Bab 4 Kerbau Yang Cantik
Hujan yang turun deras sekali, membuat segala rambu jalan tidak jelas terlihat. Ethan terus memaki dalam hati karena kesulitan menyetir. “Mimpi apa aku semalam sampai harus mengantarkan wanita nggak jelas ini sampai ke rumahnya, awas kalau sampai banjir, aku siram air ke mukanya, biar dia ikut dorong!” dengus Ethan sambil melirik ke wanita yang dari tadi kelewat tenang itu.
Setelah sampai di daerah Petukangan, Ethan kebingungan sendiri. “Ke mana jalan yang aman ya?” tanya Ethan menggerutu dalam hati. Dia menyesal tidak bertanya lengkap kepada Anna tadi, sekarang Ethan malu sendiri kalau harus bertanya, karena tadi saat Anna mau menjelaskan belokan ke rumahnya, Ethan segera memotong penjelasannya dan mengatakan kalau dia lebih percaya pada mesin GPS mobilnya dari pada penjelasan Anna.
Tapi, mengapa sekarang mesin GPS Ethan malah menyuruhnya berputar- putar? Sudah empat kali Ethan memutari taman yang ada di sampingnya ini. Hujan yang deras juga membuat kabur semua tanda rambu jalan, dan lalu kenapa wanita menyebalkan ini malah diam saja? Ethan menggeram gusar dalam hati.
“Ish Dia malah seenaknya sibuk memperhatikan air hujan. Akasia itu komplek di mana ya?” desis Ethan bertanya dengan maksud menyindir Anna, tapi wanita itu bergeming. Ethan kembali mendengus kesal dan kembali mencoba mengikuti GPS- nya.
Setelah lama berputar-putar, Ethan akhirnya menyerah. Sepertinya dia memang harus bertanya kepada Anna. Pria itu menggertakkan giginya karena menahan gengsinya. Seketika benak Ethan membawanya ke pepatah tua yang Opa Jacob sering katakan dulu. “Kalau kamu malu bertanya, nanti kami sesat di jalan, Ethan.” Dan sepertinya memang benar, Ethan kini tersesat. Benar -benar tersesat.
"Hei...hei." Ethan menoleh dan memanggil wanita itu dengan setengah hati. Tapi wanita itu tetap diam sambil menatap ke sisi lain mobil. Tubuh mungilnya terus memunggungi Ethan seperti sepanjang perjalanan tadi. Ethan mengerang dalam hati, sekarang dia benar- benar menyesal telah mau membuang- buang waktunya untuk mengantar Anna tadi.
“Oh pasti dia marah karena dipanggil 'Hei',” pikir Ethan dalam hati. “Dah numpang, belagu lagi!” desis Ethan sebal.
"Anna! Hoi Anna!” Ethan mengulang panggilannya, tapi tetap Anna tidak menanggapi. Pria itu menepuk keningnya dengan kesal. Wanita ini maunya apa sih, sudah dituruti panggil pakai namanya, masih saja nggak mau menyahut!
"Anna, aku sudah memanggilmu dengan namamu. A—nna, jangan sok nggak dengar deh!" Suara Ethan mulai meninggi karena kesal.
“ANNA KARENINA! ANNA WINTOUR! ATAU ANNABELLE?” geram Ethan dengan kesal memanggil Anna dengan berbagai nama Anna yang terkenal karena dia tak tahu nama lengkap wanita itu. Pria itu segera meminggirkan mobil.
Dengan kesal Ethan membuka sabuk pengamannya dan menyentuh pundak Anna. Wanita itu mendesah pelan dan memutar tubuhnya. Bibirnya separuh terbuka tapi matanya tertutup rapat.
Ethan mengerang saat melihatnya. "Aah...pantes aja dia nggak nyahut, ternyata dia emang tidur, dasar kebo! Aku bener- bener dibuat jadi supir sama nenek lampir ini!" erang Ethan dengan kesal.
Namun walau telah memakinya dengan berbagai makian, Anna hanya membalas Ethan dengan desahannnya yang konstan. Wanita itu benar- benar tertidur pulas. Jaket Ethan terasa nyaman dan hangat, perutnya juga kenyang. Setelah kecapaian tubuh dan pikiran seharian tadi, Anna benar- benar larut ke dunia mimpi.
Ethan awalnya memandang Anna yang tidur sangat lelap dalam jasnya yang kebesaran dengan penuh kebencian. Walau sudah dipanggil dan ditusuk- tusuk pundaknya oleh Ethan, Anna tetap saja tidur dengan sangat damai sehingga Ethan menyerah untuk membangunkannya.
“Dasar Kebo, untung aku pria yang baik, kalau aku jahat bisa aku lempar ke semak- semak kamu tuh!” dengus Ethan dengan penuh tekad mengingat semua ketidaksopanan Anna memperlakukannya.
Tapi lagi- lagi pandangan Ethan tertumpu pada bibir merah mungil yang separuh terbuka itu. Hatinya terasa aneh. “Itu hanya bibir, hanya bibir biasa, seperti tidak pernah lihat bibir saja, Ethan!” dengusnya dalam hati sambil mengalihkan pandangannya ke kedua kelopak mata Anna yang tertutup. Tapi, melihat matanya itu, Ethan kembali terpesona. Alisnya tebal dengan bulu matanya yang lentik tebal alami. Wanita ini tak mengenakan riasan sama sekali. Suatu keanehan. Wanita jaman sekarang selalu memakai makeup tebal, dia bahkan tak pakai riasan padahal mau ketemu dengan calon suami, dasar wanita gila!
Tapi Ethan segera terkesiap karena pikirannya yang kembali melantur. “Aku yang jadi gila karena perempuan aneh ini,” dengusnya dengan kesal lalu segera memutar balik.
“Salah sendiri tidur seperti kebo! Ethan mendengus dan segera membawa Anna pulang ke rumahnya. Ethan tidak mau menghabiskan waktu lagi berputar- putar tanpa alamat yang jelas.
Setelah memutar arah 180 derajat, akhirnya Ethan sampai juga ke rumahnya sendiri. Pria itu mendesah saat melihat Anna yang masih saja tertidur pulas. Awalnya pria itu bermaksud meninggalkannya begitu saja di mobil. Buat apa dia repot- repot mengurusnya, dia yang dari tadi buat susah kan? Tapi setelah masuk ke dalam kamarnya, nurani Ethan tak tega. Seakan hatinya terus memarahinya karena memperlakukan Anna dengan sembarangan.
Sambil memaki, pria bertubuh jangkung itu terpaksa menggendongnya masuk ke dalam rumah dengan susah payah. Ethan memandang wanita itu mendengkur, dan tertidur lelap dalam gendongannya.
Lagi- lagi, Ethan mau melempar wanita itu ke lantai, tapi entah kenapa kakinya malah melangkah masuk ke kamarnya sendiri. Anna bahkan tidak terbangun ketika Ethan meletakkannya di tempat tidurnya. "Ternyata walau dia terlihat mungil dan langsing, dia berat sekali," pikir Ethan mengeluh sambil meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. “Biar aja dia ada di sini, biar besok dia panik, bangun di atas tempat tidurku,” kekeh Ethan dengan wajah cengengesan. Sudah saatnya dia membalas dendam karena wanita ini telah menyusahkan dirinya semalaman suntuk.
Namun, pria itu kembali menghela napas panjang saat tatapannya kembali tertumpu pada wajah Anna yang terlihat tenang. Rambutnya yang terurai di belakang kepalanya membuat wanita itu terlihat seperti putri tidur yang polos dan cantik jelita. Terdapat beberapa helai rambut yang masuk ke dalam mulutnya. Tanpa Ethan sadari tangannya bergerak untuk menarik rambut itu.
Sambil mengerang lembut, Anna bergerak sedikit ketika merasa rambutnya tertarik, senyuman muncul di bibirnya yang indah. Seketika itu hati Ethan bergetar aneh. Entah bermimpi apa, tapi jika dia diam seperti ini, dia terlihat seperti bidadari,” desah Ethan lembut yang akhirnya mengakui kecantikan yang dimiliki oleh Anna. “Haish, tapi kalau mulutnya mulai mengoceh,kepalaku bisa pecah dibuatnya!” dengus Ethan sambil memutar dan duduk di sebelah Anna sambil menatap wajahnya yang cantik.
Walau ada kamar lain di rumahnya, Ethan tidak mau mengangkatnya lagi ke atas, dia sudah lelah dan ini kamarnya, maka Ethan segera merebahkan dirinya di sebelah wanita itu dan jatuh ke alam mimpi, sebenarnya hal ini aneh karena Ethan biasanya sulit untuk jatuh tidur.
…
Mimpi Ethan selalu sama, dia berjalan di lorong rumah yang panjang. Ethan kecil mau mencari mamanya yang berjanji akan membacakan buku cerita untuk Ethan sebelum tidur. Buku itu baru, Ethan belum pernah membacanya, lagipula petir yang menggelegar dan air deras yang terus memukul jendela kamar Ethan selalu membuat anak kecil itu ketakutan.
Biasanya mamanya akan memeluknya di atas tempat tidur dan mulai membacakan buku cerita. Tapi sejak bertengkar dengan papanya tadi, mamanya Ethan menghilang di rumah yang seperti istana ini. Dengan langkah kecilnya, Ethan menuju kamar mama papanya, tapi wanita cantik itu tidak ada di sana dan Ethan kecil mulai merasa takut. Kilat menyambar memburakan mata si kecil yang sok berani itu. Tapi begitu petir yang menyambar, Ethan kecil segera berjongkok ketakutan.
“MAMA!”
Dia melangkah menuju kamar di mana mamanya selalu berada jika dia tidak mau diganggu. Sekarang Ethan menyadari kalau seharusnya Ethan tidak ada di sana. Seharusnya dia tidak perlu membuka dengan keras kepala menaiki tangan dan mendorong pintu yang berat itu, tapi nyatanya kini dia melakukan semua itu dan menatap kaki mamanya yang melayang, kepalanya terkulai aneh karena terikat tali di langit- langit rumah.
Ethan kecil terbelalak. Jantungnya berhenti berdetak, Anak kecil itu membeku ketakutan. Kilat yang menyambar membuat wajah mamanya terlihat sesaat di ruangan besar yang gelap itu.
“MAMA! MAMA!” pekiknya tanpa mengerti. Tanpa terasa, Ethan kecil pipis di celana karena ketakutan. Dia segera berlari secepat kaki kecilnya bisa membawa dirinya menjauh dari mamanya yang tergantung di seutas tali itu. Walau terjatuh, pria kecil itu segera bangun dan terus berlari sampai akhirnya dia terbangun dari mimpinya.
…
Ethan membenci dirinya yang lemah, karena dia selalu memimpikan kejadian itu, Dia merasa begitu lemah karena tidak bisa mengontrol dirinya, napasnya terengah-engah, dan terasa berat. Dia hampir melempar tangan wanita itu ketika Anna mendesah lalu mengelus rambutnya dengan lembut, namun anehnya Ethan seketika merasa aman dan akhirnya bisa kembali tertidur tanpa mimpi.
…
Anna terbangun dengan puas, sudah lama dia tidak tidur senyaman ini. Dia tersenyum saat matanya menyipit menyambut cahaya matahari yang masuk dengan indahnya di antara sela- sela tirai putih. “Nyamannya, siapa sangka nyaman sekali tidur dalam pelukannya,” pikir Anna dalam hati sambil menghirup aroma maskulin dengan hidungnya. Wanita itu kembali bergelung dengan nyaman dan menutup matanya karena tak mau kehilangan momen ini.
“Eh tapi … PELUKAN? TIRAI PUTIH?” pekik Anna dalam hati dengan panik. Dengan perlahan wanita itu membuka matanya dan kembali memekik dalam hatinya setelah menyadari siapa yang dia peluk.
“HAISH! Kenapa bisa ada makhluk ini di sebelahku?” erangnya dengan jantung berdebar seperti mesin diesel. Wanita cantik itu perlahan mengangkat kepalanya sedikit dan segera memaki dalam hati saat melihat tangan Ethan yang berat memeluknya dengan erat di pinggangnya yang ramping!
“Oh ya ampuuun yang terjadi?” tanyanya panik dalam hati. Segera wanita itu mencoba mengurutkan apa yang terjadi semalam. Tapi tak ada satu pun ingatan dalam otak Anna yang membuat wanita itu ingat kalau dia sampai melangkah masuk dan merebahkan diri disampin … pria ini!
“Haish, ini gila, apa yang telah aku lakukan!” Anna segera ingin kabur keluar dari selimut secepat mungkin tapi tak bisa, dia tidak mau membangunkan Ethan. Dari suara napasnya yang teratur, Anna bisa merasa lega kalau dia masih tertidur lelap.
Wanita itu segera memeriksa bajunya, lalu bersyukur karena dia ternyata masih berpakaian, lengkap dengan jas Ethan. “Jadi pasti tidak terjadi apa- apa, kan?” erangnya berharap dalam hati.
Sambil berusaha tidak terdengar, wanita itu segera perlahan melepaskan pelukan Ethan di pinggangnya sambil menahan napas. Setelah berhasil wanita itu segera berlari keluar dari kamar.
“Aku pasti sudah gila! Mama pasti akan membunuhku begitu aku sampai rumah!” desis wanita itu sambil memutar tubuhnya dan seketika terkagum ketika matanya dimanjakan dengan pemandangan pagi yang sangat indah dan nyaman. Anna baru pertama kali melihat rumah yang luas dan megah seperti ini. Tapi ketika pandangannya tertumpu pada jam dinding, wanita itu kembali tersadar dari lamunannya. “Ini bukan waktunya untuk kagum Anna!” makinya pada dirinya sendiri lalu melarikan diri.
Tak lama setelah kepergian Anna, Ethan pun terbangun dengan rasa puas yang tak pernah dia rasakan sejak lama. Baru kali ini dia merasakan nyamannya tertidur di atas tempat tidurnya. Sambil menggeliat Ethan bangun dan duduk di atas tempat tidurnya dengan nikmat.
Pria itu lalu teringat akan gadis berambut coklat yang menemani tidurnya tadi malam dan segera menyibak selimut untuk menyadari kalau Anna sudah pergi. Pria itu menggertakkan rahangnya rapat- rapat. Ada rasa kehilangan yang aneh di hatinya. Namun, saat itu juga Ethan menepis perasaannya yang konyol.
“Dasar wanita tidak tahu diri, sudah ditolong malah kabur,” pikir pria berbola mata gelap itu mencoba untuk tetap membenci Anna.
---
Anna memegang telinganya yang habis dijewer oleh mamanya. Persis seperti yang Anna bayangkan dia mendapat ceramah tiga hari tiga malam oleh mamanya. Walau mamanya berkilah tentang perjodohan Anna dan Ethan. Wanita paruh baya itu tetap tidak suka Anna bermalam begitu saja di rumah Ethan.
“Tapi itu kan salah pria vrengsek itu! Semua karena Ethan! Dia yang seenaknya menarik tanganku sehingga gaun ini sobek,” pikir Anna sambil menatap kupingnya yang memerah di cermin meja riasnya. Mamanya tidak terlihat kaget saat Anna proters tentang perjodohannya pada Ethan. Mama Maria malah tiba- tiba memuji- muji Ethan seakan pria itu adalah pria yang paling baik sedunia. Mamanya itu dengan berlebihan memperhatikan jas Ethan yang Anna kenakan. Wanita paruh baya itu seketika mengambil keputusan kalau Anna harus menikah secepatnya dengan Ethan.
Anna bergidik membayangkan harus menikah dengan pria itu, dan sambil lalu menceritakan kalau Opa Jacob terkena serangan jantung. Namun siapa sangka kalau mamanya malah manjadi panik sendiri. Wanita itu segera mendorong Anna ke kamarnya dan menyuruh Anna segera kembali menemani kakek tua itu ke rumah sakit.
“Ish, dia kan kakeknya Ethan, kenapa harus aku yang sibuk,” erang Anna sambil membayangkan pria tua yang malang itu. Wanita itu lalu mendesah panjang karena seketika merasa tidak enak hati.
“Hais, kenapa opa- opa sebaik Opa Jacob bisa mempunyai cucu sejelek Ethan sih,” erang Anna mengomel sendiri dalam hati. Tapi seketika itu ada penolakan dalam hatinya.
Bayangan tangan Ethan yang memeluknya, lalu wajahnya yang tampan tertidur pulas dalam pelukannya tiba -tiba muncul di dalam benaknya. Hati Anna segera mencelos. Anna segera menggelengkan kepalanya seakan mencoba menghapus bayangan itu dalam hatinya.
”Astaga Anna kamu membayangkan apa!” keluhnya dalam hati.
Namun, baru saja wanita itu selesai membersihkan diri, Anna mendapat telepon dari rumah sakit, tiba- tiba saja keadaan opa kritis. Walau tadi sempat merasa enggan, begitu mendengar keadaan opa kritis, wanita itu segera berlari kembali menuju rumah sakit tanpa berpikir.