Bab 8 Ibunya Fiona? Apa Kamu Pantas?
Fiona memandang pepohonan itu, kemudian berteriak, "Alon!"
Terdengar suara kicauan burung dari pohon, lalu seekor burung bayan dengan corak warna-warni terbang keluar. Burung itu terbang keluar, tapi tidak menghampirinya, malah bersembunyi lebih dalam.
Fiona memberikan isyarat diam kepada Robert, lalu berbisik, "Paman, Alon takut padamu."
Tangannya yang mungil terlihat seperti hendak bergosip, matanya yang besar bersinar dengan jernih, terlihat sangat cantik.
Robert melihat ke arah pepohonan, lalu berkata dengan suara pelan, "Fiona, bagaimana kalau Paman meminta orang untuk menangkapnya? Kita bisa langsung membawa Alon pulang."
Fiona mengerutkan keningnya, kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak mau."
Dia langsung melirik sekitar, seolah-olah takut burung itu akan mendengarnya.
"Jangan menangkap Alon, Alon bukan burung jahat, Alon bisa ketakutan kalau tangkap begitu saja," ujar Fiona seraya merendahkan suaranya.
Tiba-tiba Robert merasa sangat lucu, bocah kecil ini sungguh menggemaskan!
Dia mengangguk dan berkata, "Baiklah."
Fiona menekan pundak Robert dan memperingati, "Paman berdiri di sini saja, jangan bergerak."
Lalu, Fiona mulai melangkah maju dan kembali memanggil Alon.
Alon berdiri di atas ranting pohon, lalu berkicau, "Ada orang bodoh! Ada orang bodoh!"
Fiona berkata dengan serius, "Alon, Paman Robert bukan orang bodoh."
Burung bayan itu berkicau, "Ada anjing jahat! Ada anjing jahat!"
Fiona kembali menjelaskan dengan serius, "Paman Robert juga bukan anjing jahat."
Robert yang mendengarkan dari luar pun tak bisa berkutik.
Alon tetap tidak mau turun.
Tanpa disadari, Fiona telah melangkah jauh. Pada saat ini, dia pun mendengar suara ringan dari depan, lalu melirik ke arah suara itu tanpa sadar ….
Lalu, dia melihat sepasang mata yang tidak asing sedang menatapnya dengan lekat!
Fiona terkejut dan hendak melarikan diri, tapi Shinta langsung meraih lengannya.
"Hai, Fiona … akhirnya kamu pulang juga."
Fiona hendak berteriak, tapi mulutnya langsung ditutup oleh Shinta!
Dia tersenyum dengan lembut, lalu berkata, "Kenapa Fiona? Kenapa kamu tidak senang setelah bertemu dengan Bibi?"
Shinta tidak tahu kalau ada Robert yang berdiri di luar pepohonan itu, Shinta pun langsung berbalik badan setelah menangkap Fiona.
Dia berkata dengan wajah sinis, "Bibi tidak suka kamu mengasingkanku, bagaimana juga aku juga termasuk ibumu!"
Fiona melepaskan tangan Shinta dan melarikan diri.
Melihat hal ini, Shinta pun terkejut, sejak kapan bocah sialan ini mempunyai kekuatan yang begitu besar?!
Shinta langsung menangkap Fiona, kemudian kembali menutup mulutnya.
"Fiona, anak yang ada di dalam perutku mati karenamu. Aku bahkan masih bersedia untuk melihatmu sekarang, tapi kamu malah seperti ini padaku," cibir Shinta.
Fiona menggelengkan kepalanya.
Shinta tersenyum, ekspresinya berbeda dari sebelumnya ketika memukul Fiona.
"Fiona bilang kalau tidak mendorong Bibi? Tapi, kalau bukan kemunculanmu yang mendadak hari itu, mungkinkah aku akan terkejut dan terjatuh?"
"Oleh karena itu, kamu harus bertanggung jawab. Bibi sudah kehilangan anak, sudah sangat menyedihkan … jadi, kalau sampai para pamanmu bertanya, kamu harus mengatakan dirimu yang mendorongku, mengerti?"
Shinta membujuk Fiona dengan kebohongannya, dia merasa anak usia 3 tahun sangat mudah untuk ditipu.
Namun, Fiona tetap mengatupkan bibirnya dengan rapat, sama sekali tidak bersuara dan tatapannya penuh dengan penolakan.
Dia tidak mendorong orang, dia tidak mau mengakuinya.
Shinta tidak mempunyai banyak waktu lagi, dia sudah kehilangan kesabarannya!
Dia sangat membenci anak haram ini, anak yang tidak mau bersuara, dia tetap menolak untuk bersuara setelah ditampar berkali-kali, sungguh menyebalkan.
Raut wajah Shinta pun berubah, dia langsung mencibir, "Fiona, kalau kamu benar-benar melawan, percaya tidak aku akan memukulmu nanti?!"
Kejadian waktu itu tidak ada rekaman CCTV, jadi tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang tahu apakah Fiona mendorongnya atau tidak, tapi Keluarga Limawan pasti mendengarkan perkataan Fiona.
Shinta tentu saja tidak akan membiarkan hal ini terjadi, dia harus menjaga citranya dengan baik agar bisa mendapatkan perhatian dari pria idamannya.
Shinta pernah menonton sebuah berita, di mana ada seorang guru yang memukul seorang anak, lalu mengancam anak kecil itu dengan mengatakan jika dirinya mempunyai teropong panjang, jadi apa pun yang dikatakan oleh anak itu, gurunya bisa mendengarnya. Setelah itu, anak itu sungguh tidak berani mengadu kepada orang tuanya mengenai dirinya yang dipukul.
Mata Shinta mulai bersinar, dia pun mulai melontarkan ancaman, "Bibi ingin memberitahumu sesuatu, jangan berpikir dirimu mempunyai beberapa paman, lalu bisa melindungimu! Aku mempunyai sihir, jadi aku bisa menemukanmu kapan saja!"
Tanpa diduga, Fiona tiba-tiba membuka mulutnya dan menggigit tangan Shinta!
Shinta berseru, kemudian langsung ingin menampar wajah Fiona secara spontan!
Melihat telapak tangan itu akan mendarat ke wajah Fiona, tiba-tiba benang merah yang ada di pergelangan tangan Fiona menyala, lalu membuat tangan Fiona terangkat dan memukul ke arah tangan Shinta.
Shinta tersenyum dingin melihatnya, tangan kecil seperti itu, masih ingin memukul orang?
Namun, detik berikutnya Shinta malah terlempar dan terjatuh ke dalam semak-semak!
Pada waktu yang sama, Fiona juga digendong oleh Robert!
Fiona tercengang, dia memandangi tangannya dan pamannya.
Ada kilatan keraguan di matanya, tidak tahu apakah dirinya yang membuat Shinta terlempar atau pamannya yang menendangnya?
Robert juga mempunyai keraguan tersendiri, sepertinya dirinya sama sekali tidak menggunakan tenaga yang kuat, tapi kenapa bisa membuat Shinta sampai terlempar? Aneh … apakah ini hanya ilusinya?
Robert menatap Shinta dengan sinis, lalu berkata dengan dingin, "Beraninya kamu memukul Fiona?!"
Tatapannya penuh dengan kebencian, dia menggendong Fiona dan melangkah maju.
Shinta mulai panik, sialan! Sejak kapan Robert ada di sini?
Dia bergegas melambaikan tangannya, "Tidak, kamu salah paham, Tuan Robert! Bagaimana mungkin aku memukul Fiona? Bagaimanapun juga, aku juga ibunya Fiona …."
Tatapan Robert semakin tajam, dia langsung mengangkat kakinya dan mengarahkan ke wajah Shinta!
"Ibunya Fiona? Kamu pantas?!"
Robert menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutupi telinga Fiona, lalu membenamkan wajahnya ke dalam pelukannya, dia tidak ingin Fiona melihat adegan selanjutnya!
Shinta yang melihat tatapan penuh kebencian dari Robert pun seketika panik, "Tuan Robert …."
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, wajahnya telah diinjak oleh Robert dan langsung tertekan di tanah!
"Arg!" Shinta menjerit kesakitan!
Wajahnya telah tergores batu, bahkan ada kerikil-kerikil yang menancap di dalam wajahnya, sakit sekali!
Burung bayan yang ada di pohon pun langsung terbang keluar, kemudian berdiri di atas ranting pohon yang tak jauh dari sana, lalu berkicau.
"Memukul anjing! Pukul anjing!"
"Bodoh! Bodoh!"
Shinta sudah menangis, tapi Robert tampaknya tidak mempunyai niat untuk mengampuninya, Shinta bahkan takut kepalanya akan pecah oleh injakan kakinya!"
"Tuan Robert, lepaskan aku … lepaskan aku! Aku bersalah, aku bersalah!"
Shinta berteriak seraya menangis.
Robert mendengus dingin, lalu melepaskan Shinta.
Tidak baik bersikap kasar di depan anak kecil, jadi dia menahannya.
Namun, dia tetap menendang wajah Shinta hingga membuat tulang hidungnya patah.
"Pergi!" ujar Robert dengan dingin.
Wajah Shinta berlumuran darah, dia tidak berani lagi membantah, melainkan langsung melarikan diri sambil menutup wajahnya.
Setelah kembali ke kamarnya, Shinta hanya merasa wajahnya perih dan panas, batu kerikil masih menancap di wajahnya, dia pun mengeluarkannya seraya menahan rasa sakit, dia hampir menangis karena kesakitan!
Apa Robert masih seorang pria? Bisa-bisanya memukul wanita, benar-benar keras!
"Iiss …" Wajahnya terasa sakit meski hanya disentuh dengan lembut, Shinta bercermin, hidungnya bahkan sudah membengkok.
Air matanya mengalir deras, dia sudah mengumpat di dalam hatinya.
Awalnya dia mengira Fiona yang masih kecil tidak akan berani berkata macam-macam setelah ditakuti dan dipukul, sama seperti dulu!
Namun, jurus seperti itu sekarang sudah tidak mempan lagi, dia bahkan dihajar habis-habisan oleh Robert!
Shinta menyentuh hidungnya dengan hati-hati, tapi akhirnya hampir saja membuatnya pingsan, dia menyerah, "Wajahku … wajahku!"
Selama ini, hal yang selalu dibanggakan olehnya adalah wajahnya yang cantik ini, setelah meninggalkan Amir nanti, dia sangat percaya dengan wajahnya yang cantik ini bisa menggoda sosok orang kaya.
Namun, sekarang … wajahnya terdapat bekas luka yang sangat dalam oleh batu kerikil tersebut, luka itu pasti akan meninggalkan bekas luka.
Wajahnya telah hancur!
"Aarrgghh!"
Shinta merasa sangat marah dan langsung memecahkan cermin yang ada di depannya, dia tidak bisa menerimanya!