Bab 2 Ternoda

Sementara itu di kamar yang muram, Cindy menangis dan memohon agar dilepaskan. Ia bahkan tidak mengerti atas apa yang terjadi atau siapa pria yang sedang menindih tubuhnya. “Tolong lepaskan aku, tolong!” Cindy terisak putus asa. Air matanya terus mengalir dengan wajah yang memerah. Ia bahkan tak kuasa melawan saat Sebastian menghunjamkan cucup kasar ke kulit lehernya yang lembut dan mulus. Deru napas Sebastian begitu panas. Ia berada di antara amarah dan kerinduan yang dalam. Marah karena Cindy memilih pria lain dan marah karena wanita itu tidak mengingatnya lagi. “Untuk apa kamu menangis? Huh, kamu pura-pura gak kenal sama aku,” geram Sebastian dengan sebelah tangannya mencengkeram rahang Cindy. Ia menyentakkan Cindy yang terisak. Perlahan Cindy diam menenangkan diri. Ia menelan ludah lalu membuka mata dan berusaha menatap Sebastian yang menatapnya dengan pandangan liar serta tajam. Sejenak Cindy menatap mata pria itu. Bola mata itu seakan tak asing baginya. Otak Cindy sedang berpikir keras di mana ia pernah mengenal atau melihat pria itu di suatu tempat. Ia membongkar tumpukan memori lama di kepalanya. Siapa dia? “Siapa kamu?” tanya Cindy pelan dan lembut. Ada kepasrahan dalam nada bicaranya. Ia tidak berubah, masih Cindy yang sama. Sebastian mengeraskan rahangnya yang juga ikut memandangnya sempat melembutkan pandangannya. Jika itu adalah pandangan kekasih, Cindy pasti sudah didekapnya mesra. “Kamu melupakan aku? Semudah itu?” jawab Sebastian dengan sisa keangkuhannya. Cindy masih tertegun. Matanya jatuh lalu dengan cepat mengambil kesempatannya. Ia mendorong dan keluar dari cengkeraman Sebastian yang menindihnya. Sebastian terkesiap kaget lalu tersenyum dan terkekeh. Cindy menyudutkan dirinya dengan napas tersengal mencoba melarikan diri. Sebastian yang ikut bangun secepat kilat berjalan pada pintu kamar lalu menguncinya. Cindy ikut berlari ke arah pintu tapi kalah gesit. Ia terpaksa mundur. “Siapa yang mengajarkanmu untuk berbuat curang, Sayang? Melvin?” Sebastian mengolok lalu berjalan selangkah demi selangkah pada Cindy. “Pergi kamu! Aku gak kenal sama kamu!” Cindy balas menghardik. Ia lebih mirip anak kucing yang ketakutan pada harimau yang berjalan ke arahnya. “Kamu masih curang dan licik seperti dulu, ternyata kamu cuma memanfaatkan situasi. Huh, benar-benar seperti Cindy Andriana yang sudah membuatku masuk penjara,” imbuh Sebastian masih terus menyudutkan Cindy. Cindy membesarkan matanya. Ia yakin jika pria di depannya adalah seseorang dari masa lalu, tapi siapa dia? Tangan Sebastian menarik paksa tangan Cindy yang lengah lalu menghempaskannya kembali ke ranjang. Cindy melawan tapi tangan itu dengan cepat menarik gaunnya sampai robek. Cindy berteriak meminta tolong karena ia tahu akan terjadi kejahatan untuknya kali ini. “Tolong aku!” Sebastian tak memiliki rasa kasihan saat meraih dan menindih Cindy lagi di ranjang yang sama. Kali ini ia membuka kancing kemeja setelah menarik lepas dasi. Cindy makin ketakutan. Ia menangis, menjerit, serta meminta pertolongan. “Tolong, jangan lakukan! Aku mohon, aku mohon! Lepaskan aku!” Cindy terisak berusaha keras menjauhkan jamahan Sebastian dari tubuhnya. Sebastian sudah sempat melunak kembali keras. Ia mencengkeram rahang Cindy lalu meremasnya. “Kalau kamu terus berteriak, aku akan membuat kamu gak akan bisa berjalan, Sayang!” Sebastian mengancam Cindy agar ia diam tak lagi melawan. Cindy menahan isak dan ketakutannya. Mata cantiknya basah oleh air mata. Kali ini ia memang sudah diambang kehancuran saat wajah Sebastian mendekat. Ujung bibirnya terangkat dengan mata tak berkedip mendominasi Cindy. “Gadis baik! Sekarang dengarkan aku ....” Sebastian mendekat pada telinga Cindy berbisik seraya menghembuskan udara lewat mulutnya. “Kamu akan aku lepaskan dengan satu syarat. Layani aku sekarang, jangan mencoba melawan atau aku akan mencambuk kamu. Mulai sekarang, kamu harus datang sendiri dan menyerahkan dirimu padaku. Jangan pernah coba-coba kabur, Sayang. Aku pasti akan mengejarmu sampai ke ujung dunia. Kamu gak akan pernah lolos,” desau Sebastian lalu menggigit ujung telinga Cindy mencoba menggodanya. Akan tetapi, Cindy merasa sebaliknya. Ia memejamkan mata bergidik jijik pada apa yang dilakukan pria asing itu pada tubuhnya. Tangan Sebastian meraba bagian atas dada sebelah kiri. Ia meremas lalu menarik gaun yang menutupi tubuh Cindy sampai robek. Cindy memekik tertahan. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat masih dengan mata terpejam erat. Sebastian kembali mencengkeram rahang Cindy dan memerintah. “Buka mata kamu!” Cindy masih belum mau membukanya. “Cindy, jika kamu tidak mau membuka matamu, akan kuhabisi Melvin sekarang,” imbuhnya terus mengancam. Cindy membelalakkan matanya dan seringai jahat itu kembali terlihat. “Lihat aku baik-baik. Ingat wajahku karena mulai sekarang, aku akan menjadi mimpi burukmu selamanya, Cindy.” Cindy tidak menjawab. Samar-samar ingatannya tentang si pemilik mata setajam elang itu muncul di pikirannya. Sebastian sudah tidak mau menahan dirinya. Bibirnya lantas terbenam menjamah kulit selangka milik Cindy. Cindy memekik lalu berteriak untuk melepaskan diri. Sebastian yang tidak suka mendengar jeritan, lantas mengikat mulut Cindy dengan dasi. Tidak hanya mulut, kedua tangan Cindy diikat menggunakan tali pinggang Sebastian. Cindy menggelengkan kepalanya mencoba melawan tapi tenaganya kalah besar dari Sebastian. Dengan napas tersengal dan penuh nafsu, Sebastian mengentakkan kaki Cindy dan kembali menindihnya. Kali ini, Sebastian telah melepaskan sedikit celananya. “Jangan bergerak, Sayang. Kamu cuma hanya buang tenaga melawanku!” desau Sebastian lalu menekan miliknya pada Cindy. Cindy hanya bisa berteriak tertahan dari balik belit dasi yang menekan mulutnya. Air matanya keluar dan yang bisa dilakukan Cindy hanyalah memejamkan matanya. Sebastian tidak peduli pada rasa sakit yang dirasakan oleh Cindy. Ia bergerak cukup agresif menjamah Cindy yang tidak berdaya. Setelah pelepasannya, Cindy tidak lagi bisa bergerak. Ia sudah pasrah menerima sementara Sebastian terengah pelan. Hidungnya sempat membaui Cindy sebelum ia melepaskan diri. Sebastian bangkit dari tubuh Cindy dan berdiri. Ia menarik kembali celana dan mengaitkannya. Lalu memungut jas dari lantai dan mencangklongkan ke pundak. Sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sambil terus menatap Cindy. “Kita akan bertemu lagi .... “ Cindy masih menatap kosong pada Sebastian yang masih menyeringai padanya. Sebastian kembali mendekat lalu menekan sisi ranjang dengan sebelah kakinya. Ia mencondongkan tubuhnya pada Cindy yang menatap ketakutan pada Sebastian. Tubuh Cindy belum sepenuhnya tertutup. “Laki-laki yang kamu sebut suami itu kalah judi dariku. Jadi dia mempertaruhkan kamu sebagai harta terakhirnya. Aku sangat terkesan dengan laki-laki pengecut seperti itu yang kamu nikahi. Dia memilih menyelamatkan dirinya daripada kehormatan kamu,” ujar Sebastian menjelaskan. Cindy terpaku dengan pelupuk mata penuh air mata. Rasanya seperti hancur sehancurnya mendengar suaminya menjualnya seperti barang. “Malam ini sampai di sini, Sayang, tapi ingat ... utang tetap harus dibayar.” Sebastian menyisir tubuh Cindy sekali lagi sebelum berbalik pergi meninggalkan wanita itu di ranjangnya. Cindy meringkuk dan menangis sejadinya setelah Sebastian pergi. Hatinya hancur dan tubuhnya terasa kotor. Cindy jadi tidak berani keluar dari kamar. Ia bersembunyi di balik selimut sambil menangis sesenggukan. Sementara itu di bar, Melvin menatap gelas wiski yang ia pegang lalu menegak isinya sampai habis. Setelah separuh membanting gelas yang dipegangnya, ia menyugar gusar rambutnya dan menundukkan kepala. Rasa bersalah telah menjual istrinya mendera nuraninya sebagai seorang suami. Terlebih belakangan Melvin mulai menyukai dan menyayangi Cindy. Akan tetapi, malam ini Melvin berubah menjadi monster yang menukar sang istri dengan utang-utangnya. “Maaf, Tuan. Anda harus membayar jika masih ingin minum,” ujar bartender menegur Melvin yang sudah menghabiskan setengah botol wiski. Melvin menarik napas panjang lalu merogoh saku dan membuka dompetnya. Ia mengeluarkan kartu kredit dan memberikannya pada bartender itu. “Oh, Cindy. Maafin aku,” desah Melvin bergumam seraya mengusap wajahnya. Beberapa kali ia memejamkan mata tapi bayangan wajah Cindy yang tak mau pergi. Melvin menepis rasa bersalahnya dengan minum kembali. Ia ingin mabuk dan melupakan semuanya. Satu jam kemudian, Melvin kembali. Ia masuk ke kamarnya dalam keadaan mabuk. Dari pintu kamar ia melihat istrinya Cindy meringkuk di balik selimut separuh telanjang. Dandanannya rusak dan rambutnya kacau. Dari wajahnya terlihat jelas jika ia sudah terluka. “Cindy ....”
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Penebus Utang Bab 2 Ternoda Bab 3 Malam Kelabu Bab 4 Pekerjaan Baru Bab 5 Dari Masa Lalu Bab 6 Bos Gila Bab 7 Suami Tak Bertanggung Jawab Bab 8 Perjanjian Sehidup Semati appBab 9 Pertahanan Yang Robek appBab 10 Luka Hati Terdalam appBab 11 Tak Ada Alasan appBab 12 Dalam Cengkeraman Iblis appBab 13 Tak Bisa Berbohong appBab 14 Pembalasan appBab 15 Berusaha Pergi appBab 16 Merasa Lepas Dari Cengkeraman appBab 17 Bukan Bantuan Yang Datang appBab 18 Karma Yang Dibeli appBab 19 Tak Selamanya Bersembunyi appBab 20 Bukan Menantu Pilihan appBab 21 Tak Boleh Hilang appBab 22 Tumbal Cinta appBab 23 Nyaris appBab 24 Masuk Perangkap Lagi appBab 25 Penolong? appBab 26 Kerangkeng Duka appBab 27 Kambing Hitam appBab 28 Mengancam Demi Ego appBab 29 Memupuk Kebencian appBab 30 Tanpa Harapan appBab 31 Mata Yang Terhalang appBab 32 Kecurigaan Beralasan appBab 33 Gengsi Dan Kemarahan appBab 34 Bos Yang Aneh appBab 35 Keberadaan Cindy appBab 36 Monster Yang Sesungguhnya appBab 37 Cookies Dan Kopi appBab 38 Harga Diri appBab 39 Menolak Menjadi Simpanan appBab 40 Bantuan Dadakan appBab 41 Terpaksa Patuh appBab 42 Membaca Pikiran appBab 43 Menu Makan Malam appBab 44 (Tak) Terduga appBab 45 Kamar Baru appBab 46 Milikku Yang Kembali appBab 47 Tembok Rahasia appBab 48 Pesan Manis appBab 49 Burung Dalam Sangkar appBab 50 Negosiasi appBab 51 Posesif appBab 52 Terjepit appBab 53 Bukan Rumahku appBab 54 Aku Tak Boleh Kalah appBab 55 Masih Dalam Hukuman appBab 56 Manja Tapi Gengsi appBab 57 Janji Di Atas Keraguan appBab 58 Gerbang Neraka appBab 59 Muslihat Jahat Mertua appBab 60 Siksaan appBab 61 Hati Yang Terluka appBab 62 Tak Mau Mencari Perlindungan appBab 63 Langkah Di Luar Rencana appBab 64 Sentuhan Nakal appBab 65 Rencana Pembalasan appBab 66 Gairah Terindah appBab 67 Memanfaatkan Cinta appBab 68 Hanya Kedok appBab 69 Yang Tak Bisa Dimiliki appBab 70 Obat Tidur appBab 71 Surat Kaleng appBab 72 Masih Adakah Pilihan? appBab 73 Bisakah Kita Bersama? appBab 74 Kencan Di Akhir Pekan appBab 75 Mata-Mata appBab 76 Tak Sama Rencana Semula appBab 77 Menutup Dengan Tirai appBab 78 Telinga-Telinga Yang Penasaran appBab 79 Es Krim Cinta appBab 80 Cinta Yang Nyata appBab 81 Inilah Aku appBab 82 Mencari Kebenaran appBab 83 Gara-Gara Es Krim appBab 84 Bos Yang Pingsan appBab 85 Kasih Sayang appBab 86 Belaian Kesembuhan appBab 87 Lolos appBab 88 Segurat Kenangan Masa Lalu appBab 89 Berlututlah Padaku appBab 90 Tamu Tak Disangka appBab 91 Dua Pria Satu Hati appBab 92 Cinta Berubah Haluan appBab 93 Kesetiaan Teruji appBab 94 Bermuka Dua appBab 95 Meraih Simpati Kembali appBab 96 Tangan Pengacara Dingin appBab 97 Di Bawah Utang appBab 98 Membalikkan Permainan appBab 99 Permintaan Menyakitkan appBab 100 Istri Tulang Punggung appBab 101 Negosiasi Ulang appBab 102 Menelan Ludah appBab 103 Tawaran Menggiurkan appBab 104 Ancaman Sang Pengacara appBab 105 Penjahat Yang Bersembunyi appBab 106 Bimbang appBab 107 Adikku Yang Berharga appBab 108 Kelinci Yang Tersesat appBab 109 Menghimpit Naluri appBab 110 Terdesak appBab 111 Jangan Malu Padaku appBab 112 Bukan Jebakan Cinta appBab 113 Tak Akan Melepasmu appBab 114 Kesepakatan Cinta appBab 115 Racun Cinta appBab 116 Dibalik Rencana Bulan Madu appBab 117 Rencana Di Masa Lalu appBab 118 Ingatan Yang Tertinggal appBab 119 Rasa Bersalah Di Masa Lalu appBab 120 Uang Dan Cinta appBab 121 Persiapan Perjalanan appBab 122 Tak Berhenti Berbohong appBab 123 Salah Spekulasi appBab 124 Prasangka appBab 125 Trauma Rasa Bersalah appBab 126 Yang Tertinggal appBab 127 Ciuman Di Atas Awan appBab 128 Diburu Sang Kakak appBab 129 Salah Sangka appBab 130 Perjalanan Yang Melelahkan appBab 131 Nyaris Hilang Kendali appBab 132 Hukuman Misterius appBab 133 Melayang Di Awan appBab 134 Istri Dan Simpanan appBab 135 Jalan Gelap Ingatan Yang Hilang appBab 136 Alasan Mencintai appBab 137 Firasat Tak Baik appBab 138 Dua Sisi appBab 139 Melintasi Masa Lalu appBab 140 Dosa Yang Tertinggal appBab 141 Potongan Ingatan Yang Mengambang appBab 142 Bagian Yang Tak Kembali appBab 143 Mendadak Cemburu appBab 144 Jangan Lagi Sembunyi appBab 145 Dinding-Dinding Penghalang appBab 146 Makan Malam Tanpa Gairah appBab 147 Hasrat Terpendam appBab 148 Adikku Malang, Adikku Sayang appBab 149 Kembalikan Milikku appBab 150 Obsesi Cinta Sebastian appBab 151 Miliki Aku appBab 152 Kegelapan Yang Kembali appBab 153 Rencana Menikah appBab 154 Cinta Gila, Cinta Buta appBab 155 Kabur appBab 156 Janji Yang Harus Ditepati appBab 157 Istri Penganggu appBab 158 Menculik Cindy appBab 159 Keegoisan Cinta appBab 160 Siapa Monster Sesungguhnya? appBab 161 Jalan Yang Membawaku Padamu appBab 162 Tak Beranjak appBab 163 Mimpi Hanyalah Mimpi appBab 164 Kebenaran Yang Menyakitkan appBab 165 Penyesalan Tak Usai appBab 166 Tak Rela Kehilangan appBab 167 Cintaku Mungkin Salah appBab 168 Dalam Kungkungan Obsesi Gila appBab 169 Cinta Beracun appBab 170 Pilihan Sulit Terjepit appBab 171 Buah Dari Kesetiaan appBab 172 Tamu (Tak) Diundang appBab 173 Mencari Musuh appBab 174 Dosa-Dosa Masa Lalu appBab 175 Catatan Pernikahan appBab 176 Validasi Kebohongan appBab 177 Kau Buatku Hilang Arah appBab 178 Rasa Bersalah appBab 179 Dari Hati Yang Terluka appBab 180 Dalam Cinta Buta appBab 181 Yang Sesungguhnya appBab 182 Permohonan appBab 183 Pencarian Cinta Tak Berujung appBab 184 Di Antara Frustrasi Dan Cinta appBab 185 Kembali Padamu appBab 186 Rindu Yang Terbayarkan appBab 187 Ternyata Hanya Kamu appBab 188 Salju Yang Mencair appBab 189 Jatuh Ke Pelukanmu Lagi appBab 190 Aku Tak Mau Berpisah appBab 191 Mata Terbuka appBab 192 Jangan Tinggalkan Aku appBab 193 Menyingkap Topeng appBab 194 Hidup Yang Terus Berjalan appBab 195 Mengejar Yang (Tak) Terkejar appBab 196 Bukan Cinta Tapi Hukuman appBab 197 Bukan Cinta Tapi Hukuman appBab 198 Pulang appBab 199 Akhir appBab 200 Kehilangan Arah app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta