Bab 13 Menikah lagi
Sontak Bram dan Vira langsung menoleh ke arah suara.
Murni meninggalkan nampannya di lantai dan berjalan perlahan menuju ke arah Bram dan Vira.
"Vira apa maksudnya perkataan Nak Bram? Apa kamu yang sudah merayu Nak Bram? Hah?! Mau jadi apa kamu ituuuuu nduuuuuuk!?" Bentak Murni sambil mengulurkan tangannya untuk menjambak rambut putri semata wayangnya.
"Aku, aku nggak begitu Bu, aku, bukan seperti itu, aduh, ampun Bu! Ampuni aku!" Jerit Vira sambil menggenggam tangan ibunya.
Bram segera melepaskan tangan Murni dari rambut Vira.
"Salahku Bu, bukan salah Vira, aku akan bertanggung jawab, secepatnya!" Ujar Bram dengan serius.
Murni mengernyitkan keningnya.
"Tanggung jawab katamu? Sebenarnya bagaimana bisa seperti ini?" Kejar Murni pada Bram.
Menurut Murni semuanya adalah salah Vira. Apalagi tidak ada kejanggalan dalam pernikahan Bram yang berlangsung sudah lama, selama bertahun-tahun. Vira sendiri tahu, ibunya tidak akan percaya kalau Bram yang memaksanya untuk melayani birahinya. Vira memutuskan untuk mengatakan bahwa dirinya yang salah. Apalagi dia merasa bersalah pada Ningrum.
"Aku Bu, aku-aku yang memaksa Om Bram, aku-aku yang salah, ibu tahu sendiri kenapa aku nggak punya pacar, se-sebenarnya-sebenarnya sejak lama aku naksir sama Om Bram, dan hanya dengan cara ini aku bisa menikah dengan Om Bram," ujar Vira dengan suara gagap.
Murni menggelengkan kepalanya.
"Bisa-bisanya kamu mengecewakan ibu sampai seperti ini, Vir! Kamu satu-satunya putri ibu, satu-satunya yang ibu banggakan! Apa nggak ada pria lainnya? Nduk? Kamu sudah sekolah tinggi-tinggi sampai menjadi guru, apa ini hasilnya?"
Vira menundukkan kepalanya. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi pada ibunya.
Setelah Murni tenang Bram baru melanjutkan perkataannya.
"Saya akan menikahi Vira, Bu, saya dan Vira memang saling mencintai, Ningrum sudah tahu kalau saya akan membawa Vira ke rumah setelah saya resmi menikah dengan Vira." Tuturnya pada Murni.
"Aku nggak setuju kalau kalian nikah resmi, lebih baik hubungan seperti ini disembunyikan saja! Nikah siri!" Ujar Murni dengan serius.
Vira bahkan tidak memikirkan bahwa dia pada akhirnya akan menikah dengan Bram. Hubungan terlarang yang dia lakukan juga baru-baru ini terjadi. Menikah dengan Bram sekarang adalah peristiwa mendadak yang sama sekali tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Pernyataan cinta yang Vira katakan pada Murni hanyalah omong kosong belaka. Meski Bram gagah dan tampan tetap saja Vira tidak memilki perasaan cinta atau sayang seperti pasangan kekasih pada umumnya.
Setelah Murni tenang, Bram segera pergi bersama Vira ke rumahnya.
Bram sungguh-sungguh membawa Vira pulang ke kediamannya.
Ningrum kaget sekali, pikirnya setelah perselingkuhan Bram terbongkar maka Bram tidak akan berani membawa Vira ke rumah pribadi mereka.
Ningrum menatap Vira dan Bram bergantian, baru hendak membuka mulutnya Bram langsung membuka kata.
"Sebentar lagi Vira akan tinggal bersama kita, maklumi saja tindakanku yang sudah kelewatan ini, kamu tahu aku pria yang masih energik dan perkasa jadi aku nggak bisa kalau diladeni sama wanita yang sudah lemes dan kurang seger! Aku akan menggunakan kamar utama," ujarnya.
Ningrum kaget sekali, kamar utama disiapkan untuk Adinda putrinya.
"Pa, itu kamar untuk Adinda! Mas Bram lupa sebentar lagi Adinda menikah?" Tanya Ningrum.
Bram menyulut sebatang rokok, lalu menggamit pinggang Vira menuju ke kamar utama.
"Pernikahan Adinda juga masih lama, kan? Lagi pula Adinda juga belum menikah sekarang," ujarnya dengan santai sambil terus berjalan masuk ke dalam kamar.
Sampai di dalam kamar, Vira langsung menyingkirkan tangan Bram dari pinggangnya. Tiba-tiba Vira merasa sangat jijik dan merasa bersalah pada Ningrum.
Bram mengukir senyum licik. Tentu saja dia merasa sangat bahagia melihat Ningrum sakit hati seperti tadi.
"Om puas? Puas sudah membuat semua orang membenci aku? Apakah ini yang Om Bram bilang sebagai tanggung jawab?" Hardik Vira.
Ningrum bisa mendengar teriakan Vira di dalam kamar. Protes Vira pada Bram juga membuat Ningrum mengerti bahwa sebenarnya masalah perselingkuhan Bram bukanlah salah Vira. Tak lama setelah itu Ningrum mendengar suara gedebuk tubuh dibanting keras di atas kasur dan disusul dengan erangan serta desahan Bram di balik pintu.
"Okh, Vir, oukhh, pepekmu sangat legit dan nikmat, buah dadamu juga montok dan kenyal, okhh, tubuhmu bikin aku nggak kuat, aku jadi makin nafsu Vir, okh, okh, ah, sssh, ookhh!"
"Akh, Om, sakit! Pelan-pelan dorong batangnya, ah, ah, sshhh, oukhh, Om, aah, aku, hampir sampai, ookhhhh, aaahhhhhh!" Jerit Vira ketika tiba-tiba mendapatkan klimaksnya.
Ningrum sudah tahu apa yang terjadi di balik pintu kamar di ruangan utama.
Ningrum juga masih ingat belum lama ini sebenarnya hubungan antara dirinya dengan Bram masih baik-baik saja dibandingkan dengan akhir-akhir ini. Paling tidak Bram masih bersedia untuk menyetubuhinya.
Ningrum sama sekali tidak mengira kalau Bram akan berselingkuh di belakang punggungnya.
***
Di sisi lain, Guntoro sangat terkejut ketika menerima panggilan dari Murni.
"Apa kamu bilang? Bram akan menikahi Vira!? Lalu bagaimana dengan Ningrum? Adinda apa mau menerima Vira?" Tanya Guntoro pada Murni.
"Sekarang yang penting nikahkan dulu Vira, aku awalnya juga nggak setuju, tapi daripada Vira tiba-tiba hamil? Yang malu juga kita sendiri Pak! Vira bilang sama aku, Vira cinta sama Bram, aku juga nggak ngerti kok bisa-bisanya putriku satu-satunya jatuh cinta sama suami Ningrum!" Ujar Murni pada Guntoro.
Memang tidak ada solusi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut selain menikahkan Vira dengan Bram.
***
Tiga hari kemudian Bram secara rahasia melakukan ijab kabul untuk meresmikan hubungan antara dirinya dengan Vira Astanti.
Adinda dan Ningrum juga hadir di sana untuk menyaksikan Bram menikahi Vira. Bram sendiri tidak menyangka ternyata niat balas dendamnya bisa berjalan dengan sangat lancar seperti ini.
Setelah proses pernikahan selesai, Adinda dan Ningrum diantarkan sopir pulang ke rumah. Sementara Bram tentu saja tinggal di kediaman keluarga Guntoro untuk beberapa hari ke depan.
"Sekarang kamu sudah resmi menikah dengan Nak Bram, bapak berharap kamu bisa bahagia dan tidak kecewa dengan pria yang menjadi pilihanmu sendiri," ujar Guntoro pada Vira.
Vira menundukkan kepalanya sambil menangis.
Jeritan di dalam hati yang tidak bisa dia lontarkan pada Guntoro masih dia simpan rapat-rapat.
Pilihan apanya! Semua ini hanya rencana jahat dari Om Bram sinting untuk membalas Mbak Ningrum! Tega sekali dia memperlakukan diriku seperti sampah yang tidak berharga di mata semua orang! Pasti semua orang berpikir bahwa akulah yang sudah merayu Om Bram hingga membuatnya terpaksa menikahiku! Gerutu Vira dalam hati.
Setelah selesai acara malam itu, Vira masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tepi ranjang. Vira melihat tas besar milik Bram di dalam kamarnya. Tas tersebut berisi baju ganti milik Bram. Vira menatap gunting di meja, dia sangat kesal dan rasanya ingin mencabik baju-baju Bram hingga hancur dan tidak bisa dikenakan lagi. Vira membongkar tas besar itu dan dia mengambil kemeja.
Selang beberapa menit Bram menyusulnya masuk ke dalam. Bram mendapati kemejanya sudah hancur dan robek di lantai kamar sementara Vira duduk di tepi ranjangnya sambil menangis tersedu-sedu.
Pernikahan yang harusnya dilalui dengan penuh kebahagiaan malah menjadi pukulan besar yang harus ditanggungnya seumur hidup!
Bram menatap baju kebaya merah muda yang membalut tubuh Vira, rambutnya yang panjang disanggul cantik. Ada hiasan bunga mawar di sisi kiri dan kanan. Vira terlihat sangat anggun dan cantik. Cincin berlian pemberian Bram pada jari manisnya menambah cantik jemari tangan Vira Astanti.
"Om, kalau sudah puas sama aku, mendingan kita cerai saja!" Ujarnya pada Bram sambil mendongak menatap wajah pria yang dia benci itu.