Bab 7 Kembali ke Kediaman Keluarga Kesuma
Shinta memegang sebuah boneka kelinci di tangannya, itu adalah boneka yang dimaksud oleh Fiona.
"Ayah, Ibu, kalian tenang saja, boneka kelinci Fiona tertinggal di rumah, dia pasti akan pulang untuk mengambilnya."
Mungkin orang lain tidak tahu betapa pentingnya boneka kelinci ini bagi Fiona, tapi Shinta tahu akan hal itu.
Boneka ini adalah peninggalan dari ibunya yang pendek umur kepada Fiona. Bocah sialan itu selalu membawanya setiap hari, dia bahkan tidak melepaskannya setelah dipukul habis-habisan.
Shinta bahkan masih ingat suatu ketika di saat dia mencubit Fiona, Fiona sama sekali tidak menangis, tapi ketika dia merebut boneka tersebut dan ingin menggunting telinganya, Fiona langsung menangis tersedu-sedu.
Amir melihat boneka bulu yang ada di tangan Shinta, lalu bertanya seraya mengernyit, "Kamu yakin dia akan pulang?"
Dia tidak percaya kalau sebuah boneka bulu ini begitu berharga bagi Fiona.
Shinta pun berkata dengan lembut, "Kak Amir, kamu tidak pernah ada waktu untuk menemani Fiona, tentu saja tidak tahu kalau dia paling menyukai boneka ini. Boneka ini adalah peninggalan satu-satunya dari ibunya, jadi sangat penting baginya."
Nyonya Intan berpikir sejenak, memang benar sekali.
Selama setahun terakhir ini, bocah sialan itu selalu membawa boneka itu ke mana-mana, bahkan ke kamar mandi sekalipun.
Dia pun berkata dengan riang, "Baguslah, semoga dia benar-benar pulang!"
Selama Fiona pulang, bukankah akan sangat mudah untuk membujuk seorang anak kecil?
Mata Shinta menunduk, menutupi cahaya yang bersinar di matanya.
Fiona pasti akan pulang, selain kelinci ini, dia masih ada temannya yang sangat penting di sini, itu adalah seekor burung bayan.
Seekor burung bayan ini entah milik keluarga mana, burung itu hinggap di pohon yang ada di belakang vila Keluarga Kesuma.
Tidak ada seorang pun yang bisa mendekat padanya, hanya dengan kemunculan Fiona, barulah burung itu terbang keluar.
Inilah yang membuat Shinta sangat yakin kalau Fiona pasti akan pulang.
Kelinci mungkin bisa menyuruh orang lain untuk mengambilnya, tapi burung ini, hanya Fiona yang bisa membawanya.
Shinta berkata, "Aku sudah menjahit boneka ini dan mencucinya, Fiona pasti akan senang melihatnya ketika pulang nanti."
Amir langsung memeluk Shinta dengan senang dan berkata, "Maaf, sudah merepotkanmu! Aduh, kamu baik sekali, Fiona sudah mencelakaimu seperti itu, tapi kamu tidak mempermasalahkannya dan bahkan menjahit bonekanya … nanti setelah keadaan kita sudah mulai membaik, aku akan membalasmu."
Shinta bersandar di dalam pelukan Amir, kemudian berkata dengan munafik, "Selama bisa membantu Kak Amir, itu sudah cukup bagiku."
Nyonya Intan langsung berkata dengan buru-buru, "Cepat, cepat rapikan rumah ini!"
Semua pelayan rumah sudah pergi setelah Keluarga Kesuma bangkrut, jadi tidak ada seorang pun pelayan yang ada di rumah saat ini.
Lalu, Amir yang tadi baru saja melontarkan akan membalas Shinta seketika kembali memberikan perintah padanya untuk membersihkan rumah.
Shinta menuruti perintahnya, tapi kilatan penuh dendam melintas di matanya ketika mereka tidak menyadarinya.
…
Beberapa mobil Maybach hitam melaju dan berhenti di depan vila Keluarga Kesuma.
Terlihat delapan pria tampan nan gagah turun dari mobil, lalu terlihat Tuan Bernard yang dibantu turun dari mobil, adegan ini terlihat sangat menggemparkan meski ada di Kota Janiks.
Akan tetapi, kedatangan mereka hanya ingin mengambil sebuah boneka kelinci ….
Shinta sangat pintar, dia tidak turun ke bawah dan bersembunyi di lantai tiga, kemudian mengintip dari balkon. Tatapannya penuh dengan iri dan dengki.
Ternyata mereka adalah delapan putra dari Keluarga Limawan!
Melihat delapan pria tampan dari Keluarga Limawan, mata Shinta pun memanas, seandainya dia bisa mendekati salah satu dari mereka ….
Tiba-tiba dia tercengang, dia melihat salah satu pria yang ada di sana mengenakan kemeja hitam tebal, satu tangannya menyelip di saku celananya, dia melirik sekitar, lalu membenarkan posisi kacamata bingkai emasnya. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang sangat keren.
Pria itu adalah Andreas Limawan!
Hati Shinta menjadi sangat bersemangat, Andreas merupakan aktor nasional yang tak terkalahkan di industri hiburan, juga merupakan pria idamannya!
Ini adalah pertama kalinya dia melihat pria idamannya dalam jarak sedekat ini, Shinta memegang dadanya, detak jantungnya semakin cepat, wajahnya bahkan memerah.
Anggota Keluarga Kesuma yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Keluarga Limawan pun langsung menyambut mereka.
"Aduh, Besan! Pak Richard! Selamat datang semuanya …."
Sambil berkata, satu tangannya diulurkan untuk menjabat tangan Richard.
Namun, Richard hanya membalas Amir dengan tatapan dingin, satu tangannya tetap berada di dalam sakunya, dia terlihat sangat membencinya.
Tuan Bagas segera berkata seraya tertawa, "Besan, ini pasti pertama kalinya Anda ke Kota Janiks? Sudah kuduga kenapa cuaca beberapa hari ini begitu bagus, ternyata kalian datang kemari! Cepat masuklah ke dalam!"
Tuan Bernard mendengus dingin, "Cuaca memang bagus sekali, sampai-sampai membekukan cucu perempuanku dan masuk rumah sakit. Keluarga kalian baik sekali."
Mendengar hal ini, Tuan Bagas pun seketika menjadi sangat canggung.
Nyonya Intan langsung bersuara, "Aduh, pintar sekali Besan ini bercanda, kami selalu memperlakukan Fiona dengan baik. Hari itu dia bertengkar dengan bibinya, ayahnya sangat marah, karena itu dia memberikan pelajaran kecil padanya …."
Sambil berkata, dia pun menatap Fiona dengan penuh kasih sayang, "Fiona, kemarilah, biarkan Nenek menggendongmu! Nenek sangat kangen padamu setelah tidak bertemu denganmu beberapa hari ini!"
Fiona terdiam, satu tangannya menarik kemeja Robert dengan erat.
Tuan Bernard mencibir, "Kemarahan yang kelewatan! Memukul cucuku sampai patah tulang, bahkan menyuruhnya berlutut di tengah salju dengan piyama tipis, apakah ini dinamakan pelajaran kecil?"
Raut wajah semua anggota Keluarga Kesuma seketika menjadi malu, mereka pun tidak bisa berkutik.
Namun, karena Keluarga Kesuma sudah bangkrut, Amir juga sudah dihajar, jadi anggap saja sudah cukup ….
Bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga besan!
Tuan Bagas ingin maju dan membawa Tuan Bernard masuk ke dalam rumahnya, "Aduh, masuk saja dulu, kita bicara di dalam saja. Terlepas dari apa pun, Amir juga ayahnya Fiona … seorang anak tidak boleh tidak memiliki ayah."
Sambil berkata, dia pun memberikan isyarat kepada Amir.
Amir ikut menimpali dengan tersenyum, "Benar sekali. Fiona, maafkan Ayah, ya! maukah kamu memaafkan Ayah? Meskipun kamu sudah melakukan kesalahan, tetap saja tidak seharusnya Ayah memukulmu seperti itu."
Amir memperlihatkan ekspresi sedih dan menyesal, dia ingin mendekati Fiona, tapi dihadang oleh beberapa pengawal.
Fiona menyembunyikan kepalanya di samping wajah Robert, dia tidak ingin melihat Amir.
Dalam hati, Amir merasa sangat kesal dan cemas, dasar bocah sialan! Tidakkah dia tahu kalau pertemuan kali ini sangat penting bagi Keluarga Kesuma? Bisa-bisanya nakal seperti itu!
"Fiona," panggil Amir seraya menahan suaranya, nada bicaranya penuh dengan ancaman.
Dulu, ketika dia memanggil Fiona dengan nada seperti ini, Fiona akan langsung menjadi patuh padanya.
Ketika Fiona mendengar nada yang tidak asing ini, sekujur tubuhnya pun memberikan reaksi gemetaran.
Melihat hal ini, ekspresi beberapa anak dari Keluarga Limawan langsung mendingin, mereka merasa pukulan kemarin terlalu ringan padanya!
Sungguh sebuah kesalahan besar tidak membunuh Amir waktu itu!
Robert berkata, "Tidak usah banyak basa-basi dengan mereka, kedatangan kita hanya ingin mengambil barang saja."
Tuan Bernard langsung bertanya dengan dingin seraya menggerakkan tongkatnya, "Di mana boneka kelinci Fiona?"
Mata Nyonya Intan langsung bersinar, kemudian berkata sambil mengangguk, "Ada kok, tapi boneka itu rusak karena terkubur di dalam salju, jadi bibinya Fiona sudah menjahitnya! Kalian bisa masuk dan duduk dulu."
Richard langsung mengangkat tangannya, lalu beberapa pengawal langsung bergerak masuk ke dalam rumah, hal ini membuat Amir terkejut dan berpikir akan memukulnya lagi, dia pun langsung memeluk kepalanya secara spontan.
Namun, terlihat para pengawal itu malah masuk ke dalam rumahnya, sehingga membuatnya merasa sangat malu.
Richard mencibir, "Begini saja sudah takut?"
Kenapa dia tidak merasa takut ketika memukuli Fiona?
Amir seketika salah tingkah, dia hanya bisa menatap ke arah Fiona, "Ini semua salahku, salahku. Fiona, mari kita masuk dulu, yuk?"
Robert baru saja hendak menolaknya, tapi Fiona tiba-tiba menarik kemejanya dan berkata, "Paman …."
Dia memandang Keluarga Kesuma dengan ragu, Alon masih ada di dalam, orang lain tidak akan bisa membawanya keluar.
Keluarga Kesuma berpikir Fiona sudah mulai luluh, mereka langsung merasa gembira!
Memang namanya anak kecil, bagaimanapun juga di sini adalah rumahnya, namanya anak kecil bagaimana mungkin tidak pulang ke rumah dan melupakan ayahnya?
"Masuklah, ayo semuanya!" ujar Tuan Bagas dan Nyonya Intan dengan ramah.
Richard melirik ke arah Fiona, entah apa yang ingin anak ini lakukan, tapi selama Fiona ingin pergi ke tempat itu, maka dia pasti akan membawanya.
Keluarga Limawan masuk ke dalam kediaman Keluarga Kesuma dengan wajah dingin.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening ketika melihat kondisi rumah yang sangat berantakan ini. Bagi Keluarga Limawan, rumah Keluarga Kesuma ini seperti rumah kumuh.
Rumah seperti ini, bagaimana Fiona bisa tinggal di sini?
Para pengawal segera turun dari lantai atas, mereka membawa semua boneka yang bersangkutan.
Fiona melepaskan pelukan dari Robert, kemudian mengambil boneka kelinci kesukaannya dan memeluknya.
Wajah mungilnya seketika mengeluarkan kebahagiaan.
Kelinci kecil, Fiona datang menjemputmu.
Fiona pasti tidak akan mencampakkanmu ….
Fiona memeluk bonekanya, selain boneka kelinci, dia masih mempunyai satu teman baik yang tak lain adalah Alon.
Teringat akan hal ini, Fiona pun bergegas berlari ke halaman belakang, tapi segera dia berbalik badan dan menggandeng tangan Robert.
Di halaman belakang.
Terlihat Shinta sedang bersembunyi di balik pohon, dia menunggu Fiona dengan sabar.
Shinta tahu kalau burung bayan itu sangat takut dengan orang lain, jadi Fiona harus keluar sendiri untuk memanggilnya.
Dalam keadaan tidak ada seorang pun, maka semua bisa dikendalikan oleh Shinta, dia hanya perlu menunggu Fiona untuk masuk ke dalam perangkapnya ….