Bab 3 Delapan Paman Datang Menjemput Fiona!
Semua ini terjadi terlalu cepat, anggota dari Keluarga Kesuma saja belum sempat untuk merespon.
Amir yang turun tangga dengan buru-buru sama sekali tidak melihat adegan Robert yang menggendong Fiona pergi, dia hanya melihat Richard yang sudah tiba di depan pintu dan bersiap untuk masuk ke dalam mobil, dia pun bergegas mengejarnya.
"Aduh, Pak Richard!" Amir berkata dengan wajah penuh senyum, "Angin apa sampai bisa membuat Anda kemari! Selamat datang, sungguh sebuah kehormatan bagi Keluarga Kesuma!"
Dalam pembicaraan Amir, Tuan Bagas, Nyonya Intan dan para pelayan rumah pun berbondong-bondong turun untuk menyambut setelah mendapatkan informasi. Satu per satu menyambut mereka dengan senyum ramah.
Setelah melihat pria berwajah dingin yang ada di depan mata, mereka langsung membungkukkan badannya dengan 90 derajat.
Richard merupakan kepala Keluarga Limawan saat ini, dia juga CEO berwajah dingin dari Grup Limawan.
Keluarga Limawan merupakan salah satu dari empat keluarga besar di Kota Janiks, siapa yang tidak ingin memberikan kesan baik dengan mereka?
Namun, keluarga bangsawan seperti mereka bukan keluarga yang bisa ditemui dengan mudah. Keluarga Limawan sangat merendah dan misterius, orang di luar hanya tahu mereka punya delapan putra, tapi jarang bisa melihat mereka.
Hanya Richard yang sesekali masih muncul di berita utama tentang keuangan, oleh karena itu Keluarga Limawan pun mengenalinya.
"Pak Richard, silakan masuk! Udara di luar sangat dingin, kalau Anda tidak keberatan, mungkin boleh duduk sejenak di dalam," ujar Tuan Bagas dengan ramah.
"Benar sekali, silakan masuk, minum teh hangat saja dulu!" kata Amir seraya tersenyum.
Menghadapi sosok asli dari tokoh masyarakat yang melegenda ini, mereka pun langsung menjilat seperti anjing.
Situasi kritis yang sedang dialami oleh Keluarga Kesuma sudah seperti bencana besar yang tak bisa diselesaikan.
Namun, selama Richard berkata, maka Keluarga Kesuma pasti akan bangkit dari kematiannya!
Siapa tahu bisa menjadi sosok sepuluh besar terkuat di Kota Janiks….
Tidak ada ekspresi yang tersirat di wajah Richard, matanya menatap Amir dengan tajam.
Jadi, dia sosok ayah dari Fiona?
Wajahnya benar-benar dingin dan berkata dengan sinis, "Keluarga Kesuma, bagus sekali."
Lalu, dia pun langsung masuk ke dalam mobil.
Semua anggota Keluarga Kesuma tercengang di tempat, mereka merasa bingung dan ketakutan.
Nyonya Intan berkata, "Pak Richard mengatakan Keluarga Kesuma bagus sekali? Apakah dia sedang memuji kita? Apakah itu artinya dia ingin membantu keluarga kita?"
Mendengar hal ini, Tuan Bagas mengernyitkan keningnya dengan erat, "Tapi, raut wajah Pak Richard sama sekali tidak terlihat seperti sedang memuji kita."
Amir pun memanggil orang dan bertanya apa yang baru saja terjadi.
Ketika dia mendengar semua anggota Keluarga Limawan datang, kemudian membawa Fiona pergi.
Bahkan ada sesosok pria berbaju hitam yang melepaskan bajunya, kemudian menggendong Fiona, dikatakan kalau pria itu adalah paman terkecilnya Fiona ….
Mendengar hal ini, Amir bagaikan disambar petir siang bolong, seketika dia pun memahami apa yang sedang terjadi.
Keluarga Limawan mempunyai delapan putra dan satu putri. Putri satu-satunya memang selalu sakit-sakitan dari kecil dan dia juga belum pernah muncul di hadapan publik.
Kalau memang begitu, maka gadis yang dipungut olehnya empat tahun yang lalu adalah putri yang paling berharga dan putri semata wayang dari Keluarga Limawan?!
Setelah memahami hal ini, Keluarga Kesuma pun merasa sangat kacau, mereka merasa sangat menyesal!
Nyonya Intan mengerutkan bibirnya, "Ternyata mereka adalah anak-anak dari Keluarga Limawan, cepat … mari kita pergi jemput Fiona pulang …."
Jika mereka mengetahui hal ini sejak awal, bagaimana mungkin mereka akan membiarkan Fiona berlutut di tengah salju?!
Mungkin mereka akan memuja Fiona layaknya leluhur!
Amir juga merasa sangat menyesal, teringat akan dirinya yang memukul Fiona, dia pun merasa tidak tenang.
Dia berteriak dengan pusing, "Bagaimana caranya?! Apakah sekarang waktunya kita bisa melakukan apa pun yang kita inginkan?"
Kerutan kening Tuan Bagas sudah semakin tak berbentuk, dia berkata setelah berpikir sejenak, "Bagaimanapun juga, kita masih termasuk keluarganya Fiona, kakek dan nenek kandungnya! Semarah apa pun Keluarga Limawan, mereka juga tidak bisa menyangkal kenyataan ini. Terlebih lagi, dia telah mencelakai Shinta hingga keguguran dan itu faktanya …."
Mereka hanya sedang memberinya pelajaran saja, agar dia tidak menjadi anak yang manja dan nakal!
Hanya saja kemarahan Amir meledak bagai bom, dia pun memukul Fiona cukup keras ….
Keluarga Kesuma merasa masalah ini bisa dijelaskan dengan baik, selama bisa dijelaskan, maka kejayaan telah menanti mereka di masa depan ….
…
Setelah Keluarga Limawan berhasil menjemput Fiona, mereka pun tidak langsung kembali ke Kota Janiks, melainkan langsung bergerak ke rumah sakit terdekat.
Di sebuah rumah sakit terbaik Kota Makar, terlihat bagian kelas VIP yang biasanya sunyi, kini semua orang terlihat sangat sibuk.
Tidak ada satu orang pun yang berani bersuara keras di sana, hanya terdengar suara dari alat kesehatan, suara langkah kaki dokter dan perawat yang bolak-balik saja, hal ini membuat suasana menjadi sangat mencekam.
Tuan Bernard juga tak berhenti berjalan bolak-balik dengan tongkatnya, kemudian bertanya, "Kenapa masih belum keluar juga?!"
Richard melihat jam yang tertera, lalu berkata dengan suara berat, "Ayah duduk saja dulu."
Fiona langsung dibawa ke ruangan gawat darurat ketika tiba di rumah sakit, Robert juga ikut masuk ke dalam dan sampai sekarang dia tak kunjung keluar.
Di dalam ruangan UGD.
Robert melihat sekujur tubuh Fiona yang dipenuhi dengan lebam-lebam, tangannya masih gemetaran.
Hal yang paling ditakuti ketika terlalu kedinginan adalah patah tulang. Setelah diperiksa semuanya, mereka menyadari kalau Fiona telah dipukul, tangan, kaki dan bahkan tulang rusuknya telah mengalami patah tulang ….
Sekujur tubuhnya terdapat banyak sekali frostbite, bahkan bagian yang parah mau tidak mau harus dipotong.
Frostbite adalah kondisi kulit dan jaringan di bawahnya rusak akibat paparan suhu yang sangat dingin.
Hanya seorang balita usia 3 tahun, tapi harus mengalami penyiksaan seperti ini ….
Mata Robert memerah, dia pun bersandar di depan Fiona dan berbisik.
"Fiona, ini Paman Robert, bisakah kamu mendengar suara Paman Robert?"
"Kalau bisa, Fiona harus bersemangat untuk sembuh, ya …."
Mata Fiona terpejam erat, ajaibnya Fiona merasa tubuhnya sangat ringan saat ini, tubuhnya terasa hangat. Ini adalah pertama kalinya dia merasa sangat nyaman.
Suasana di sekitar sangat tenang, hanya ada suara yang tak berhenti bicara di samping telinganya.
"Fiona … Fiona, Fiona …."
"Apakah kamu bisa melihatku? Bisakah kamu mendengarku?"
Siapa itu?
Fiona ingin sekali membuka matanya, tapi tetap saja tidak bisa.
Ingin sekali dia langsung merespon dan berkata kalau dia bisa mendengarnya, tapi suaranya tidak bisa dikeluarkan.
…
Operasi dilakukan selama tiga jam, Fiona juga telah melewati masa kritis, dokter bahkan merasa ini adalah sebuah keajaiban!
Fiona telah didorong masuk ke ruangan bangsal, tubuhnya penuh dengan selang-selang.
Wajah Robert mendingin, dia memberikan dokumen laporan semuanya kepada Richard, setelah semua orang melihatnya, satu per satu terlihat sangat marah.
Tuan Bernard berkata dengan menggertakkan giginya, "Kejam sekali! Bisa-bisanya mereka memukul anak usia 3 tahun seperti ini!"
Richard sudah memeriksa seluruh informasi mengenai Keluarga Kesuma dengan saksama, dia pun berkata dengan dingin, "Produk dari Keluarga Kesuma diduga diselundupkan dan mengalami situasi krisis. Belakangan ini, mereka terus mencari koneksi dan menginginkan keluarga kita untuk membantunya."
Mendengar hal ini, Tuan Bernard pun langsung mencibir, "Dia harusnya bersyukur kalau aku tidak membunuhnya, masih menginginkan bantuan dari kita!"
Tuan Bernard benar-benar marah besar, ingin sekali dia langsung pergi ke kediaman Keluarga Kesuma dan menghancurkan semua orang yang ada di sana.
Richard berkata, "Tenang saja, mereka akan segera tamat."
Tuan Bernard mengatupkan bibirnya, dia pun akhirnya bertanya setelah terdiam sejenak, "Lalu, Kristal, apa yang terjadi dengan Kristal …."
Richard terdiam dan tak lagi berkata.
Jarak antara Kota Janiks dan Kota Makar sekitar 2000 kilometer.
Empat tahun yang lalu, Kristal yang sakit parah hingga hilang ingatan tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai di Kota Makar. Dirinya dipungut oleh Amir dan dibawa pulang ke rumah.
Lalu, kondisi Kristal menjadi semakin parah setelah selesai melahirkan anak, dia hampir saja mati.
Mungkin karena ikatan batin dengan anaknya dan juga keajaiban, dia pun berhasil bertahan selama dua tahun, setelah itu dia pun meninggal dan menyisakan Fiona seorang diri.
Adik kesayangan mereka meninggal begitu saja di kota yang asing seperti ini, bahkan tidak ada nama dan juga orang yang mengetahuinya ….
Richard mengepalkan tinjunya dengan erat, wajahnya terlihat semakin dingin seiring dengan kemarahannya yang bertambah.
Tuan Bernard tidak berani lagi bertanya, dia takut dirinya tidak mampu menerimanya.
Robert bertanya, "Kenapa mereka memukul Fiona?"
Richard berkata, "Dikatakan kalau istri Amir yang bernama Shinta jatuh dari tangga dan keguguran, Amir mengira kalau Fiona yang mendorong Shinta."
Mendengar hal ini, semua orang langsung mengernyit.
Tepat ketika mereka sedang mengobrol, tiba-tiba terlihat orang-orang dari Keluarga Kesuma menyusul kemari.
Asisten Richard bergegas masuk dan melapor dengan berbisik, "Pak Richard, orang dari Keluarga Kesuma sudah datang, mereka mengatakan kalau ingin melihat cucunya …."
Mendengar hal ini, Richard langsung mencibir, lalu berkata dengan dingin, "Matikan seluruh penghangat yang ada di luar lantai ini, lalu buka semua jendela dan biarkan mereka menunggu."
…
Amir, Tuan Bagas dan juga Nyonya Intan sedang menunggu di luar koridor cukup lama.
Lantai VIP ini dibatasi dengan pintu, mereka berada di ruangan paling luar dan tidak bisa masuk ke dalam.
Asisten Richard keluar dan memberi tahu mereka untuk menunggu, kemudian langsung menghilang.
Nyonya Intan mengomel, "Kenapa tidak membiarkan kita masuk?! Bagaimanapun juga Fiona adalah cucu kita, mana ada logika yang membiarkan nenek dan kakeknya tunggu di luar seperti ini …."
Amir pun berkata dengan kesal, "Tunggu saja dulu."
Dia tidak sengaja memukul Fiona menjadi seperti ini, jadi wajar saja kalau Keluarga Limawan marah seperti ini.
Segera, anggota Keluarga Kesuma pun merasakan hal aneh, suhu di koridor menjadi semakin dingin, tempat mereka menunggu persis di sebelah jendela, angin dingin terus berhembus, hawa dingin yang diberikan membuat mereka mulai meringkuk!
"Apa-apaan ini, tempat dingin seperti ini, apakah untuk manusia?" ujar Nyonya Intan, dirinya yang selama ini terbiasa dihormati paling pertama yang tidak tahan dengan situasi saat ini.
"Amir, cepat kamu cari orang dan tanyakan apa yang terjadi!" kata Tuan Bagas seraya mengernyit.
Dia tidak mempermasalahkan tentang Keluarga Limawan yang sedang marah, lalu sengaja meminta mereka untuk menunggu. Tapi, mereka sudah menunggu hampir setengah jam.
Cuaca begitu dingin, siapa yang kuat untuk menahannya?