Bab 9 Leany Lagi
Wajah gadis pramuniaga berwajah bulat itu pun memerah. Dia sangat senang sampai tergagap, "Y-ya, kami punya senjata spiritual Level Pertama tingkat tinggi. Tolong tunggu sebentar, akan saya ambilkan."
Gadis itu lalu berlari ke belakang toko segera setelah dia selesai berbicara. Dia kembali setelah beberapa saat, bersama beberapa pria berotot yang membawa empat hingga lima senjata spiritual.
"Tuan Muda, ini senjata spiritual Level Pertama tingkat tinggi. Silakan dilihat, ini Pedang Air Terjun."
Gadis penjual berwajah bulat itu mengambil pedang panjang dan menyodorkannya.
Pedang itu memiliki panjang 1,5 meter, bilahnya cukup tipis dan jernih seperti mata air. Pedang itu mengeluarkan kepulan uap air terus menerus.
"Pedang bagus!" Mata Wilson tampak berbinar.
Jika Pedang Air Terjun ini dibandingkan dengan Pedang Angin Ringan milik Melisa, pedang perempuan itu akan seperti sampah.
Meskipun begitu, Wilson menggelengkan kepalanya karena sifat pedang ini tidak cocok dengan teknik bela dirinya, dan dia terus mencari.
Dia melihat beberapa pedang lagi.
Klang!
Pedang terakhir bernama Pedang Oniks. Bilah pedang ini memancarkan kemilau hitam seolah terbuat dari giok hitam. Ada kilauan di kedua sisi pedang yang menunjukkan kekuatannya.
"Ini dia."
Tatapan Wilson tampak tertarik saat bertanya, "Pelayan, berapa harganya?"
"Tuan punya penilaian yang bagus. Pedang Oniks ini adalah permata, bahkan dalam koleksi senjata spiritual Level Pertama tingkat tinggi. Jadi, aku akan memberikan harga yang masuk akal, cuma tiga ribu tael," jawab gadis pramuniaga berwajah bulat.
"Baiklah!" Wilson mengeluarkan enam catatan perak yang masing-masing bernilai lima ratus tael, dan memberikannya kepada gadis pramuniaga berwajah bulat tanpa ragu. Itu adalah uang yang diambil dari Perompak Nagandri, jadi Wilson sama sekali tidak keberatan.
Di sisi lain, raut wajah Reno menjadi gelap. Melisa melihat Pedang Angin Ringan yang dipegangnya, lalu melirik dengan iri Pedang Oniks milik Wilson.
Gadis pramuniaga berwajah bulat itu wajahnya memerah karena gembira. Kesepakatan senilai tiga ribu tael perak, berapa komisi yang akan dia dapatkan?
Gadis pramuniaga lainnya memandang gadis berwajah bulat dengan penuh penyesalan di hati mereka. Jika saja mereka tahu betapa kaya Wilson, gadis pramuniaga itu mana mungkin punya kesempatan untuk melayaninya.
Mau berharap juga tetap terlambat. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menjadikan ini pelajaran, agar tidak pernah menilai orang dari penampilannya lagi.
Wilson mengambil Pedang Oniks dengan salah satu tangannya, dan meraih tangan Yuni dengan tangannya yang lain. Saat dia melewati Reno, Wilson melihat Pedang Angin Ringan milik Melisa dan berkata, "Jadi, sampah seperti itu yang sesuai dengan seleramu?"
Setelah berkata demikian, dia keluar pintu sambil berjalan pergi dengan tertawa terbahak-bahak.
"Wilson!"
Reno menggertakkan giginya begitu keras hingga wajahnya memerah.
"Tuan Muda, tadi itu benar-benar memuaskan. Reno dan Melisa itu selalu meremehkan kita, dan sekarang mereka merasakan sendiri akibatnya."
Di luar Paviliun Tentara Surgawi, Yuni berkata dengan gembira, sambil melayangkan tinju kecilnya di udara.
Wilson tersenyum. Sebenarnya, dia sama sekali tidak peduli dengan Reno, targetnya adalah Yasmin.
Berjalan di pasar, Yuni menatap semuanya dengan mata terbelalak.
Barang-barang yang dijual di pasar agak mahal, dan karena Yuni jarang pergi ke pasar, wajar jika dia sangat tertarik.
Wilson menemani Yuni sebentar, lalu dia memberikan dua ratus tael catatan perak dan berkata, "Yuni, pakai ini untuk beli beberapa bahan makanan dan kebutuhan. Aku ada urusan lain, tunggu aku di sini kalau kamu sudah selesai."
"Tuan Muda, apa yang harus aku katakan kalau Nyonya bertanya dari mana aku dapat uang?" tanya Yuni.
"Hmm, katakan saja pada ibu kalau aku menemukan beberapa rumput spiritual di luar perbatasan Gunung Binatang, dan menjualnya untuk mendapatkan uang," jawab Wilson setelah berpikir sebentar.
Yuni mengangguk dan berkata, "Baiklah, Tuan Muda, aku pergi dulu."
Yuni memegang uang dan berlari dengan gembira untuk berbelanja.
Segera setelah itu, Wilson mencari tempat yang sepi. Dia memakai jubah hitam dan topi bambunya, dan pergi ke Aula Eliksir lagi.
Dia ingin membeli satu paket lagi Pil Naga Harimau, dan beberapa Pil Penyehat untuk Yuni.
Lagi-lagi, yang melayaninya adalah Leany.
"Tuan, Tuan datang lagi?" kata Leany sambil tertawa genit saat melihat Wilson.
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau ini aku? Padahal aku belum berbicara," kata Wilson dengan suara yang sengaja dia rendahkan.
Leany tertawa dan berjalan menghampiri Wilson, lalu menggoda, "Itu karena baumu. Aku selalu bisa tahu itu kamu dari baumu."
Saat dia berbicara, hidung kecilnya mengendus aroma di sekitar Wilson.
Jantung Wilson berdebar, dia hampir tidak bisa tetap tenang saat menjawab, "Ketua Aula, aku datang hari ini untuk membeli Pil Naga Harimau."
Leany melirik Wilson dan berkata, "Tuan, kenapa buru-buru? Atau, Tuan tidak mau bertemu denganku, ya!"
"Tidak, kamu salah paham, Ketua Aula. Aku ada urusan lain." Wilson mengibaskan tangannya dengan tergesa-gesa. Dia benar-benar ingin keluar dari sini secepat mungkin, karena dia tidak bisa menangani orang-orang seperti Leany.
"Heh heh, baiklah, Tuan mau beli berapa banyak?" Leany bertanya sambil tersenyum memikat.
"Seratus dua puluh Pil Naga Harimau Level Pertama Tingkat Menengah, dan tiga puluh Pil Penyehat," jawab Wilson.
"Apa? Sebanyak itu?"
Kali ini, baik Leany dan pelayan wanitanya terkejut.
"Kenapa? Ketua Aula, apakah Aula Eliksir tidak punya persediaan sebanyak itu?" Wilson mengerutkan kening.
Dia perlu mendapatkan lebih banyak pil untuk membuka dua Meridian Ilahi yang tersisa, dan akan jauh lebih sulit untuk dibuka.
Leany menatap Wilson dalam-dalam. Dia lalu kembali tersenyum dan berkata, "Ada, tentu saja kami punya stok. Nita, siapkan pilnya."
Nita mengangguk dan pergi. Dalam sekejap, dia kembali dengan membawa beberapa kotak bersamanya.
Seratus dua puluh Pil Naga Harimau Level Pertama Tingkat Menengah, dan tiga puluh Pil Penyehat.
"Tuan, ini seratus dua puluh Pil Naga Harimau Level Pertama Tingkat Menengah. Totalnya tiga puluh dua ribu empat ratus tael setelah diskon sepuluh persen, kami hanya akan mengambil tiga puluh dua ribu. Selain itu, tiga puluh Pil Penyehat ini gratis, anggap saja sebagai hadiah dariku," kata Leany.
"Terima kasih, Ketua Aula."
Wilson menerima pil tersebut, lalu membayarnya. Setelah itu memberi salam dengan mengepalkan tangan sebagai bentuk sopan santun dan rasa terima kasih, baru kemudian meninggalkan Aula Eliksir dengan tergesa-gesa.
"Nona, orang ini sangat menarik! Dalam waktu sepuluh hari, dia sudah menghabiskan Pil Naga Harimau yang dia beli sebelumnya? Atau dia membelinya untuk dipakai banyak orang?"
Setelah Wilson pergi, Nita si pelayan wanita bertanya dengan penasaran.
"Aku tidak yakin. Tapi aku merasa auranya menjadi jauh lebih kuat sejak terakhir kali dia datang ke sini, sangat menarik memang. Kamu tunggu di sini, aku mau mencari tahu sendiri dari keluarga mana pemuda tampan itu berasal?"
Setelah itu, Leany keluar dan hilang seperti angin.
Di sebuah tempat yang cukup jauh dari Aula Eliksir, Wilson melepas topi hitam dan jubahnya di tempat sepi. Lalu menyimpannya ke dalam Kuil Agung bersama dengan Pil Naga Harimau. Dia kemudian menuju ke tempat di mana dia dan Yuni janjian, kemudian pulang bersama.
Sayangnya, mereka dihadang Reno bersama dua anteknya di gang kosong.
Wajah Reno tampak suram dan penuh kemarahan. Dia menatap Wilson, lalu menggeram, "Kamu akhirnya pulang juga, Wilson. Aku sudah menunggumu."
"A-apa maumu?" Yuni secara naluriah berdiri di depan Wilson.
"Wilson, dasar sampah!" ejek Reno, "Kamu berani menghinaku di depan banyak orang? Kamu jelas tidak tahu diri. Aku akan memberimu kesempatan. Berikan semua uangmu, lalu berlutut di depan Gerbang Keluarga Lukman, dan teriak 'Aku memang sampah' tiga kali. Baru setelah itu aku akan membiarkanmu pergi."
Wilson tersenyum samar, dan malah membenarkan ucapannya, "Kamu memang sampah."
"A-apa katamu barusan? Kamu berani menghinaku? Aku akan mengubah namaku kalau sampai membiarkanmu pergi tanpa menghancurkan mulutmu!" teriak Reno.