Bab 12 Erangan nikmat Ningrum
"Mas Gun, aku bahkan semalam tidur sendirian, Mas Bram marah-marah terus sama aku, dia juga bahas tentang Adinda kalau aku sebelumnya sudah hamil sebelum menikah, aku cemas Mas, aku takut Mas Bram tahu siapa ayah kandung Adinda," rengek Ningrum seraya memeluk erat-erat pinggang Guntoro.
Guntoro mengelus lembut rambut Ningrum yang harum.
"Tenang saja, Bram nggak bakalan tahu Dinda adalah anakku, Ning, kenapa kamu cemas begini?" Tanya Guntoro.
Guntoro menyentuh pipi Ningrum lalu melumat bibirnya, dalam sekejap kursi rotan yang cukup untuk digunakan rebah satu orang itu menjadi alas untuk melakukan hubungan seks.
Guntoro mulai menggerayangi tubuh Ningrum dan membuka kancing bajunya hingga Ningrum menjadi setengah telanjang. Guntoro meremas-remas buah dada Ningrum lalu melumatnya. Ningrum terlihat senang dan malah memeluk bahu Guntoro.
"Mas ayo, enak sekali remasan Mas Gun, lihatlah, ini sudah basah pepekku," bisik Ningrum pada Guntoro sambil menyodorkan selangkangannya yang terlihat licin dan basah.
"Aku pangku ya?" Tawar Guntoro dengan senyum penuh nafsu.
Ningrum menganggukkan kepalanya.
Selanjutnya Guntoro memangku Ningrum sementara Ningrum menggenjot batang kejantanan Guntoro. Ningrum megap-megap sambil terus bergerak liar di atas pangkuan Guntoro.
"Oouhhh, Mas Gun, oohhhh, enak sekali Mas, aku kangen sama batang kejantanan Mas, ouhhhh, Mas Gun, aahhh, batangmu memang paling aku sukai, emmhhhh, eeengggh, Mas oukhh," erang Ningrum sambil terus menggoyangkan bokongnya.
Bram bisa mendengar deritan kursi rotan itu. Hatinya sangat kesal dan semakin jijik atas tindakan istrinya.
"Aku pikir kamu sudah lupa denganku, Ning, tidak kusangka kamu masih saja liar seperti dulu!" Bisik Guntoro seraya memilin kedua puting Ningrum yang kini sibuk bergoyang-goyang di atas pangkuannya.
"Mana mungkin aku lupa sama Mas Gun, sejak awal aku nggak pengen kita pisah, tapi Mas malah menyodorkan Bram! Sekarang aku dibikin sakit hati sama dia! Aku benci sekali Mas," ujarnya pada Guntoro.
"Sudah nggak usah kamu bahas lagi, aku puaskan kamu pagi ini, oke?" Ujar Guntoro seraya membalikkan posisi hingga Ningrum telentang di kursi rotan lalu dia genjot dari sebelah kursi. Ningrum terlihat sangat menikmati hubungan kotor itu. Wajah Ningrum terlihat puas, seperti orang mabuk yang sedang melayang-layang ke angkasa. Beberapa kali mereka saling melumat bibir satu sama lain.
"Mas ouhhhh, aku klimaks ooohhhhh, enak sekali Mas Gun, oohhhh, terus genjot pepekku oohhh," erang Ningrum sambil memeluk erat-erat tengkuk Guntoro.
Guntoro tersenyum senang dan mempercepat hentakan bokongnya maju-mundur.
Yang membuat Bram heran ternyata Ningrum tidak membahas Vira sama sekali saat di depan Guntoro. Padahal Bram pikir Ningrum akan mengadukan Vira pada Guntoro bahwa Vira yang sudah menggoda Bram.
Ternyata mereka berdua bertemu hanya untuk menyalurkan nafsu birahi.
Bram sudah tidak peduli lagi, yang pasti dia tidak akan pernah mengurungkan niatnya. Dia akan melakukan segala cara demi menikahi Vira Astanti!
***
Di masa silam ....
Saat Ningrum masih gadis perawan tanpa sengaja memergoki Guntoro sedang melakukan hubungan seks dengan Murni. Waktu itu Guntoro dan Murni masih menjadi pengantin baru. Keluarga besar Guntoro tinggal di atap yang sama. Jadi Monik kakak Guntoro juga tinggal di sana bersama dengan suaminya.
Usia Ningrum masih belia. Dan entah kenapa Ningrum berani menyelinap masuk ke kamar Guntoro.
Waktu itu kamar Guntoro gelap gulita. Guntoro tidak tahu kalau wanita yang dia sentuh adalah keponakannya sendiri! Sejak saat itu Ningrum selalu meminta disetubuhi oleh Guntoro seperti kecanduan seks. Sampai Ningrum tidak menikah dengan pria manapun karena sudah jatuh hati pada adik ibunya sendiri.
Hubungan terlarang tersebut tidak diketahui oleh siapapun. Hingga suatu hari Monik melihat Ningrum mulai mual-mual akibat janin di kandungannya.
Monik tidak percaya putrinya ternyata hamil sebelum menikah. Monik meminta bantuan pada keluarga untuk membuat perjodohan Ningrum.
Guntoro sendiri tidak mungkin mengatakan pada Monik bahwa dirinyalah yang sudah membuat Ningrum hamil. Apalagi Guntoro sangat mencintai Murni istri sah-nya.
Sekuat tenaga Guntoro berusaha mencarikan jodoh untuk Ningrum, dan akhirnya bertemu dengan keluarga Bram. Melalui perjodohan itulah akhirnya Ningrum resmi menjadi istri dari Bram Hendarto.
***
Puas melihat Ningrum bercinta dengan liar, Bram langsung melarikan mobilnya ke rumah Murni.
Pagi-pagi buta dia datang ke sana. Bahkan Vira masih tertidur di dalam kamarnya.
Bram memarkir mobilnya di pelataran lalu mengetuk pintu kediaman Murni.
Tok! Tok! Tok!
Murni di dalam rumah sedang sibuk menyiapkan sarapan. Dia mendengar suara ketukan pintu di ruangan utama.
"Vira! Vir! Bangun Nak! Bukakan pintunya! Ibu sibuk di dapur, nanti gosong masakan ibu!" Perintah Murni pada Vira.
Vira tidak bergerak dari ranjang, dia sangat malas dan merasa masih sangat mengantuk.
"Biarkan sajalah Bu, nanti kalau capek orangnya juga pergi sendiri!" Sahutnya dari dalam kamar.
Bram bisa mendengar jawaban Vira. Dia sangat kesal sekali karena pintu tak kunjung dibukakan.
Demi menutupi sakit hati yang dirasakan selama ini, demi sandiwara untuk membuat tujuan utama berhasil, Bram berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan perasaan hancurnya.
"Vira! Ini aku Bram! Buka pintunya! Ada hal penting yang ingin aku sampaikan!" Teriak Bram dari luar pintu ruangan utama.
Vira langsung melompat turun dari atas ranjangnya dan berlarian menuju ke pintu untuk membukanya.
Gawat! Bram sinting itu ngapain pagi-pagi buta ke sini sih! Kalau ibu yang bukain pintu terus dia ngadu sama ibu, bisa mati aku! Batin Vira.
Dengan rambut acak-acakan Vira segera membuka pintu.
"Hehehe, Om Bram?" Sapanya sambil meringis dengan terpaksa.
Bram langsung menerobos masuk ke dalam seperti memasuki rumah sendiri. Vira hanya bisa melotot dan mengumpat di dalam hati atas perilaku Bram barusan.
"Bapak sama Ibu ke mana?" Tanyanya seraya menghenyakkan tubuhnya di kursi ruangan utama. Bram sengaja bersandiwara demikian.
Vira sejak tadi mengekornya dan berdiri di samping sambil menunjuk ke dapur.
"Ibu di dapur, Om ke sini mau bertemu sama Ibu?" Tanyanya.
"Nggak, aku ke sini mau jemput kamu!" Sahutnya sambil mengusap wajahnya sendiri untuk menyingkirkan ekspresi kesal, hancur, dan gelisah yang terlihat di sana sejak melihat Ningrum bertukar hasrat dengan Guntoro.
Bram menatap Vira dengan perasaan tak tentu, kalau dibilang hanya balas dendam untuk perbuatan Guntoro dan Ningrum di masa lalu buktinya Bram merasa nyaman setiap bertemu dan mengobrol langsung dengan Vira.
Bram mendongak menatap Vira yang sedang berdiri di sampingnya.
"Duduklah, kenapa malah berdiri?" Tanya Bram dengan suara rendah.
"Aku baru bangun, Om, masih bau jigong, aku pergi mandi dulu, Om tunggu di sini, jangan ngomong apa-apa sama ibu, oke?!" Ujar Vira dengan ekspresi gelisah tidak karuan.
Begitu Vira berniat pergi, Bram langsung membuka kata.
"Ningrum sudah tahu tentang kita,"
Duar! Bagai disambar petir kaki Vira spontan langsung tersandung meja di sampingnya.
"Tau-tau?! Kok bisaa!" Tanya Vira dengan panik. Vira langsung duduk di sebelah Bram.
"Om gimana sih? Kan Om sudah janji bakalan jaga semua ini?" Tanya Vira dengan nada emosi.
Bram mengeluarkan ponselnya dia menyodorkan benda itu pada Vira. Di sana ada rekaman saat mereka bertukar hasrat dan saling memanjakan satu sama lain.
"Aku nggak sengaja menaruh ponsel di meja, dia curiga dan dia buka ponselku saat aku keluar kamar, Ningrum akhirnya melihat semua ini," jelas Bram pada Vira.
Vira langsung menghapus semuanya dari galeri Bram. Wajah Vira menjadi pucat pasi, tubuhnya juga terasa panas dingin. Vira tidak mengira Bram akan mengabadikan tindakan menjijikan yang mereka berdua lakukan di kamar kediaman yang ada di belakang toko material milik Bram. Ternyata semuanya sudah direncakan dengan matang oleh Bram Hendarto demi menikahi Vira Astanti!
"Ada salinan videonya, bersiaplah, kita akan menikah tidak lama lagi! Sebentar lagi kamu akan menjadi Vira Hendarto," Ujar Bram pada Vira.
Murni sedang membawa nampan dengan cangkir teh untuk disuguhkan tanpa sengaja mendengar percakapan antara Vira dan Bram dan nampan dam genggaman tangannya spontan langsung jatuh berantakan di lantai.
Murni kaget sekali, dia tidak tahu apa maksud dari perkataan Bram tadi.