Bab 7 Keributan di Taman Bunga Pir

Wajah Bu Susi tampak bengkak, ada darah yang mengalir dari sudut mulut dan hidungnya. Dia melotot dengan ganas ke arah Celia, "Kamu jangan merasa bangga, Nyonya tidak akan mengampunimu." Ogi mendadak melompat keluar dari pelukan Celia, menerkam Bu Susi, lalu menggigit hidungnya. "Tolong .…" Teriakan melengking Bu Susi menggemparkan seluruh Mansion Marquis. Kepala pelayan dan pengawal bergegas menghampiri saat mendengar suara itu, lalu dengan kaget melihat Bu Susi terikat di sebuah pilar, wajahnya berlumuran darah dan darah berceceran di lantai. Kemudian melihat nona ketiga, dia berdiri di depan koridor dengan eskrepsi wajah dingin, matanya dipenuhi dengan ketidakpedulian. "Nona Ketiga, ada apa ini?" Kepala pelayan bertanya. "Panggil nyonya! Cepat panggil nyonya!" Bu Susi berteriak, air matanya bercampur dengan darah, dia tampak sangat menderita. Seorang pengawal berbalik dan berlari keluar dengan tergesa-gesa. Celia menggendong Ogi sambil membelai kepala kecilnya. Kepala pelayan melihat lebih cermat, lalu berseru kaget, "Ya Tuhan, ini bukan anjing, tapi serigala!" Serigala hitam murni yang sangat langka dan sangat ganas. Nona ketiga dari Mansion Marquis ternyata memelihara seekor serigala! Celia memindahkan sebuah kursi dan duduk di depan koridor, sambil menatap kepala pelayan dengan tatapan sinis. Kepala pelayan tidak berani bergerak seketika, sebaliknya pengawal itu ingin melangkah maju dan melepaskan Bu Susi. Semua orang tahu bahwa Bu Susi ini diutus oleh Nyonya. Walaupun Bu Susi sombong, dia tetaplah orang yang paling dekat dengan Nyonya dan tidak bisa diabaikan. Cambuk Awana terlepas dari tangan Celia dan menggelinding ke arah lengan pengawal itu. Suara cambuk yang tajam bergema dan pengawal itu mundur karena merasa sakit. Ekor cambuk itu mengenai wajahnya, sesaat meninggalkan bekas darah. "Siapa yang berani melepaskannya?" Celia berteriak dengan tatapan muram. Kepala pelayan melangkah maju dan berkata, "Nona Ketiga, Bu Susi sudah terluka parah. Jika tidak segera dibawa untuk perawatan, takutnya dia akan meninggal. Nyonya selalu bersikap baik ...." Celia menyela ucapannya dengan dingin, "Dia memang bersikap baik, tapi aku tidak. Siapa pun yang melepas ikatannya, maka orang itu akan menggantikannya!" Kepala pelayan melihat wajah Celia tampak menyeramkan, kelihatannya bukan hanya untuk menakut-nakuti. Hatinya diam-diam ragu, apakah nona ketiga ini benar-benar pandai seni bela diri? Sebelumnya masih berpikir bahwa orang-orang di desa itu sedang membual. Bagaimanapun juga, dia sudah kembali selama dua tahun dan tidak pernah menyerang siapa pun, malah membiarkan dirinya ditindas seperti orang bodoh. Bu Susi mengerang kesakitan, lalu menatap kepala pelayan dan berkata dengan suara serak, "Cepat, bawa pergi hidangan makanan itu!" Jantung kepala pelayan berdebar kencang dan mendadak melihat ke arah hidangan sarapan yang ada di ruangan. "Nona Ketiga, biarkan aku masuk dan membersihkannya." Dia mengutuk kebodohan Bu Susi dalam hatinya. Bagaimana bisa meracuni seseorang? Tuan Marquis baru saja memarahi nyonya tadi malam. Bukankah kamu sedang cari jalan mati? "Masuklah!" Celia menjentikkan cambuknya sambil mencibir, "Kalau kepala pelayan ingin masuk, masuklah." Kepala pelayan takut pada cambuknya, jadi dia tertawa canggung sambil berkata, "Kalau begitu, aku tidak akan masuk." Dia berbalik sambil mengedipkan mata pada beberapa pengawal, memberi isyarat agar mereka segera masuk dan membuang makanan itu. Celia berkata dengan suara dingin, "Aku sarankan kalian untuk tidak melakukannya. Kenapa harus menanggung rasa sakit fisik ini dengan sia-sia? Masalah ini tidak ada kaitannya dengan kalian. Kalau sampai ikut terlibat, kalian akan menjadi kaki tangannya." Kepala pelayan tersenyum ringan, "Ucapan Nona Ketiga agak sedikit salah. Mana mungkin ada kaki tangan di Mansion Marquis? Mereka semua melayani Tuan Marquis dan Nyonya." Tuan Marquis tidak akan memperbesar masalah ini. Lagipula, nyonya tidak ada hubungannya dengan masalah ini dan Tuan Marquis mungkin juga sudah pergi ke kantor pemerintahan. Asalkan makanannya dibersihkan, dia hanyalah seorang diri, bagaimana bisa berdebat? Sesudah mendengar ucapan kepala pelayan, ketiga pengawal segera menyerbu masuk dari sisi kiri, tengah, dan kanan. Celia menggerakkan pergelangan tangannya, cambuk itu bergerak keluar bagaikan ular berbisa, melilit leher pengawal di sebelah kiri, lalu dengan ayunan kuat, cambuk itu bertabrakan dengan orang yang berada di tengah. Pengawal di sebelah kanan mengambil kesempatan untuk menyerbu masuk, kemudian melihat bayangan hitam terbang, menggigit leher pengawal itu. Setelah itu, terdengar jeritan pengawal, kepala pelayan menoleh dan dia dengan terkejut melihat ada bekas gigitan berdarah di belakang leher itu. Tatapan serigala hitam itu sangat ganas dan mulutnya mengeluarkan suara mengeram, pengawal itu mundur, Ogi mendekat dengan tatapan tajam di matanya. "Aku sarankan kamu jangan bergerak, tunggu saja di sini dengan patuh sampai tabib datang!" Celia berkata tanpa menoleh. Bau darah di udara membuat matanya tampak sedikit haus darah. Lentera di depan koridor bergoyang tertiup angin, ada cahaya dan bayangan samar di dinding. Bayangan daun pohon yang besar jatuh di wajahnya, membuat wajahnya tampak belang-belang dan mengerikan. Tindakan ini mengejutkan semua orang dan tidak ada seorang pun yang berani bertindak gegabah. Nyonya Geni datang tergesa-gesa bersama sekelompok pelayan tua dan pembantu, diikuti beberapa pengawal. Bu Susi seperti bertemu dengan penyelamat, dia berteriak, "Nyonya, tolong aku! Nona Ketiga ingin membunuhku!" Saat Nyonya Geni melihat keadaan Bu Susi yang begitu menyedihkan dan para pengawal yang terjatuh ke tanah, wajahnya menjadi gelap, dia berkata dengan suara tajam, "Celia, apa kamu sudah gila?" Celia perlahan mengangkat kepalanya sambil tersenyum jahat, "Nyonya sudah datang!" Nyonya Geni merasakan hawa dingin saat melihat ekspresi wajahnya. Sejak tahu bahwa Fely hamil, dia tampak seperti sudah gila. "Ada apa ini?" Dia berjalan mendekat dan melihat wajah Bu Susi yang berlumuran darah. Hidungnya sudah hilang dan darah berceceran di lantai, tetapi dia masih belum pingsan. "Nyonya, hati-hati. Jangan terlalu dekat, Ogi tidak mengenali orang." Celia mencibir. "Apa kesalahannya? Kenapa kamu melakukan ini padanya?" Nyonya Geni berkata dengan marah. Celia berkata, "Dia diperintahkan oleh Nyonya untuk meracuni makananku." Nyonya Geni langsung mendongak, "Racun? Kapan aku suruh dia racuni makanan?" "Bukan nyonya orangnya? Tapi dia yang bilang begitu." Celia berkata dengan suara dingin. Bu Susi berkata dengan kaget, "Kamu bicara omong kosong. Aku tidak pernah bilang kalau Nyonya yang suruh." Celia tersenyum, tapi matanya sedingin es, "Jadi kamu mengakui bahwa kamu sudah meracuni makananku?" "Itu bukan racun ... itu hanya sari gelsemium elegans, cuman akan menyebabkan sakit perut, tidak membunuh orang." Bu Susi menjelaskan. Celia berdiri, lalu berjalan ke depannya, kemudian mengulurkan tangan mengangkat dagunya sambil menatap wajah cacat itu, dan tersenyum lembut, "Kalau begitu, aku seharusnya berterima kasih padamu karena sudah menunjukkan belas kasihan?" "Jangan .…" Sebelum dia selesai bicara, Celia sudah mencabut jepit rambut di kepala Bu Susi, lalu memasukkannya ke dalam mulut dan mengaduknya, sesaat darah menyembur keluar dari mulutnya. Jepit rambut itu terlempar ke tanah, Bu Susi melolong beberapa kali lalu pingsan. Tindakan ini sangat kejam dan mengejutkan semua orang yang ada di sana, termasuk Nyonya Geni. Nyonya Geni menatapnya dengan dingin, "Celia, kamu tanpa bukti langsung bilang Bu Susi meracuni makanan, kemudian mengikatnya dan menyiksanya. Di Manion Marquis tidak ada orang yang sekejam itu." Celia kembali duduk di kursi, tetapi tidak mengatakan apa pun. Dia hanya mengayunkan Cambuk Awana di tangannya sesekali. Melihat betapa sombongnya Celia, dayang yang berada di belakang Nyonya Geni berdiri dan menunjuk ke arah Celia, sambil berkata dengan marah, "Nona Ketiga, berani sekali kamu berbuat jahat di depan Nyonya?" Celia langsung menatapnya, matanya berkilat cahaya dingin seolah-olah bercampur dengan racun. Dayang itu langsung ketakutan dan segera bersembunyi di belakang Nyonya Geni. Celia tersenyum mengejek sambil menatap Nyonya Geni, "Nyonya, bukankah di sekitarmu ada beberapa orang berbakat?"
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta