Bab 10 Paman Kelima Mengajarimu Menjadi Orang
Richard langsung mengangkat tangannya, lalu delapan pengawal berbaju hitam yang ada di belakang seketika bergerak maju. Mereka langsung menyeret beberapa anggota Keluarga Kesuma keluar.
"Tuan Robert meminta kalian pergi, apa kalian tidak mengerti bahasa manusia?"
"Tidak ada bagian kalian di sana, anjing saja merasa kalian sangat menyebalkan!"
Para pengawal melontarkan makian sambil menyeret mereka keluar dari rumahnya!
Karena kedatangan Keluarga Limawan begitu menggemparkan, maka beberapa tetangga pun menjulurkan leher untuk mencari tahu, ada yang berpura-pura minum teh di halaman, ada yang berpura-pura membawa anjing jalan, mereka semua sedang menonton kekonyolan dari Keluarga Kesuma.
Wajah Tuan Bagas dan Nyonya Intan seketika memerah, mereka merasa sangat marah dan malu.
Di sini adalah rumah mereka!
Bagaimana bisa Keluarga Limawan mengusir mereka seperti ini? Sungguh tidak masuk akal!
Keluarga Kesuma terbiasa dengan kehormatan, jadi mereka tidak terbiasa dipermalukan seperti ini.
Namun, lawannya adalah Keluarga Limawan dari Kota Janiks, sebesar apa pun penderitaan mereka, mereka juga tidak berani berkutik.
Mereka hanya bisa menunggu anggota Keluarga Limawan keluar dari rumahnya di depan pintu ….
…
Setelah tidak ada gangguan dari Keluarga Kesuma, barulah Fiona melanjutkan kegiatannya.
"Alon, Alon, cepat kemarilah! Lihatlah apa ini?"
Bocah kecil itu memiringkan kepalanya, lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya, terlihat sepotong apel muncul di tangannya.
Apel ini adalah hasil potongan dari Robert untuknya ketika keluar rumah sakit tadi pagi, dia diam-diam menyimpannya.
Burung itu melompat dari dahan ke dahan, melirik sana-sini, bola matanya tak berhenti berputar melirik orang-orang dari Keluarga Limawan.
Orang-orang dari Keluarga Limawan sudah menjauh saat ini, wajah Tuan Bernard terlihat sangat menyeramkan dengan satu tongkatnya, tapi matanya memancarkan ketegangan.
Yerry juga tegang, ingin sekali dia menumbuhkah sayap pada tubuhnya, kemudian terbang dan menangkap burung tersebut, lalu memberikan potongan apel itu!
Lihatlah! Tangan bocah kecil mereka sudah mulai pegal!
Entah dari mana, Robert juga mempunyai makanan burung di tangannya, dia pun ikut merentangkan tangannya dan menemani Fiona, "Wah, makanan segar nih, mau tidak?"
Fiona mengangguk dengan kuat, "Paman Robert bukan orang jahat, kemarilah Alon. Kami sudah mau pergi."
Anggota Keluarga Limawan yang ada di sana seketika terkejut ketika melihat Robert dan Fiona yang entah sejak kapan menjadi dekat seperti ini, mereka pun seketika merasa iri ….
Tepat pada saat ini, burung bayan tersebut akhirnya terbang, kemudian mendarat di atas kepala Robert.
Robert tercengang.
Fiona pun langsung tertawa ringan, semua anggota Keluarga Limawan menatapnya dengan tak percaya.
Sejak awal, Fiona seperti robot yang mati rasa, suaranya tidak pernah terdengar lantang ….
Selama sepuluh hari dirawat di rumah sakit, wajah mungilnya tidak pernah tersenyum, apa pun yang terjadi, dia selalu terlihat waspada dan penurut hingga membuat orang lain sedih melihatnya.
Sekarang, akhirnya dia tersenyum ….
Mata Tuan Bernard seketika berkaca-kaca, dia merasa dirinya telah tua, dua hari ini dia selalu merasa ingin menangis.
Burung itu tampak lebih bangga setelah melihat Fiona tertawa, dia mengepakkan sayapnya dan bersuara, "Manpa, manpa!"
Robert terdiam.
Fiona pun tidak bisa menahan tawanya, kemudian mengoreksi dengan serius, "Bukan manpa, tapi Paman Robert!"
Alon, "Paman! Robert!"
Robert tersenyum melihatnya, ingin sekali dia menangkap burung tersebut.
Seekor burung berdiri di atas kepalanya hingga membuat rambutnya berantakan, apa itu masuk akal?
Namun, karena Fiona begitu senang melihatnya, bagaimana mungkin Robert akan marah?
Dia membuka telapak tangannya yang berisi makanan burung untuk menjebak burung tersebut berjalan ke lengannya, lalu dia pun langsung menangkap kakinya setelah melihat burung itu lengah.
Burung itu langsung berteriak, "Tolong! Tolong! Jangan masak aku! Jangan masak aku!"
Semua orang tercengang melihatnya.
Katakan saja kalau burung ini sangat berisik ….
Pada akhirnya, burung itu diikat untuk sementara waktu, kemudian ia ikut pergi meninggalkan kediaman Keluarga Kesuma.
Fiona membelai burung kecil itu, kemudian berbisik ke telinga burung tersebut, "Jangan takut, ya. ini hanya sebuah kalung saja, Alon keren sekali memakai kalung! Nanti akan dilepas setelah sampai di rumah, ya!"
Tuan Bernard berjalan dengan tongkatnya, dia mengalihkan pandangannya ke seisi rumah dengan mata berkaca-kaca.
Tempat ini adalah tempat tinggal putrinya sebelum meninggal, apakah dia mendapatkan makanan enak di sini atau tidak? Apakah tidurnya nyenyak ….
Adakah orang yang mengurusnya ketika penyakitnya kambuh ….
Apakah dia pernah berjalan ke halaman belakang ini? Atau dia lebih sering melamun memandangi pohon itu dari jendelanya?
Hati Tuan Bernard merasa sangat sedih, beberapa putra dari Keluarga Limawan juga ikut bersedih ketika melihat tatapan dari Tuan Bernard.
Di luar kediamannya.
Amir pun bergegas menghampiri ketika melihat mereka semua keluar.
Baru saja Keluarga Limawan tidak memedulikan mereka, sekarang dia harus mencari jalan keluar dari Fiona.
Tuan Bagas berkata seraya tersenyum ramah, "Wah, ternyata kalian hebat sekali, sudah berhasil menangkapnya."
Amir juga ikut tersenyum, "Fiona suka burung rupanya … aduh, Ayah memang tidak peka, kelak Ayah akan belikan burung yang banyak untuk Fiona, ya?"
Mungkin pengetahuan anak kecil tidak seluas orang dewasa, tapi yang jelas mereka tidak bodoh.
Fiona menatap Amir yang tersenyum palsu, kemudian menunduk diam, dia hanya memeluk boneka kelinci dan burungnya dengan erat.
Dia tidak membutuhkan burung yang banyak, dia hanya membutuhkan pelukan dari ayahnya setelah kematian ibunya.
Akan tetapi, ayahnya tidak pernah memedulikannya, malah hanya bisa memarahinya dan memukulnya.
Bahkan hari itu, dia merasa ayahnya benar-benar ingin memukulnya sampai mati ….
Fiona bahkan merasa dirinya seperti perkataan neneknya yang mengatakan dirinya adalah bintang sial, tidak ada yang akan menyukainya!
Namun, selama dirinya dirawat inap di rumah sakit, kakek dari ibunya dan juga para pamannya sangat baik padanya, bahkan banyak mengobrol padanya dan mengatakan bukan salahnya.
Fiona … sudah tidak menginginkan ayahnya lagi.
Fiona tidak tahu apakah sikapnya yang seperti ini menunjukkan sosok seorang anak yang jahat, tatapan matanya memancarkan kekhawatiran.
Namun, dia tetap bisa mengumpulkan keberaniannya dan berkata seraya menggertakkan giginya, "Aku tidak mau, aku tidak mau Ayah belikan burung, aku juga tidak mau Ayah lagi!"
Amir tercengang mendengarnya.
Tuan Bagas dan Nyonya Intan juga mengernyit,
Anak ini, begitu melihat Keluarga Limawan kaya, dia langsung mencampakkan mereka?!
Wajah Amir langsung berubah dan berkata dengan lantang, "Fiona!"
Dia merasa dirinya sudah sangat sabar, apakah Fiona tidak mengetahuinya? Keras kepala, memang tidak boleh dimanjakan!
Nyonya Intan yang ada di samping hanya bisa menghelakan napas, "Aduh, Fiona, ayahmu memang biasanya sedikit keras padamu, tapi kamu tidak boleh melontarkan kata-kata seperti itu! Anak mana yang tidak menginginkan ayahnya?!"
Tuan Bagas juga ikut berkata kepada Keluarga Limawan dengan senyum ramah, "Hehe, namanya anak kecil! Mari Besanku, kita makan bersama. Kami akan memberikan penyambutan padamu!"
Amir juga langsung menimpali seraya mengabaikan perasaan Fiona, "Iya! Ayah mertua dan beberapa kakak sudah datang jauh-jauh … hais, Kristal yang bodoh itu sama sekali tidak pernah mengungkit kalian denganku."
Keluarga Kesuma sangat ramah, satu per satu menyambungkan kalimat.
Sangat berisik, satu mempertegas kalau kita semua adalah satu keluar, keluarga besan!
Amir masih berpura-pura penuh dengan kasih sayang, sesekali dia berkata dengan menyebut nama 'Kristal' ….
Amarah Yerry lagi-lagi tak tertahankan.
Prakk! Dia menekan jarinya, kemudian mencengkeram leher Amir, lalu membantingnya dengan keras ke pintu utama rumahnya!
"Menghargai kalian, ya?! Sudah selesai apa belum sandiwara kalian?!"
"Besan?! Siapa kalian! Sampah!"
Bong! Bong!
Kepala Amir dibanting ke gerbang besi rumahnya, suara itu jauh lebih kencang dibanding suara genderang.
Seketika, wajah Amir berlumuran darah!
Robert langsung menggendong Fiona pergi, "Kami akan menunggu kalian di mobil."
Dalam perkelahian ini, tidak ada seorang pun dari anggota Keluarga Limawan yang menghentikannya, jika bukan demi Fiona dan burungnya, mereka sudah ingin sekali bertindak sejak awal!
Amir juga tidak menyangka Yerry akan bertindak secara mendadak seperti ini, jelas-jelas mereka berbicara dengan baik!
"Hentikan …."
"Bong!"
"Hentikan …."
"Bong, bong, bong!"
Tuan Bagas dan Nyonya Intan sudah terkejut dengan tak berdaya.
Yerry yang seorang mandor tentu saja tidak akan menunjukkan sopan santun, dia pun membantingkan kepala Amir berkali-kali ke tembok!
Nyonya Intan berkata dengan panik, "Aduh! Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik! Kita semua adalah satu keluarga …."
Tuan Bagas juga ikut membujuk, "Adik Yerry, tenanglah …."
Yerry menatap mereka berdua dengan tajam, kemudian berkata, "Biasanya aku tidak memukul wanita dan orang tua, tapi aku juga akan memukul jika dalam situasi khusus. Percaya atau tidak kalau aku akan memukul kalian kalau masih berisik?!"
Masih mengatakan satu keluarga?!
Cuih!
Terakhir, Yerry membanting Amir ke arah batu besar, lalu mengangkat kakinya dan menginjak kemaluannya agar dia kehilangan haknya menjadi seorang ayah.
Krakk! Tidak tahu benda apa yang retak.
Amir hanya menjerit histeris hingga menggemparkan seluruh kawasan vila.
Orang-orang yang menonton keramaian dari kejauhan pun bergidik ….
Yerry mendengus dingin, lalu pergi setelah menepuk tangannya dari kotoran.
Siapa pun yang sudah mengkhianati adik perempuannya, maka dia akan menghukumnya dengan berat!!
Membunuh orang itu melanggar hukum, tidak layak jika harus mendapatkan hukuman hanya karena manusia seperti ini. Maka dari itu, hanya bisa memutuskan keturunannya saja.
Tuan Bagas dan Nyonya Intan hanya bisa meringkuk ketakutan, mereka bahkan tidak berani bersuara sedikit pun!
Melihat semua anggota Keluarga Limawan telah pergi, barulah mereka menangis.
Nyonya Intan, "Apa-apaan ini? Apa dia masih seorang manusia? Bisa-bisanya menghajar dengan parah seperti ini!"
Ekspresi Tuan Bagas juga sangat tak bersahabat!
Dia tidak menyangka kalau Keluarga Limawan mempunyai sosok menyeramkan seperti Yerry. Sama sekali tidak membicarakan logika!
"Jangan menangis lagi! Cepat bawa ke rumah sakit!" ujar Tuan Bagas.
Nyonya Intan sangat panik dan hendak menelepon, tapi dia baru menyadari kalau nomor teleponnya telah diblokir karena menunggak pembayaran.
Selain itu, Keluarga Kesuma juga tidak mempunyai sepeser pun untuk berobat ….
Amir meringkuk seperti seekor udang, lalu memuntahkan darah ….