Bab 5 Dia Juga Sudah Mempunyai Keluarga
Begitu mendengar perkataan Richard, mata beberapa saudaranya pun seketika berbinar, keganasan terpancar dari mata mereka!
Robert memutar pergelangan tangannya, juga membunyikan persendian jari-jarinya!
Sedangkan putra kelima Keluarga Limawan, Yerry Limawan bekerja di bidang konstruksi, karena itu kulitnya pun lebih gelap daripada yang lainnya, dia mempunyai temperamen yang keras, dia pun langsung mencibir ….
Entah dapat dari mana, dia berhasil mendapatkan sebatang tongkat besi.
Ricky yang berwibawa pun berkata dengan lembut, "Masyarakat diatur oleh hukum, bagaimana boleh memukul orang di depan publik seperti ini?"
Dia menoleh, lalu menarik seorang perawat.
"Halo, apakah kalian mempunyai karung di sini?"
Perawat itu tertegun, lalu berkata dengan gugup, "Ada, ada, kami mempunyai karung goni di ruang penyimpanan obat kami, kami juga mempunyai kardus …."
Perawat itu mengira mereka ingin menggunakan benda itu untuk menyimpan barang, jadi kardus tentu saja lebih baik dibandingkan karung.
Ricky tersenyum dan berkata, "Terima kasih, kami perlu karung saja."
Jika ingin memukul orang, tentu saja lebih baik menggunakan karung agar lebih nyaman dipukul.
Beberapa saudaranya terdiam.
…
Di ujung koridor lantai VIP, di sisi pintu lain, suasana terasa begitu dingin.
Amir sudah hampir membeku, dia tak berhenti mengomel di dalam hatinya.
Dia sudah menunggu sepanjang malam, hari pun sudah hampir terang, tapi tidak ada seorang pun dari Keluarga Limawan yang keluar!
Tuan Bagas sudah tidak bisa menahannya, dia juga sudah memperingatkan Amir untuk menunggu di sana sebelum dirinya pergi, harus memperlihatkan ketulusannya.
Bulan ini merupakan musim dingin di awal tahun, suhu di malam hari jauh lebih dingin dibandingkan dengan malam di musim gugur, Amir merasa dirinya sudah hampir membeku seperti es, dia juga merasa lapar, lelah dan mengantuk.
Ingin sekali dia pulang dan mandi air hangat, lalu tidur nyenyak.
Begitu keinginan ini melintas di benaknya, Amir merasa dirinya semakin tidak tahan lagi, setelah menunggu satu jam kemudian, dia akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
Di parkiran bawah tanah.
Terlihat Amir berjalan sambil menelepon seseorang, "Ingat jaga baik-baik, beri tahu aku segera ketika melihat Pak Richard dan lainnya ke …."
Kata 'keluar' masih belum dilontarkan, tapi Amir langsung merasa penglihatannya menjadi gelap, dirinya telah dibungkus oleh karung!
Lalu, pukulan demi pukulan mendarat, dia pun langsung menjerit keras, "Apa-apaan kalian! Siapa kalian!"
Beberapa anak dari Keluarga Limawan menginjak Amir, mereka menghajarnya habis-habisan!
Sebenarnya, urusan pukul-memukul seperti ini sama sekali tidak perlu turun tangan sendiri, bahkan untuk masalah lainnya, mereka juga tidak perlu turun tangan sendiri.
Namun, ketika teringat dengan luka yang ada di tubuh Fiona, serta rasa waspadanya ketika bertanya adakah makanan untuknya setelah pulang nanti, akankah mereka memukulnya ….
Hal ini membuat mereka sangat marah dan tidak bisa menahan amarahnya!
Amir dipukul hingga menjerit histeris, dia sama sekali tidak bisa membalas dan hanya mendapat bagian dipukul saja.
"Berhenti …."
"Apakah kalian tahu siapa aku? Aku adalah CEO dari Grup Mitrajaya, Amir Kesuma! Mencari masalah denganku … percaya atau tidak …."
Richard mendengus dingin, dia melepaskan dasinya, kemudian mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat berhenti kepada yang lain.
Para saudaranya pun berhenti, Yerry membawa tongkat besi di tangannya, dia menyipitkan matanya ….
Melihat mereka berhenti memukulnya, Amir pun berpikir kalau mereka takut padanya.
Namun, tiba-tiba sebatang tongkat besi menghantam betisnya dengan keras!
"Arggg!!"
Di parkiran bawah tanah ini, hanya terdengar suara jeritan mengenaskan dari Amir ….
…
Amir dipukul hingga masuk ke dalam rumah sakit, lebih tepatnya lagi dia belum sempat meninggalkan gerbang rumah sakit, tapi dirinya kembali diseret masuk ke dalam.
Sekujur tubuhnya penuh dengan luka, hal yang paling menyebalkan adalah dia tidak tahu siapa pelakunya!
Bahkan diselidiki pun tidak bisa.
Pelaku sama sekali tidak meninggalkan jejak sedikit pun, hal ini membuatnya hampir mati karena rasa kesalnya, bukan karena rasa sakit dari lukanya.
Shinta menjaga Amir di sampingnya, dia pun berkata sambil menangis, "Kak Amir, apakah kamu sudah merasa membaik …."
Jika Amir bisa bangun, maka dia pasti bisa melihat tatapan acuh tak acuh dari Shinta.
Shinta masih mengenakan pakaian pasien, dia pun berlagak seperti seorang istri yang sangat cemas.
Namun, dia merasa tidak tenang di dalam hatinya, lebih tepatnya merasa tidak adil!
Anak haram seperti Fiona, bagaimana bisa seketika berubah menjadi sosok berharga satu-satunya Keluarga Limawan?!
Kemarin, ketika Nyonya Intan berkata padanya, dia pun merasa sangat terkejut dan panik.
Kegugurannya kali ini sama sekali bukan karena dorongan dari Fiona, melainkan dirinya sendiri yang terjatuh.
Keluarga Kesuma telah jatuh dalam krisis ekonomi, Amir tidak hanya akan bangkrut, tapi juga telah melakukan pinjaman kepada rentenir dengan bunga tinggi!
Shinta tidak ingin dirinya terjerat dalam Keluarga Kesuma hanya karena anak yang ada di dalam kandungannya.
Dia masih begitu muda dan cantik, dirinya bisa mencari sosok pria yang jauh lebih kaya dari Amir, tapi jika sampai mempunyai anak, maka dia akan sulit untuk menikah lagi.
Oleh karena itu, dia harus menggugurkan kandungannya, tapi dia juga tidak ingin membuat dirinya bersalah, karena itu muncul adegan Fiona 'mendorongnya'.
Awalnya, Shinta merasa Fiona hanyalah anak haram yang tidak mempunyai ibu, orang dari Keluarga Kesuma juga tidak pernah memperlakukan Fiona dengan baik, bahkan ketika Amir sedang mabuk, dia pernah mengatakan padanya kalau Fiona adalah hal yang memalukan baginya, ingin sekali membunuhnya.
Jadi, Shinta merasa dirinya sama sekali tidak ada rasa bahaya dengan memanfaatkan Fiona sebagai alasannya untuk menggugurkan kandungannya.
Namun, siapa yang menyangka kalau Fiona ternyata cucu dari Keluarga Limawan!
Satu dari empat keluarga terbesar yang melegenda, Keluarga Limawan!
Shinta mulai takut, dia takut dirinya akan ketahuan.
Bagaimana ini?! Bagaimana ini?!
Dia harus mencari akal agar Fiona tidak mengatakan keburukannya ….
…
Di dalam bangsal VIP.
Mata Fiona kembali terbuka, kali ini suasana di dalam kamarnya begitu hening, tidak ada satu pun orang di sana.
Matanya terlihat kuyu, dia berpikir kalau semua orang telah pergi.
Bocah kecil yang tidak mempunyai rasa aman, hanya ada kesepian yang terpancar dari wajah mungilnya ….
Pada saat ini, pintu terbuka dengan pelan, lalu terlihat Robert berjalan masuk.
Mata Fiona seketika berbinar, dia seperti menemukan secercah harapan.
Ternyata, Tuan Bernard merasa udaranya tidak nyaman kalau semua orang berkumpul di dalam ruangan, jadi semuanya pun menunggu sambil beristirahat di ruang tamu yang ada di luar.
Robert berkata dengan pelan, "Fiona, apakah kamu merasa membaik? Paman Robert sudah menyiapkan sarapan untukmu, maukah kamu memakannya?"
Fiona mengangguk.
Robert pun langsung memanggil orang untuk membawakan sarapannya, anggota keluarga lainnya terbangun karena suara tersebut, mereka langsung berjalan masuk.
Tuan Bernard bertanya dengan penuh hati-hati, "Fiona suka makan apa? Di sini ada pangsit udang, tumis usus, iga rebus, roti mentega …."
Yerry yang mempunyai karakter buru-buru pun menyelinap masuk dan menimpali, "Mie goreng sapi! Mie goreng sapinya enak sekali!"
Tuan Bernard langsung melayangkan tongkatnya ke kakinya, lalu menegurnya, "Mie goreng sapi saja terus, Fiona baru saja siuman, tidak boleh memakan mie goreng sapi!"
Dia mengambil sosis dan memberikan padanya, "Fiona, mau makan tumis usus dulu? Usus ini sudah dimasak cukup lama, jadi sangat empuk dan enak."
Ricky mengambil mangkuk bubur daging cincang dan berkata seraya tersenyum, "Makan bubur dulu juga boleh."
Fiona tetap mengatupkan bibirnya, dia melihat sekeliling, entah kenapa dia merasa hidungnya mulai bandel lagi, dia merasa gatal dan perih.
Dia ingin menangis.
Apakah ini … menandakan dirinya sudah mempunyai keluarga?
Fiona mendengus, lalu berkata dengan penuh hati-hati, "Kakek … Fiona ingin makan tumis usus …."
Mata Tuan Bernard seketika memerah, lalu mengangguk, "Baiklah! Oke, tumis usus, makan tumis usus, ya!"
Semua anggota Keluarga Limawan seolah-olah kembali melihat sosok Kristal waktu kecil.
Adik mereka, Kristal adalah anak yang sangat riang, dia bahkan sering beradu keras dengan para kakaknya, tapi bocah kecil yang ada di depan mereka ini begitu berhati-hati dalam berucap.
Seolah-olah takut dirinya salah memanggil dan akan membuat orang lain marah.
Balita yang baru berusia 3 tahun, tapi sudah mengerti cara memahami perasaan orang lain, begitu berhati-hati.
Hal ini membuat mereka semua semakin sakit hati, mereka semua baru berjalan keluar setelah melihat Fiona kembali tertidur setelah selesai makan.
Baru saja Fiona tertidur, tiba-tiba dia kembali mendengar suara itu.
"Fion, Fion …!"
Fiona membuka matanya, lalu melihat sekeliling.
Tidak ada siapa pun di sana ….
Awalnya dia berpikir dirinya sedang bermimpi, karena itu dia mendengar suara ini. Tapi, ketika dia baru saja memejamkan matanya, suara itu kembali terdengar.
"Fiona, Fiona, Fion!"
Fiona menarik seprai dengan erat, dia pun mencari sumber suara tersebut dengan gugup ….