Bab 2 Teknik Naga Perang Sejati
Carles menyilangkan tangannya di belakang punggungnya, sambil memasang ekspresi acuh tak acuh. Dia menatap Wilson dengan tatapan menghina secara terang-terangan.
"Tapi, Wilson …."
Lusi hendak mengatakan sesuatu lagi, tetapi Wilson lebih dulu memotong ucapannya.
"Ibu, kita tidak perlu memohon padanya. Kalau kita harus pindah, biarlah," kata Wilson.
"Tapi Wilson, lukamu belum sembuh. Sekarang sudah malam, bagaimana kalau kamu masuk angin?" kata Lusi yang khawatir.
Wilson dengan keras kepala menggelengkan kepalanya, "Ibu, aku akan baik-baik saja. Ayo kita pindah. Tapi, suatu hari nanti kita akan kembali. Tempat ini adalah tempat Ibu dan ayah menikah, tidak ada yang bisa mengambilnya."
"Baiklah," Lusi menghela napas, dan meminta Yuni untuk mengemas barang-barang mereka.
Carles menyilangkan tangannya di belakang punggung sambil mengejek. Dia sedang memindai sekitarnya ketika matanya tiba-tiba berbinar.
"Sebentar, kamu tidak boleh membawa pedang itu."
Carles berjalan menghampiri Lusi, yang sedang memegang pedang di tangannya.
Wajah Lusi memucat dan tanpa sadar memegang erat pedang itu, "Pedang ini adalah satu-satunya kenang-kenangan yang ditinggalkan oleh ayah Wilson. Ini untuk Wilson pakai di masa depan, kamu tidak boleh mengambilnya!"
"Kalau barang itu memang barang peninggalan pemimpin sebelumnya, itu malah makin menguatkan alasan kalau kamu tidak bisa membawanya. Itu menjadi properti publik Keluarga Lukman dan harus disita. Lagipula, Wilson bahkan tidak bisa mengkultivasi energi sejatinya, jadi untuk apa menyimpan pedang? Untuk membuangnya?"
Carles terlihat bicara biasa saja, tapi tatapan matanya tampak bersemangat. Dia dapat merasakan bahwa pedang itu bukan pedang sembarangan, itu adalah senjata spiritual.
"Jangan, Carles! Aku mohon padamu!" Lusi memeluk pedang itu, tidak mau melepaskannya.
Sorot mata Carles berubah menjadi dingin, "Kamu ini malah mempersulit saja!" dia berteriak.
"Carles!"
Ada teriakan keras.
Mata Wilson memerah, dan tinjunya sudah mengepal.
"Carles, ambil saja pedang itu. Tapi ingat, suatu hari, aku akan mengambil kembali apa yang menjadi milikku. Dan pada saat itu, aku akan membalasnya sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat lebih menyakitkan."
Tatapan mata Wilson tertuju pada sosok Carles. Tatapannya lebih dingin daripada es.
Carles yang ditatap seperti itu oleh Wilson pun tertawa mengejek, "Wilson, kamu itu cuma sampah yang bahkan tidak bisa membangkitkan Meridian Darah. Kamu mau membuatku merasakan penderitaanmu sepuluh, bahkan seratus kali lipat lebih menyakitkan? Haha, akan kutunggu."
Setiap hari selama tiga tahun terakhir, Yasmin telah mencampur minuman Wilson dengan Serbuk Yama, yang bisa menekan Meridian Darah. Tiga hari yang lalu, Wilson gagal membangkitkan Meridian Darah di depan mata publik. Setelah kegagalannya, Yasmin dan tetua cabang pertama mengambil kesempatan untuk bergerak.
"Ibu, berikan padanya!" kata Wilson.
Seolah terpengaruh oleh tatapan tegas Wilson, Lusi akhirnya menyerahkan pedang itu kepada Carles dengan enggan.
Setelah barang-barang mereka dikemas, Lusi membantu Wilson berjalan keluar dari gerbang kediaman kepala Keluarga Lukman.
Wilson menolehkan kepalanya dan melirik kediaman itu.
"Suatu hari, aku akan kembali."
….
Ada sebuah kompleks kecil di Paviliun Timur yang seharusnya menjadi tempat tinggal untuk pelayan. Kompleks itu memiliki tiga kamar dan halaman kecil. Saat ini, Wilson dan dua orang lainnya pindah ke kompleks itu
Malam sudah larut, udara cukup dingin dan membuat tulang menggigil.
Wilson duduk di halaman, tinjunya mengepal erat.
"Kekuatan. Di dunia ini, kekuatan menentukan segalanya. Karena aku tidak punya kekuatan, Yasmin dan tetua cabang pertama bisa merampas Meridian Darahku. Itu juga yang membuatku bahkan tidak sanggup mempertahankan tempat tinggalku, dan pedang yang ditinggalkan ayahku."
"Di dunia ini, kamu cuma bisa ditindas dan tidak bisa melawan kalau tidak punya kekuatan. Sekarang, aku bisa merasakan Meridian Darahku perlahan tumbuh kembali. Meskipun Meridian Darah yang tumbuh kembali ini terbilang tingkat rendah, selama aku berusaha sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat lebih keras daripada orang lain, aku percaya aku tidak akan kalah. Suatu hari, aku akan benar-benar dapat menaklukkan takdirku sendiri, dan melindungi keluargaku."
Suara langkah kaki bergema di belakangnya. Lusi memegang sebuah jubah, dia lalu memakaikannya pada Wilson, "Wilson, di luar dingin. Ruangan sudah dibersihkan, masuklah dan beristirahat."
"Ibu, kamu juga harus istirahat lebih awal," Wilson tersenyum.
Dia kembali ke kamarnya dan duduk di tempat tidur. Wilson masih merasa sulit untuk tidur.
"Kapan Meridian Darahku akhirnya akan dilahirkan kembali, dan tumbuh?"
Wilson merenung, dan memfokuskan pikirannya ke tulang belakangnya.
Dia ingin memahami kondisi Meridian Darahnya yang belum tumbuh.
Kemudian, ada sensasi gatal di tulang belakangnya, dan muncul kilatan merah kabur. Dalam cahaya merah itu, ada siluet sesuatu yang menyerupai cacing seukuran jari.
Namun, semua itu tampak seolah tidak nyata, dan Wilson tidak bisa melihatnya dengan jelas.
"Meridian Darahku belum sepenuhnya tumbuh, tapi sudah berwujud?" Wilson terkejut.
Biasanya, hanya Meridian Darah yang sepenuhnya terbangun yang bisa dimanifestasikan.
"Karena bisa dimanifestasikan, mari kita lihat apakah bisa dikultivasi seperti Meridian Darah normal." Dengan pemikiran itu, Wilson pun memulai Teknik Pemadatan Energi, yang merupakan teknik dasar yang umum diketahui di Keluarga Lukman.
Energi spiritual di udara segera bergerak ke tubuh Wilson.
"Tingkat penyerapan energi spiritual ini sudah sebanding dengan Meridian Darah tingkat kedua."
Merasakan kepadatan energi spiritual yang berkumpul di sekelilingnya, ada percikan kegembiraan di hati Wilson.
Di tanah ini, seniman bela diri dibagi menjadi Seniman Bela Diri Biasa dan Seniman Bela Diri Meridian Darah.
Namun, kedua jenis seniman bela diri itu tidak bisa dibandingkan. Seniman Bela Diri Meridian Darah telah membangkitkan Meridian Darah. Kekuatan mereka bukan hanya akan melonjak, tingkat kultivasi mereka juga tidak bisa dibandingkan dengan Seniman Bela Diri Biasa.
Meskipun demikian, Seniman Bela Diri Meridian Darah tidaklah banyak. Dari puluhan orang, bisa saja tidak ada satu pun yang berhasil membangkitkan Meridian Darah.
Dan sekarang, Meridian Darah Wilson yang belum sepenuhnya selesai tumbuh, ternyata mampu menyerap energi spiritual dengan tingkat yang sama dengan Meridian Darah tingkat kedua. Apa yang akan terjadi jika selesai tumbuh? Apa efeknya?
Wilson sangat menantikannya.
Wilson terus memadatkan dan menyerap energi spiritual ke dalam tubuhnya.
Dua jam kemudian, Wilson membuka matanya.
Setelah dua jam berlatih kultivasi, dia merasa bahwa lukanya sedikit pulih. Tubuhnya yang lemah dan rapuh juga sedikit membaik.
"Dengan kecepatan seperti ini, aku cuma butuh beberapa hari memulihkan lukaku. Tubuhku juga akan menjadi lebih kuat, dan saat itu terjadi, tingkat kultivasiku juga akan meningkat."
Saat Wilson merenung, tangannya tanpa sadar menyentuh lehernya. Liontin perunggu telah hilang, hanya meninggalkan benang sutra di lehernya.
"Liontin perunggu itu pasti ada hubungannya dengan Meridian Darahku yang bisa tumbuh lagi. Sekarang, semua itu sudah masuk ke tengah keningku, kira-kira, apakah ada efeknya?"
Saat berpikir demikian, dia pun mencoba memfokuskan pikirannya ke kening dan mencoba merasakan liontin itu.
Ketika pikirannya fokus ke tengah keningnya, sebuah cahaya menyebar dari area itu, lalu berubah menjadi pusaran.
Pusaran itu makin besar, dan mengelilingi seluruh tubuh Wilson.
Pada saat berikutnya, tanah terasa seperti berpindah, dan Wilson menemukan dirinya sudah ada di tempat lain.
Wilson yang terkejut pun segera memeriksa sekelilingnya.
Pada saat ini, dia berdiri di atas sebuah platform batu datar. Platform itu lebar dan memiliki panjang sepuluh meter, yang sekelilingnya tampak kacau.
Hanya ada satu sisi dengan tangga batu yang mengarah ke atas, dengan total sembilan puluh sembilan langkah.
Setelah sembilan puluh sembilan langkah, ada platform lain. Di depan platform ada satu set tangga batu lagi.
Tingkat demi tingkat, entah ada berapa banyak tingkatnya. Dan di puncak semua platform serta tangga ini, ada istana.
Karena jaraknya terlalu jauh, Wilson tidak bisa melihat dengan jelas. Dia hanya bisa melihat pintu istana yang terbuka. Dalam kabut, seperti ada siluet orang yang duduk bersila. Suara mantra bisa terdengar datang dari istana.
Saat Wilson mendengar suara mantra tersebut, semua kecemasannya seolah menguap ke udara. Pikiran dan tubuhnya bagaikan jatuh ke dalam kekosongan, kepalanya tidak pernah terasa sejernih ini.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini? Di mana ini? Eh, ada prasasti batu di sana, ada peti baja hitam juga."
Di sisi platform tempat dia berada, ada prasasti batu dan sebuah peti.
Ada dua kata yang ditulis di prasasti batu, yakni 'Kuil Agung'.
Tidak ada yang lain selain kedua kata itu.
Kemudian, Wilson mengalihkan pandangannya ke peti baja hitam.
Peti itu tidak besar. Bahkan ukurannya tidak sampai setengah meter, baik lebar dan panjangnya.
Wilson membuka peti itu dan menemukan tiga buku di dalamnya, bersama dengan sebuah botol giok.
Ada tiga kata yang tertulis di botol giok itu, yaitu 'Pil Pembersih Sumsum'.
"Pil Pembersih Sumsum? Ini berisi Pil Pembersih Sumsum?"
Wilson sangat gembira, dan dengan cepat membuka tutup botol giok. Tiba-tiba, aroma kuat dari ramuan menyerang hidungnya. Ada pil merah menyala di dalam botol giok tersebut, ukurannya lebih kecil dari ujung jarinya. Pil itu jernih seperti kristal.
Legenda mengatakan bahwa Pil Pembersih Sumsum mampu membersihkan semangat dan memperbarui sumsum seseorang, agar seseorang bisa terlahir kembali. Pil ini juga membantu memperkuat tubuh seorang seniman bela diri. Pil ini merupakan pil spiritual yang bahkan tidak bisa dibeli dengan uang. Pil ini hanya muncul beberapa kali dalam seribu tahun terakhir di Kota Findara. Dalam seribu tahun sejarah Kota Findara, pil ini hanya muncul beberapa kali.
"Dengan Pil Pembersih Sumsum, tubuhku yang lemah dan rapuh, serta meridian yang tersumbat, akan mengalami peningkatan besar."
Wilson merasa sangat bersemangat dan antusias.
Dia menarik napas dalam-dalam dan menutup botol giok itu. Dia dengan hati-hati meletakkannya di samping, lalu beralih meraih tiga buku tadi.
Ketiga buku tersebut merupakan buku tentang bela diri.
Teknik Naga Perang Sejati, Tinju Naga Api, dan Langkah Naga Ular.
Wilson membuka 'Teknik Naga Perang Sejati' terlebih dulu.
'Teknik Naga Perang Sejati' adalah teknik bela diri Tingkat Ilahi. Mengkultivasinya sampai tingkat tertinggi akan memberikan kekuatan naga perang, dan membuat orang menjadi tak tertandingi, serta mendominasi.
"T-teknik Tingkat Ilahi?"
Mata Wilson membelalak, napasnya sampai tercekat.
Teknik bela diri biasanya dikategorikan dalam lima tingkat, yakni Tingkat Langit, Bumi, Mistik, Tingkat Kuning, dan Tingkat Tidak Memenuhi Syarat.
Dan untuk setiap tingkatannya, juga terbagi menjadi tingkat atas dan rendah.
Tingkat Langit adalah tingkat tertinggi. Sedangkan Tingkat Tidak Memenuhi Syarat, seperti namanya, adalah tingkat terendah.
Tapi sebenarnya ada tingkat lain di atas Tingkat Langit, yakni Tingkat Ilahi.
Namun, Tingkat Ilahi hanyalah legenda. Wilson belum pernah mendengar ada orang yang menguasai teknik bela diri Tingkat Ilahi.
Menurut pengetahuannya, teknik dengan tingkatan tertinggi yang dimiliki oleh Keluarga Lukman, merupakan teknik bela diri Tingkat Kuning atas.
Sekarang, dengan buku yang berisi metode kultivasi Tingkat Ilahi di depan Wilson, mana mungkin dia tidak kaget? Mana mungkin dia tidak bersemangat?
Sayangnya, Teknik Naga Perang Sejati yang dimilikinya hanya mencakup tahap pertama, dan hanya cukup untuk mencapai tahap membuka meridian. Untuk melangkah ke tahap kultivasi berikutnya, dia perlu tahap kedua dari teknik tersebut.
Tahap Kedua dari teknik tersebut ada di platform kedua. Dia harus melewati sembilan puluh sembilan anak tangga. Ada juga peti lain di sana.
Wilson membalik halaman buku tersebut. Di halaman terakhir, dia melihat sebaris kata-kata.
"Jika seseorang ingin mempelajari bagian kedua dari Teknik Naga Perang Sejati, dia harus membuka tiga Meridian Ilahi. Mempelajari bagian kedua dari teknik itu tanpa membuka Meridian Ilahi hanya akan membuat orang itu mati karena meridiannya meledak."
Wilson menarik napas panjang, bukankah persyaratan untuk mempelajari teknik ini sedikit terlalu tinggi?
Kultivasi praktisi bela diri dikategorikan menjadi Alam Pemula, Alam Pendekar, Alam Master, Alam Grandmaster, Alam Pemimpin, dan Alam Raja.
Alam Pemula adalah dasar kultivasi untuk seniman bela diri, ini juga yang paling mudah.
Tubuh manusia memiliki sembilan meridian dan delapan puluh satu titik akupunktur.
Tiga meridian pertama disebut Meridian Manusia, dan tiga meridian berikutnya disebut Meridian Bumi, sementara tiga meridian terakhir disebut Meridian Langit.
Ketika seorang seniman bela diri membuka semua sembilan meridian dari Meridian Manusia, Langit, dan Bumi, mereka akan dapat melangkah ke alam berikutnya, yakni Alam Pendekar, dan menjadi seniman bela diri sejati.
Tetapi, ada tiga meridian lain di atas sembilan meridian tersebut, yang disebut Meridian Ilahi.
Jumlah orang yang bisa berhasil membuka semua Meridian Ilahi sangatlah sedikit.
Yasmin, yang hanya membuka satu Meridian Ilahi, telah mengguncang seluruh Kota Findara. Dewan Tetua langsung mengizinkannya menjadi kepala Keluarga Lukman. Ini sudah cukup menjadi bukti.
"Aku harus membuka tiga Meridian Ilahi untuk mempelajari teknik Tingkat Ilahi."
Wilson mengepalkan kedua tangannya, dan mulai membaca dua buku lainnya.
Untuk dua buku lainnya, salah satunya berisi teknik tinju Tingkat Kuning rendah. Sementara buku yang satunya berisi teknik olah tubuh, yang juga berada di Tingkat Kuning Rendah.
Meskipun hanya teknik bela diri Tingkat Kuning rendah, tetap saja teknik tersebut sangat langka, bahkan bagi Keluarga Lukman sendiri.
Wilson menyimpan buku-buku tersebut, dan mengambil botol Pil Pembersih Sumsum. Dia membuka tutupnya, dan langsung menelan Pil Pembersih Sumsum.
Efek kuat dari obat itu larut dalam tubuhnya dan meresap ke dalam otot, kerangka, serta organ Wilson. Ini mulai perlahan memperbaiki tubuh Wilson.
Wilson bahkan bisa mendengar getaran ringan dari kerangkanya, serta gerakan ototnya. Tubuhnya memanas saat serat-serat hitam kotoran dikeluarkan dari tubuhnya.
Tubuhnya terus menjadi lebih kuat. Meridiannya yang dulu tersumbat dan layu, sekarang aktif dan hidup.