanya melihat ekspresi wajah Siska. "Iya lah. Kan tadi lu sendiri yang mau ketemu langsung sama direktur yang paling ganteng itu," jawabnya. "Iya, tapi lu gak liat apa, tu berkas banyak banget. Gimana caranya gue bawa semuanya ke ruangan direktur?" keluh Siska. "Yaelah, tadi aja gue bisa bawa sendiri dari ruangan miss perawan tua itu kesini," tutur Alletha. "Lah, lu kan deket, dari ruangan miss perawan tua kesini kan deket banget. Lah, gue, lu gak mikir, ruangan direktur utama ada dilantai lima. Sementara kita ada dilantai dua. Belum gue kudu jalan dulu ke lift. Gak mikir lu!" gerutu Siska. Alletha menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "he ... kan gue lupa kalau ruangan direktur utama itu ada dilantai lima," sahutnya. "Lagian miss perawan tua itu gimana sih, parah banget, nyuruh gue ke lantai lima bawa berkas sebanyak ini." Kini giliran Alletha yang merasa kesal dan baru menyadari jika ia tengah dikerjai oleh atasannya itu. "Ye, baru inget lu? Gimana sih," seru Siska. Alletha mengetuk-ngetuk meja kerja Siska , ia sedang memikirkan sesuatu. "Ah, gue ada ide. Gimana caranya lu bisa bawa berkas sebanyak ini ke ruangan direktur utama," cetusnya kemudian. "Gimana?" Siska mencondongkan tubuhnya mendekat pada Alletha. "Kita bagi dua nih berkas sama gue. Nah, kalau udah depan pintu ruangan direktur, lu harus bawa semuanya. Biar gue gak usah ketemu sama si muka mesum itu," tutur Alletha. "Apa lu bilang, si muka mesum? Maksud lu bos kita muka mesum?" tanya Siska heran dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu. Menyadari pertanyaan Siska, Alletha langsung menutup mulutnya. Ia baru menyadari jika ia keceplosan mengatai jika direkturnya itu si muka mesum. "Buka, bukan bos kita yang muka mesum. Tuh kan, gue salah ngomong jadinya, soalnya gue lagi buru-buru banget nih, jadi belibet deh ngomongnya," kilahnya membohongi Siska. "Jadi gimana, nih. Setuju, kan? Yang penting lu bisa ketemu sama direktur kita yang paling ganteng itu, kan?" imbuhnya kemudian. "Em, ok lah, kalau begitu. Yang penting kan dari sininya sama elu, ya?" tanya Siska memastikan. Alletha menganggukkan kepalanya memberi jawaban. "Ya udah yuk, kita berangkat sekarang. Biar cepet selesai, terus gue bisa cepet-cepet buat balik." Ia menyerahkan sebagian tumpukan berkas pada Siska. Mereka pun langsung bergegas jalan ke lift yang tak jauh dari meja kerjanya. Sementara itu, diruang kerjanya, Athala sedang menunggu kedatangan Alletha. Sebenarnya, dia lah yang memberi perintah pada Miss Margaret untuk menyuruh Alletha mendatangi ruangannya. Tapi Athala tidak ingin Alletha mengetahuinya, jika dia lah yang menyuruh Miss Margaret untuk memanggilnya. Ia ingin mengenal lebih jauh pegawainya itu. Awalnya, Miss Margaret bingung dengan perintah dari atasannya itu. Tapi ia pun tidak ingin banyak tanya tentang hal ini. Akhirnya, ia mencari alasan untuk bisa menyuruh Alletha pergi ke ruangan direktur utama. Miss Margaret merasa sedikit kesal pada Alletha, karena direktur utama yang paling ganteng itu justru ingin pegawainya yang datang untuk menyerahkan laporan bulanan padanya. Miss Margaret akhirnya mengerjai Alletha dengan memberikan banyak berkas untuk dibawakan ke ruangan direktur utama yang berada di lantai lima. Ia tahu pasti Alletha akan sangat kewalahan membawa banyaknya berkas yang ia berikan. Selain itu, ia pasti akan kena marah oleh sang direktur karena membawakan yang bukan seharusnya ia bawa. Miss Margaret tertawa dalam hati saat membayangkan wajah Alletha yang kewalahan membawa banyak tumpukan berkas yang tidak penting, dan saat ia dimarahi oleh sang direktur utama. Sayangnya, sepertinya rencana Miss Margaret untuk mengerjai Alletha gagal total. Karena justru Alletha meminta bantuan pada sahabatnya untuk membawakan berkas ke ruangan direktur. "Nah, ini dia ruangan direktur utama," seru Alletha saat ia membaca tulisan yang menempel dipintu. Siska mengangguk, "bener, nih. Aduh, gue kok jadi deg-degan begini, ya," ungkapnya. "Lebai, lu! Kaya mau ketemu sama pacar aja, pake deg-degan begitu," sahut Alletha. "Ini lebih dari sekedar ketemu pacar gue. Pokoknya beda rasanya, udah kaya mau ketemu sama calon masa depan gue," celetuk Siska dibarengi dengan tawanya yang sumringah karena akan bertemu cowok idolanya. "Terserah lu, deh!"
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Bab 1 Ditagih Rentenir Chapter 2 Bab 2 Uang Mahar Untuk Alletha Chapter 3 Bab 3 Kecelakaan Yang Memalukan Chapter 4 Bab 4 Persiapan Menyambut Sang Pemilik Perusahaan Chapter 5 Bab 5 Kedatangan Sang Pemilik Perusahaan Chapter 6 Bab 6 Akhirnya Bertemu Juga Chapter 7 Bab 7 Gara-gara Miss Margareth Chapter 8 Bab 8 Untung Ada Siska Chapter 9 Bab 9 Memergoki Ronald Chapter 10 Bab 10 Kenyataan Yang Menyakitkan Chapter 11 Bab 11 Dewi yang Terus Beralasan appChapter 12 Bab 12 Menolak Dengan Tegas appChapter 13 Bab 13 Putri Kesayangan Ayah appChapter 14 Bab 14 Mencari Pinjaman appChapter 15 Bab 15 Mempertahankan Harga Diri appChapter 16 Bab 16 Mencari Tau Tentang Alletha appChapter 17 Bab 17 Berdua di Dalam Lift appChapter 18 Bab 18 Lebih Memilih Uang appChapter 19 Bab 19 Informasi Tentang Alletha appChapter 20 Bab 20 Athalla yang Bucin appChapter 21 Bab 21 Menuju Ruang Big Bos appChapter 22 Bab 22 Menghadapi Dua Pria Absurd appChapter 23 Bab 23 Tawaran Kerjasama appChapter 24 Bab 24 Menunggu Jawaban Alletha appChapter 25 Pilihan yang Sulit appChapter 26 Berdua Dalam Lift appChapter 27 Mengikuti Alletha appChapter 28 Mengalah Demi Alletha appChapter 29 Merasa Tidak Asing appChapter 30 Memergoki Pamela appChapter 31 Akhirnya Ketahuan appChapter 32 Mengambil Keputusan appChapter 33 Tak Ada Pilihan Lain appChapter 34 Penjelasan Pamela appChapter 35 Merayu Athalla appChapter 36 Curiga appChapter 37 Mengerjai Pamella appChapter 38 Godaan Pamella appChapter 39 Hampir Saja appChapter 40 Pulang Bersama appChapter 41 Kebut-Kebutan appChapter 42 Ketiduran appChapter 43 Makan di Pinggir Jalan appChapter 44 Obrolan di Rumah Sakit appChapter 45 Memancing Perasaan Athalla appChapter 46 Cepat Menikah! appChapter 47 Kebetulan appChapter 48 Bertengkar Hebat appChapter 49 Meminta Restu appChapter 50 Meyakinkan Kakek Rama appChapter 51 Terpaksa Berbohong appChapter 52 Permintaan Dadakan appChapter 53 Make Over Alletha appChapter 54 Bersyukur appChapter 55 Perhatian Athalla appChapter 56 Kontrak Kerjasama appChapter 57 Kembai ke Kantor appChapter 58 Berbohong appChapter 59 Mengunjungi Rumah Alletha appChapter 60 Persiapan Lamaran appChapter 61 Kembali ke Rumah Alletha appChapter 62 Kedatangan Kakek Rama yang Tiba-tiba appChapter 63 Terpesona appChapter 64 Kedatangan Ronald appChapter 65 Meminta Kembali Uang Mahar appChapter 66 Barang-Barang Mewah appChapter 67 Akhir Cinta Alletha dan Athalla app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta