Bab 8 Desahan nikmat Vira
Setelah jadwal kelas selesai Vira langsung memberikan les di sekolahan dan dia pulang mengajar sekitar pukul setengah tiga sore. Vira menerima pesan lagi dari Bram. Pesan tersebut berisi bahwa Bram sudah menunggunya di toko material tempat Bram bekerja.
Vira enggan pergi, dia ingin langsung pulang ke rumah, tapi karena Bram mengancam akan datang ke rumahnya Vira mau tidak mau pergi ke toko.
Saat tiba di toko, Vira memarkir motornya di garasi lalu melepaskan helmnya dan segera masuk ke dalam.
Toko material milik Bram lumayan besar, Vira juga tahu Bram memiliki banyak penghasilan tidak hanya dari toko-toko material yang didirikan di kota tersebut. Di luar kota terdekat Bram juga punya beberapa toko. Bahkan bisnisnya itu juga meluas ke Surabaya.
Vira berjalan masuk dan seorang pegawai segera mengantar Vira ke kantor di mana Bram menunggu.
Ternyata belakang toko ada sebuah rumah berukuran sedang. Suasananya cukup bagus dan bersih. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa hingga terlihat seperti vila-vila mini di pegunungan. Di sekitarnya juga ditanami pohon bunga flamboyan dan bunga bungur. Kedua tanaman itu sudah berbunga. Sekarang sedang musim kemarau, pohon tumbuh penuh dengan bunga hampir tidak memiliki daun.
Vira berjalan dan menatap rimbunnya pohon penuh dengan bunga bermekaran.
Vira tanpa sadar mengangkat tangan kanannya dan meraih dahan yang bisa dia jangkau. Angin berhembus perlahan, semilir menerpa rambut lurusnya. Vira mengukir senyum pada bibirnya, dia sangat menikmati pemandangan itu. Rumah kecil yang dibangun di belakang gedung toko besar terlihat seperti vila mungil yang berdiri di tengah hutan penuh bunga.
Vira larut dalam suasana, dia bahkan tidak sadar Bram sudah berjalan mendekatinya dan langsung memeluknya dari belakang.
"Om!" Vira kaget dan berniat melepaskan diri.
Bram tersenyum lalu memetik satu tangkai kecil dan dia selipkan pada belakang telinga Vira.
Vira menelan ludahnya dengan wajah memerah. Seumur hidupnya dia belum pernah berpacaran atau menjalin hubungan romantis dan manis seperti sekarang.
"Om nanti ada karyawan yang melihat kita," ujar Vira seraya melepaskan diri dari pelukan Bram. Bram tidak menahan Vira.
"Toko sudah tutup, aku baru saja masuk ke sini," jawabnya sambil mengedikkan dagunya ke pintu gerbang yang menghubungkan lokasi gedung toko di depan sana dengan kediaman di belakangnya.
Saat Vira datang tadi toko milik Bram memang akan ditutup karena sudah sore.
"Ayo, ikut aku, masuk ke dalam," ajak Bram sambil menggenggam tangan Vira lalu membawanya ke dalam rumah.
Rumah mungil tersebut memiliki dua kamar tidur. Ada dapur, kamar mandi, dan ruang santai. Kediaman tersebut dibangun dengan model elegan.
Vira memegangi tali tasnya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Bram senang melihat Vira sepertinya menyukai model dan gaya rumah hasil rancangannya.
"Kamu suka?" Tanyanya sambil berlalu ke ruang belakang, Bram kembali dengan dua botol minuman ringan.
Vira tidak menyahut pertanyaan Bram dan hanya mengangkat kedua alisnya.
Bram memberikan botolnya satu pada Vira.
Vira mengambilnya tapi dia letakkan di atas meja ruangan utama.
"Om kenapa memintaku datang ke sini?" Tanyanya sambil menatap Bram yang sejak tadi berdiri tanpa mengatakan apa-apa.
"Aku cuma mau bilang sama kamu kalau aku nggak ada niat untuk putus," jawabnya.
"Hanya itu saja?" Tanya Vira dengan ekspresi cuek. Tidak ada tanda-tanda bahwa Vira tertarik pada Bram. Malahan sikap Vira terlihat begitu enggan meladeni Bram.
Bram beranjak berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekat dan membungkuk tepat di depan Vira, ditatapnya wajah Vira dengan tatapan penuh hasrat. Vira langsung melengos.
Bram tersenyum, dia menyentuh dagu Vira.
"Vir ...."
"Aku sudah ngomong sama Om, aku nggak mau, jalinan nggak masuk akal seperti ini untuk apa dilanjutkan!" jawabnya sambil menepis tangan Bram.
Bram sepertinya tidak peduli dengan penolakan Vira, Bram malah melepaskan kancing bajunya sendiri lalu membuang kemejanya ke atas sofa.
Melihat itu Vira segera berdiri, dia berniat pergi tapi Bram malah menariknya dan memaksanya masuk ke dalam kamar, sampai di dalam kamar Bram menekan tubuh Vira ke ranjang.
"Om, jangan! Aku nggak mau!"
Jika Vira tahu Bram memintanya datang hanya untuk meladeni gairahnya Vira tidak akan pernah mau menuruti keinginan Bram.
"Om aku nggak mau! Lepas!" Tolak Vira sambil meronta.
Bram mulai menciuminya dan melumat bibirnya. Penolakan Vira menjadi tidak berarti, Bram selalu mendapatkan apa yang diinginkan.
Bram bahkan sudah berhasil melucuti pakaian yang membalut tubuh molek Vira. Buah dadanya terlihat kenyal dan padat di balik penutup berenda warna merah. Serta celana dalam kain tipis merah mirip jaring ikan tersebut terlihat sangat cantik menutupi organ intim Vira yang berbulu lebat.
Bram menatapnya sambil mengukir senyum senang, dia langsung meremas-remas buah dada Vira sambil menyusuri leher Vira dengan bibirnya. Jemari tangan Bram sibuk melepaskan pengait di belakang punggung Vira kini tinggal penutup pada sisi bawah yang belum Bram lepaskan.
Vira memejamkan matanya, tadi kedua tangan Vira sibuk menjauhkan dada Bram dari sisinya tapi sekarang malah sibuk meremas-remas tengkuk Bram yang sedang melumat kedua puting Vira bergantian kiri dan kanan.
"Umhhh, tubuhmu seksi dan cantik, Vira," bisik Bram yang sejak tadi terus mencumbuinya dengan penuh nafsu.
Vira tidak menyahut, dia hanya mendesis sambil menggeliat nikmat.
Lumatan Bram berhenti dan tatapan matanya segera beralih ke sisi organ intim Vira. Awalnya Bram mengelusnya lembut lalu melihat Vira mulai membuka pahanya lebih lebar.
"Ssshhh, Oom, ouhhhh, ssshhhh, aahhhh, sshhh, Om, geli," bisik Vira di telinga Bram.
Nada suara Vira terdengar sangat merdu dan manja. Hal itu membuat Bram tidak sabar ingin menikmati tubuh gadis muda tersebut.
"Kamu terlihat sangat menikmatinya, Vir, aku pengen lebih," tutur Bram dengan terang-terangan sambil mengelus organ intim Vira yang masih terbalut dengan celana dalam tipisnya. Bram kembali melumat bibir Vira sambil terus menyentuh organ intim Vira yang menjadi candu baginya.
Vira menyentuh dada bidang Bram, dia tidak melakukan penolakan lagi dan memilih memejamkan matanya. Sejenak Bram mengentikan aksinya, dia merangkak turun lalu melepaskan celana dalam Vira. Bram memeluk kedua paha mulus Vira.
Vira kaget sekali saat merasakan sapuan lidah pada sisi organ intimnya.
"Oouhhhhh! Oooom?" Paggilnya seraya menatap ke sisi bawah.
Bram sedang sibuk menciumi dan menjilati organ intim Vira.
Bram menyibakkan bibir organ intim Vira ke samping dan melumat sisi dalamnya.
Tubuh telanjang Vira menggeliat di atas ranjang. Bram semakin bernafsu menatap organ intim Vira yang berbulu lebat ditambah gerakan tubuh telanjang Vira di atas ranjang.
"Ssshhhh, oouhhhh, ooouhhhh, Om Bram, aku nggak tahan, oohhhh, enak sekali, ooohhhh, Om, emmhhh, engghh,"
"Vira, kamu cantik sekali sayang," bisik Bram sambil terus melumat organ intim Vira.
Vira sepertinya sudah tidak tahan, tubuh telanjang miliknya menggelinjang hebat lalu Vira mengejan sambil menyodorkan organ intimnya ke arah mulut Bram. Vira meremas tengkuk Bram dan menekan kepala Bram agar memakan seluruh organ intim yang ada di selangkangannya. Tindakan Vira membuat Bram senang, Vira sepertinya sangat menyukai cara dia memberikan kepuasan.
"Oooom, ooooooookhhhh!"
Bram langsung melumat cairannya hingga Vira merasa puas.