Chapter 4 Bab 4 Persiapan Menyambut Sang Pemilik Perusahaan
Sementara itu, dipinggir jalan, Alletha masih shock dengan kejadian yang menimpanya tadi. Bukan peristiwa saat ia menyerempet mobil mewah yang membuat ia shock. Tapi perkataan sang tuan muda yang membuat Alletha kini masih membuat ia berdiri mematung di samping motornya. Setelah sadar bahwa ia sudah terlambat, ia langsung bergegas naik motor dan menjalankan mesin motornya. Tak lupa sebelumnya ia telah membetulkan posisi kancing kemejanya.
"Alletha, lu kok bisa telat gini, sih!" tegur Siska sahabat baik Alletha. Alletha yang baru saja sampai dan langsung duduk di kursi belakang mejanya. Ia menyimpan tasnya dan mulai membuka berkas-berkas yang sudah ada di mejanya. "Lu gak takut ditegur Miss Margaret?" tanyanya lagi.
"Panjang ceritanya, tar aja gue ceritain pas jam makan siang.".
Alletha masih fokus pada berkas yang ada di mejanya.
"Siang nanti, kantor kita bakal kedatangan big bos dari kantor pusat."
"Terus?" Alletha nampak tak peduli dengan ucapan Siska.
"Dari kabar yang gue denger, kalau big bos kita itu orangnya masih muda, ganteng, cool, tapi sayang katanya galak banget," cerocos Siska. Ia kini kembali ke mejanya yang berada di samping meja Alletha.
Alletha masih saja fokus pada pekerjaannya. Ia tak memperdulikan ocehan Siska kali ini.
"Lu kok, diem aja sih. Lu liat dong gue. Barusan gue dan semua karyawan cewek yang ada disini langsung dandan abis-abisan demi menyambut big bos kita itu. Soalnya big bos kita itu paling gak suka sama cewek yang gak memperhatikan penampilannya. Kayak lu, gitu." Siska masih terus berusaha mempengaruhi Alletha agar ia mau sedikit saja memoles wajahnya dengan makeup.
"Alletha!!"
"Apa lagi?"
Alletha menatap wajah Siska sejenak, lalu ia kembali fokus pada berkas yang ada ditangannya.
"Lu denger gue ngomong, gak, sih?" gerutu Siska dengan kesal.
"Iya, gue denger."
"Denger apa?"
"Big bos yang ganteng banget itu mau datang, terus kalian semua heboh, dandan secantik mungkin demi menarik perhatian big bos. Gitu, 'kan?"
"Nah, lu pinter." Siska menjentikkan jarinya. "Alletha!!" Siska sekali lagi memanggil namanya, tapi kali ini suaranya nyaris tak terdengar.
Alletha yang masih fokus pada kerjaannya tak menyadari jika Margaret sang kepala divisi kini tengah berdiri di belakangnya. Margaret terkenal galak dan cerewet. Jika salah satu pegawainya melakukan kesalahan sekecil apapun, ia tak segan akan menghukumnya. Miss Margaret, panggilan khusus untuk Margaret. Semua pegawainya harus menyebut dia dengan panggilan 'Miss'. Margaret tidak ingin kalah saing oleh para pegawainya, terutama yang perempuan. Tapi, para pegawainya sering memanggilnya dengan sebutan miss perawan tua. Karena diusianya yang hampir menginjak kepala empat, ia belum juga menikah.
"Apaan, sih, dari tadi lu ngajak gue ngobrol mulu. Tar kalau gue ketauan sama miss perawan tua itu, abis deh gue kena hukuman," gerutu Alletha yang tak menyadari jika Margaret berada tepat di belakangnya.
"Ehm ... siapa yang perawan tua?"
Alletha langsung terlonjak kaget saat ia menoleh kebelakang. Tampak Margaret yang sedang melipat kedua tangannya di dada dengan mata membulat sempurna. Tampilannya kali ini membuat Alletha ingin tertawa terbahak. Bagaimana tidak, makeup yang ia pakai sangat berlebihan. Dengan blush-on berwarna pink dan shadow pink menyala dan lipstik pink. Semuanya serba pink. Rambut yang biasanya ia gelung ke atas, kini sengaja ia gerai demi menarik perhatian sang big bos. Rok sepan berwarna putih ia padukan dengan kemeja pink dan sepatu hils berwarna merah.
"Alletha! Kenapa kamu senyum-senyum sendiri, hah? Ada yang lucu sama saya?" bentak Margaret.
"Enggak, Miss. Itu, eemm ... Miss Margaret kali ini terlihat sangat cantik dengan rambut digerai seperti itu terlihat lima tahun lebih muda."
Dalam hati Alletha tertawa terbahak-bahak. Apa yang ia ucapkan berbanding terbalik dengan kenyataannya. Margaret yang tersipu malu mendengar pujian dari Alletha hampir saja lupa akan tujuan yang sebenarnya.
"Masa sih, Alletha? Benar, aku terlihat lima tahun lebih muda?"
Alletah mengangguk dengan cepat. "Beneran, Miss."
"Alah, kamu ini bisa-bisanya cari muka sama saya. Pujian kamu itu tidak bisa mengubah keputusanku kali ini. Kamu harus dihukum karena kamu telat hari ini."
"Jangan gitu, dong, Miss. Please ... aku janji gak akan telat lagi!" rengek Alletah sembari memasang wajah memelas. "Lagian kerjaanku hari ini banyak banget. Kalau aku jalanin hukuman dari Miss, kerjaannya kapan selesainya dong. Bukankah siang ini akan kedatangan big bos? Itu artinya, sebelum jam makan siang semua pekerjaan ini harus segera selesai."
"Hem ... bener juga kamu, ya." Terlihat Margaret sedang mempertimbangkan perkataan Alletha tadi. "Eh, tapi, itu kan salah kamu sendiri. Kenapa kamu datangnya telat? Udah tahu hari ini bakal kedatangan big bos dari kantor pusat. Harusnya kamu bisa mempersiapkan diri dengan datang pagi-pagi."
Alletha tak kehabisan akal, ia akan terus merayu Margaret agar ia tak kena hukuman kali ini. "Gini aja, deh. Gimana kalau pekerjaan Miss kali ini aku yang mengerjakan. Miss fokus sama penampilan Miss saja. Supaya Miss tetap tampil cantik di depan big bos. Kali aja big bos mau melirik Miss kali ini. Aku jamin, big bos pasti melirik Miss dan terpesona akan kecantikan Miss Margaret."
"Ah, kamu ini memang paling pinter mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Kali ini saya setuju sama kamu. Tapi ingat, kalau kamu telat lagi, saya gak akan segan-segan menghukummu. Ingat itu!"
"Siap, Miss Margaret yang cantik!"
"Setelah pekerjaanmu selesai, segera keruangan saya untuk mengerjakan pekerjaan saya. Paham!"
Alletha menjawabnya dengan anggukan, sementara Margaret kembali ke ruangannya. Ada sedikit lega di hati Alletha, karena kali ini ia lolos dari hukuman Miss Margaret. Biasanya Margaret tak segan-segan memberi hukuman untuk membersihkan seluruh ruangannya dan membersihkan toilet. Hal yang sangat menjijikkan bagi Alletha jika harus membersihkan toilet.
"Untung lu orangnya pintar, kalau nggak, lu pasti harus membersihkan toilet kantor ini. Huh, gak banget deh!" celetuk Siska yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya.
"Iya dong, punya otak pintar itu harus dimanfaatkan. Percuma kalau otaknya pinter tapi dianggurin. Ya gak?" sahut Alletha sembari menaikkan kedua alisnya.
"Iya aja deh."
Siska dan Alletha kini kembali fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Alletha memang terbilang gadis yang pintar. Saat lulus kuliah dulu, ia berhasil mencapai gelar cumlaude. Bahkan saat ia lulus kuliah, banyak perusahaan yang menawarkan untuk bisa bekerja di perusahaan tersebut. Termasuk perusahaan milik Sastrawinata yang menawarkan pekerjaan padanya. Alletha memilih untuk bekerja di perusahaan milik Sastrawinata. Perusahaan yang bekerja di bidang properti. Selain gajinya besar, seleksinya sangat ketat untuk bisa masuk ke perusahaan milik Sastrawinata. Suatu keberuntungan untuk Alletha bisa bekerja di perusahaan milik Sastrawinata.