Bab 1 Kalau Tidak Mengaku Kesalahanmu, Kamu Harus Terus Berlutut
Keluarga Kesuma di Komplek Kemenangan No 1 kota Pranto.
Hari ini adalah malam Tahun Baru Imlek, jadi ada banyak lampion di kediaman, sehingga membuat kediaman Keluarga Kesuma yang biasanya terasa dingin menjadi agak ramai.
Tiba-tiba, terdengar suara histeris yang menghancurkan ketenangan ini.
"Ah …."
Seorang wanita yang hamil jatuh dari tangga disertai dengan suara "bang, bang, bang".
Semua orang berseru kaget dan segera berlari ke sana.
CEO keluarga Kesuma, Amir Kesuma buru-buru bertanya, "Shinta, bagaimana kondisimu?"
Ada darah yang mengalir di sepasang kaki wanita itu, lalu dia berkata dengan takut dan wajah pucat, "Kak Amir, sakit sekali … anak kita … cepat tolong anak kita!"
Nyonya Intan pun panik dan segera bertanya, "Ada apa ini?!"
Shinta menatap ke arah tangga sambil menangis.
Ketika semua orang menengadahkan kepala, mereka melihat gadis berusia 3 tahunan berdiri di sana. Melihat semua orang sudah datang, dia pun memeluk kelinci di pelukannya dengan erat.
Tuan Bagas sangat marah, "Apa kamu yang mendorong Shinta?!"
Gadis itu mengatupkan bibirnya. "Bukan aku, aku tidak …."
Shinta menangis sambil membujuk, "Bukan … Ayah, ini bukan salah Fiona, dia masih kecil, dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak sengaja …."
Kata ini menyatakan bahwa Fiona-lah yang mendorongnya.
Sepasang mata Amir terlihat sangat dingin, lalu dia langsung berkata tanpa menanyakan hal yang terjadi, "Pelayan, kurung dia ke loteng kecil itu, aku akan memberinya hukum setelah aku kembali!"
Semua orang mengantar Shinta ke rumah sakit dengan panik.
Sementara Fiona diseret ke atas sampai satu sepatunya lepas, tapi dia terlihat sangat keras kepala, bahkan tidak menangis atau memohon.
Loteng kecil itu tidak ada lampu maupun penghangat ruangan, jadi sangat gelap dan dingin. Setelah mendengar suara jendela "plak", Fiona pun merasa tempat ini akan muncul monster ….
Fiona memeluk boneka kelincinya dengan erat dan menyusut di sudut.
Dingin sekali ….
Tapi dia tidak mendorong orang, kenapa tidak ada yang percaya dengannya?
Orang-orang selalu bilang bulan sembilan belum begitu dingin, tapi terdengar suara angin yang keras dari luar, bahkan masuk ke dalam melalui celah jendela. Angin itu juga menerpa ke tubuh Fiona.
Sehari semalam berlalu begitu saja.
Tidak ada yang menghiraukan Fiona selama semalam ini, juga tidak ada yang tahu kalau sehari lalu dia sudah dihukum oleh Shinta, jadi dia belum makan. Saat ini, dia kelaparan hingga pusing.
Tuan Bagas bilang kalau dia tidak mengakui kesalahannya, tidak boleh membiarkan dia keluar!
"Ibu …."
Fiona kedinginan sampai bibirnya membiru, bahkan tubuhnya gemetar dan dia bergumam sambil memejamkan mata, "Ibu … Fiona tidak salah … Fiona tidak mau mengaku kalah …."
Fiona tahu setahun lalu ibunya sudah meninggal.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya mencari seorang bibi, tak lama perut bibi itu punya bayi ….
Bibi ini bermuka dua, ketika ada orang, dia akan baik pada dirinya. Tapi, ketika tidak ada orang, dia akan berubah menjadi iblis.
"Ibu …." Fiona sambil berpikir, lalu memegang erat telinga boneka kelincinya, tak lama pun dia pingsan.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka.
Amir menarik Fiona yang pingsan ke bawah dengan marah, lalu melemparnya ke lantai salju di luar sana!
Fiona kedinginan sampai gemetar dan dengan sulit membuka matanya ….
"Ayah … aku lapar …" kata Fiona tanpa sadar.
Amir berkata dengan nada dingin, "Kamu sudah membuat adikmu yang di perut Shinta mati, bisa-bisanya kamu bilang lapar! Aku kenapa ada putri kejam sepertimu!"
Fiona yang dingin terlihat lemas, bahkan tidak bisa berkata apa-apa.
Amir melihat tampak dia yang seperti ini pun marah besar. Sudah melakukan kesalahan, tapi masih keras kepala, sikap seperti ini mau dia tunjukkan pada siapa?
Masih kecil sudah begitu kejam!
"Sebagai orang tua tidak mendidik anaknya dengan baik, termasuk kesalahan orang tua! Sekarang, kamu bisa mencelakai adikmu hingga mati, saat kamu besar, bukankah kamu bisa membunuh orang? Hari ini, kalau aku tidak memberimu pelajaran, aku bukan ayahmu!"
Selesai berbicara, dia melihat sekitar, lalu mengambil sapu dari sudut, kemudian menginjak patah bagian sapunya, sehingga tersisa kayunya saja.
Kayu yang seukuran dua jari dipukul ke tubuh Fiona, Fiona langsung berteriak sakit!
"Apa kamu sudah mengakui kesalahanmu?!" Amir menatapnya dengan tajam.
"Bukan aku … benar-benar … bukan aku!" Fiona menggigit bibirnya dengan ekspresi keras kepala.
Setelah mendengar, Amir makin marah, "Kalau bukan kamu, apa bibimu jatuh sendiri?! Dia sudah hamil enam bulan, ada untung apanya kalau dia jatuh?!"
Dia tiba-tiba teringat Shinta yang pendarahan di rumah sakit, bahkan dokter memberi kabar dua kali masa kritis. Tapi, ketika dia dalam kondisi kritis, masih bilang pada Amir tidak boleh menyalahkan Fiona!
Katanya, Fiona masih kecil, juga sangat kasihan padanya karena tidak ada ibu, jadi dia hanya takut setelah adiknya lahir, tidak ada yang suka padanya lagi. Oleh karena itu, Fiona bukan sengaja mendorongnya.
Amir makin pikir makin marah, jadi dia memukul Fiona sambil memarahinya, "Apa kamu masih mau berdalih? Apa kamu masih mau berdalih?"
Setiap dia berbicara satu kalimat, dia akan memukul Fiona sekali.
Amir memukul terlalu kejam sampai tidak menyadari kalau ponsel sendiri jatuh. Setelah Fiona dipukul hingga berbaring di salju, dia baru berhenti.
"Kamu berlutut di sini! Setelah bibimu keluar dari rumah sakit, kamu boleh berdiri!"
Selesai bicara, Amir menarik dasinya, lalu melempar kayu itu dan pergi.
Beberapa saat ini, Amir sangat kesal karena perusahaan terjadi masalah besar. Dia sudah memohon orang setengah bulan untuk membantunya, tapi sampai sekarang dia belum bertemu orang itu.
Hari ini, Shinta jatuh dari atas, putra yang sudah enam bulan pun mengalami keguguran. Putra yang diharapkan keluarga Kesuma pun hancur.
Kedua hal ini membuat Amir sangat sibuk, jadi bagaimana mungkin dia tidak marah? Dia hanya bisa melampiaskan semua amarahnya kepada Fiona.
Kelinci Fiona sudah rusak karena dipukul. Fiona berdiri dengan sulit, lalu jatuh ke salju lagi ….
Dia merasa dirinya sudah mau meninggal.
Apa setelah meninggal, dia bisa bertemu dengan ibu?
Saat ini, terdengar suara tidak jelas dari telinga Fiona, "Fiona, cepat telepon pamanmu!"
"Nama pamanmu adalah Robert Limawan, nomor teleponnya adalah 0812xxxxxxxx."
"Telepon …." Fiona membuka matanya, lalu menemukan sebuah ponsel hitam di dalam salju. Dia pun secara naluriah merangkak ke sana.
"0812xxxxxxxx"
Fiona gemetaran, jari yang kaku juga tidak bisa mematuhi perintahnya. Setelah dia berusaha sangat lama, dia baru berhasil menelepon.
…
Pada saat yang sama.
Di sebuah Komplek Empat Musim di kota Janiks.
Tuan Bernard sedang memarahi Robert.
"Robert, setahun sudah berlalu, kamu bilang tahun ini akan lulus ujian dokter, mana hasilnya?!"
Delapan bersaudara keluarga Limawan saling menatap, sementara Robert hanya menyeka hidungnya.
Tiba-tiba, Tuan Bernard mengalihkan topik pembicaraan. Dia tiba-tiba bertanya, "Adalagi, kalian sudah mencari empat tahun, apa belum menemukan adik kalian?"
Ekspresi kedelapan saudara keluarga Limawan langsung berubah, mereka hanya diam. Tadi beberapa saudara yang acuh tak acuh, saat ini terlihat sedih.
Sejak kecil, adik mereka, Kristal Limawan didiagnosis menderita penyakit Leukemia, jadi sering melakukan transfusi darah, anti infeksi, penggantian sumsum tulang ….
Keluarga Limawan merawatnya dengan hati-hati selama 20 tahun, melihat kondisi penyakitnya semakin parah, bahkan memengaruhi ingatannya ….
Empat tahun lalu, dia tiba-tiba menghilang.
Robert adalah dokter penanggung jawab penyakit kanker di Rumah Sakit KK, jadi pengobatan Kristal semua ditanggung jawab olehnya.
Hari itu, dia pergi menolong pasien yang terkena penyakit parah, saat itulah … Kristal hilang.
Selama empat tahun ini, Robert terus merasa bersalah dan kesal. Meskipun dia ada bakat keterampilan kedokteran yang sangat luar biasa, dalam empat tahun ini dia tidak ada kemajuan apa pun.
Keluarga Limawan ada delapan putra, sementara Kristal adalah putri satu-satunya.
Setelah putri mereka hilang, Nyonya Kiara pun jatuh sakit, sementara sikap Tuan Bernard makin aneh.
Setiap anggota keluarga Limawan merasa tertekan sampai sesak.
Putra pertama keluarga Limawan bernama Richard Limawan, dia adalah pemimpin Grup Limawan, dia setiap hari terus lembur sehingga kondisi tubuhnya memburuk, bahkan perlu makan obat setiap hari.
Putra kedua keluarga Limawan bernama Ricky Limawan, dia adalah pilot terhebat di S Airlines. Karena tes psikolognya tidak lewat, sekarang dia sedang istirahat di rumah selama empat tahun.
Putra ketiga keluarga Limawan ….
Ruang kerja menjadi hening.
Saat ini, ponsel Robert tiba-tiba berdering!