Bab 14 Memergoki mertua berhubungan badan
"Cerai? Hahahaha! Nggak bakalan! Kita baru nikah mana mungkin aku ceraikan kamu?" Tukas Bram sambil menekan tubuh Vira hingga rebah di ranjang dalam kamar tersebut.
"Om! Aku nggak mau!" Jerit Vira. Vira berontak, dia bahkan memukuli Bram dengan kedua tangannya. Namun perlawanan itu hanya berlangsung selama dua menit, selanjutnya Vira hanya bisa meremas punggung Bram sambil merintih nikmat lantaran cumbuan Bram pada tubuh Vira membuatnya mabuk kepayang dalam gairah panas.
Bram tidak peduli, dia langsung menarik kain batik dari pinggang Vira hingga memperlihatkan celana dalam brokat hitam yang membalut liang intim Vira. Ditepikan celana dalam itu ke samping, lalu di tepuk-tepuknya organ intim Vira sampai Vira mendesah keenakan.
"Sssshhhh, ouhhhh, oohhh, Om, ssshhh Om Bram sangat nakal, ouhhhh, ouhhh, emh, Om, basah pepekku, ouhhh," desah Vira sambil merem-melek menikmati tepukan telapak tangan Bram pada selangkangannya. Vira membuka pahanya, dia ingin dipuaskan, penampilannya yang sedang birahi terlihat seksi dan cantik sekali di mata Bram. Buah dada Vira yang menyembul sebagian ke atas pada sisi atas lingkar leher kebayanya terlihat seksi dan montok sekali. Sejak melihat penampilan Vira sebelum ijab kabul dilangsungkan beberapa jam lalu, sebenarnya Bram sudah tidak tahan untuk tidak menyetubuhinya. Bram menyentuhnya, lalu melepaskan dua kancing kebaya di dada Vira, buah dada bulat dan kencang milik Vira langsung keluar dari dalam balutan kebayanya. Putingnya tampak merah kecoklatan dan membuat Vira terlihat semakin seksi. Bram melumat puting payudara Vira sambil menyetubuhinya tanpa melepaskan kebaya dari tubuh Vira. Ketika Bram mengayunkan bokongnya ranjang untuk dua orang di dalam kamar Vira pun berderit-derit, suaranya terdengar hingga keluar pintu kamar Vira.
"Akh, akh, Om, oh, oukh, akh, Om, akh, emmh, ouhhh, terus, sodok pepekku, ookhssh, oksshh, sshhh, eeemh," desahan nikmat Vira pun sampai ke kamar sebelah, di mana Guntoro dan Murni beristirahat.
Murni sudah tertidur lelap sementara Guntoro tidak bisa memejamkan matanya akibat desahan Vira dan lenguhan Bram terus terdengar berisik.
Sudah berjam-jam lamanya Guntoro mendengar putrinya melakukan hubungan intim dengan Bram tanpa henti, seolah tidak kenal lelah Bram sepertinya terus meminta Vira untuk melayaninya sampai Vira kewalahan dan lemas dalam rengkuhan Bram.
Diakhir hubungan intim mereka berdua, Bram mengecup kening Vira dengan lembut.
"Om," bisik Vira sambil merangkul tubuh telanjang Bram di sebelahnya.
Bram menatap kedua matanya dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa? Kamu sudah kelelahan? Tidurlah," bisik Bram pada Vira.
"Kemeja Om sudah hancur, habisnya aku kesal sama Om," rajuk Vira pada Bram dengan bibir cemberut.
Bram tidak marah, dia malah tersenyum lebar lalu menyentuh selangkangan Vira, Bram menatap Vira sambil mengelusnya dengan lembut.
"Kalau aku telanjang, kamu makin senang?" Godanya pada Vira.
"Ng-nggak!! Mana mungkin!" Elak Vira sambil memukul dada Bram dengan tangannya lalu tidur memunggunginya. Bram memeluknya dari belakang sambil kembali mengelus organ intim Vira dengan usapan lembut, sesekali dia tepikan bibir area intim Vira lalu dia tekan biji kecilnya hingga Vira menggelinjang dengan manja.
"Akh! Oooom!" Rengek Vira dengan suara manja.
"Desahanmu bikin aku nafsu, kalau aku nggak pakai baju aku bakalan minta kamu layani terus-menerus, salah siapa bikin bajuku nggak bisa dipakai?" Tanya Bram dengan suara berbisik lirih.
Vira langsung menoleh ke belakang sambil membuka pahanya dan Bram langsung menjejalkan batang kejantanan miliknya ke dalam liang intim Vira dari belakang.
Beberapa saat kemudian Vira kembali mendesah nikmat sambil mengelus lengan Bram yang memainkan biji kacangnya sambil menyodok-nyodok liang intim Vira dari belakang dengan posisi miring.
"Ah, ah, akh, oohh, akh, terus Om, gesek pepekku, ohhh, sshhh, enak sekali Om, emmh, ouhh, Om, aahhhh, sshhhh, enak sekali sodokan Om Bram, aku suka Om, ookkhhh, puaskan aku," pinta Vira sambil mengusap lengan Bram.
Sampai jam tiga pagi, Guntoro masih mendengar putrinya yang terus merengek-rengek nikmat disertai suara pukulan organ intim yang basah. Beberapa kali juga Guntoro mendengar jeritan penuh kepuasan yang terlontar dari mulut Vira.
Guntoro tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sama sekali tidak menduga pria yang dulunya dia gunakan sebagai tameng akibat tindakan keji antara dirinya dengan Ningrum kini malah resmi menjadi menantunya!
***
Sekitar pukul enam pagi, Guntoro duduk di kursi meja makan, Murni juga duduk di sana.
"Kamu nggak panggil Vira, Bu? Dia pasti lapar sekarang, sudah sejak kemarin sore dia belum makan."
Murni menatap ke arah pintu kamar Vira. Pagi tadi sekitar pukul lima pagi dia mendengar rengekan manja Vira dan juga organ intim basah yang terus beradu. Murni terlihat sedang melamun, dia tiba-tiba mengusap tengkuknya sendiri membayangkan aktivitas panas yang dilakukan Vira bersama Bram di balik pintu kamar yang tertutup.
"Bu?" Tegur Guntoro pada Murni.
"Ah, itu? Biarkan sajalah, lagi pula Vira juga baru menikah, wajar kalau pengantin baru lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, Bapak pasti sudah lupa? Dulu kita nikah sampai tiga hari tiga malam pepekku jarang kering, bapak minta terus bahkan seperti nggak bisa berhenti!" Gurau Murni sambil mengulum senyumnya.
Guntoro tiba-tiba teringat tentang itu, mereka berdua sekarang pun masih sering melakukan hubungan intim saat Vira mengajar di sekolah atau memberikan les. Hubungan antara Murni dengan Guntoro juga masih hangat meski Vira sudah dewasa.
Tiba-tiba Guntoro langsung mencekal pergelangan tangan Murni dan dia bawa ke dapur, di sana dia menaikkan rok Murni dan berjongkok di depan organ intim Murni untuk menjilati area sensitif Murni.
Murni tersenyum puas sambil mendesah nikmat, kepalanya mendongak menatap langit-langit ruangan. Tak lama setelah itu, Guntoro langsung menancapkan batang kejantanan miliknya sambil meremat-remat bokong Murni di dalam rok longgar yang Murni kenakan. Tanpa membuka baju pun, pemandangan dua orang yang sedang bercinta itu bisa dilihat dengan jelas bahwa keduanya sama-sama saling berhasrat untuk mendapatkan kepuasan. Guntoro meremat bokong sambil mengayunkan bokongnya maju-mundur sementara Murni merangkul tengkuk Guntoro dan menciumi sisi leher Guntoro.
***
Di sisi lain, Bram hendak pergi mandi di kamar mandi belakang. Dan baru beberapa langkah, dia melihat dua orang tersebut sedang menikmati hasratnya di dapur, mereka sudah berganti posisi, dan Bram bisa melihat Murni mengangkat satu lututnya ke samping sementara Guntoro mendorong kejantanannya dari belakang punggung Murni. Buah dada Murni berukuran cukup besar dan masih terlihat kencang. Eloknya paras Vira serta seksinya tubuh Vira ternyata adalah warisan dari Murni ibu Vira.
"Sudah nggak muda lagi, ternyata Bu Murni sama Guntoro masih tetap panas dan bersemangat dalam melakukan hubungan seks," batin Bram.
Bram tidak tahu kapan adegan itu bakalan selesai.
Tak lama kemudian dia mendengar suara lenguhan Guntoro penuh kepuasan.
"Bu, aku pengen muncrat, ibu emut ya, aku pengen batangku sudah lama tidak ibu hisap, oouuukhhhh! Oouuuuuuhhhhh Bu!" Erang Guntoro sambil mencabut batang kejantanannya. Murni langsung berjongkok di depan Guntoro dan mengemutnya. Kebetulan saat melakukan itu Murni duduk dengan posisi setengah telanjang, buah dadanya menggantung ditambah organ intimnya terlihat terbuka lantaran roknya yang tadi dia kenakan diikat Guntoro hingga terlipat di pinggang rampingnya.
Murni dan Bram bertemu pandang cukup lama, Murni dengan mulut dipenuhi batang kejantanan Guntoro melihat Bram yang terus menatapnya dengan kedua mata tidak berkedip. Hal itu membuat Murni merasa malu dan cemas kalau suatu hari Bram bakalan menyinggung aksi panasnya dengan Guntoro.