Bab 8 Mengintip
Jantung anna seakan berhenti mendengar suara Ethan yang lirih di sampingnya. “Aish!” erang Anna sambil menatap protes ke arah Ethan. Anna menahan kunyahnya seketika dan terkesiap menahan napasnya. Makanan yang tadi rasanya sangat enak itu seketika jadi pahit.
“Astaga, aku pikir dia membuatnya buat aku. Haish harusnya tau diri Anna, orang model seperti dia mau memasak buatmu,” pikir Anna mengeluh karena salah makan makanan Ethan. Ingin rasanya wanita itu segera memuntahkan roti yang sudah dia makan. Takut- takut, Anna melirik ke arah Ethan. Pria itu menatap Anna dengan matanya yang tajam. Tatapannya itu seakan menusuk harga diri Anna, karena makan tanpa diundang. Demi mempertahankan harga dirinya, Anna segera membatalkan rasa menyesalnya itu, dan mendongakkan dagunya.
"Oh, aku pikir ini untukku, soalnya kan kamu taruh di tengah meja," jawab Anna sok bergaya santai lalu sok mengambil garpu untuk mulai makan. “Rasanya lumayan juga,” ucap wanita itu dengan gaya menilai yang membuat Ethan segera mendengus sambil mengambil telur yang baru.
“Bukannya lumayan, tapi enak kan?” dengus Ethan sebal karena jelas- jelas dia melihat Anna makan masakkannya dengan lahap.
"Cih, bilang aja enak, dasar …," dengus Ethan kembali membuat telur orak-arik.
“Ya udah nih ambil, nggak jadi kumakan,” ucap Anna sambil mendorong piring itu ke tengah meja.
“Iih males banget aku makan bekas kamu, dah kamu makan aja, aku buat yang baru, seperti orang susah aja!” dengus Ethan sambil memasukkan daging asap, padahal tadi malam dia tak berkeberatan mencium bibir Anna yang terbuka.
Anna segera menjulurkan lidahnya saat pria itu kembali memunggunginya untuk mengulang masakannya. Tapi tak lama Anna tertawa di dalam hati. “Rasain, makanya jadi orang jangan nyebelin,masak ulang kan jadinya,” tawanya dalam hati sambil menikmati sarapannya yang hangat serta juga pemandangan indah di hadapannya.
Tubuh pria itu tinggi dengan kaki yang panjang. Rambut Ethan yang agak panjang masih basah sedikit. Pria itu hanya mengenakan kaos putih polos tipis yang memperlihatkan otot tubuhnya samar-samar. Dadanya lebar dan bidang dengan perut yang rata. “Sempurna, tubuhnya sangat sempurna,” pikirnya mengagumi tubuh pria yang dijodohkan padanya itu.
"Aku tak pernah membayangkan orang seperti kamu memasak," ucap Anna dengan heran, kata- kata itu meluncur sebelum sempat ditahan. Mungkin karena makanan yang hangat masuk ke dalam perutnya, Anna jadi ingin bercakap-cakap. Wanita itu memperhatikan Ethan masak dengan lihainya. Aroma telur dengan mentega sangat harum membuat perut Anna semakin lahap makan.
"Aku tidak suka banyak orang masuk ke rumahku," jawabnya singkat sambil mematikan kompor.
Pria itu lalu duduk berhadapan Anna dan mulai memotong roti. Wanita itu cepat- cepat mengalihkan pandangannya dari tubuh Ethan. Dengan sengaja Anna berpura -pura tertarik dengan telur mentega yang baru matang. Pria itu pasrah saat Anna menggunakan garpu dan mengambil sepotong dari telur orak- ariknya lagi. Walau kesal, melihat senyuman Anna ketika wanita itu memasukkan telur itu ke mulutnya terasa sebanding.
"Jadi masak dan bersih-bersih kamu yang lakukan sendiri?" tanya Anna cepat sambil mencuri sepotong telur Ethan lagi seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas kursi seakan menikmati sekali sarapannya. Ethan mendesah melihat kelakuan wanita tak tahu diri ini. Tiba- tiba sarapannya yang sakral dan biasanya hening, jadi riuh karena kedatangan makhluk tak tahu diri pencuri telur orak-arik ini.
Wanita itu mengambil gelas yang tersedia di meja dan mengisinya dengan susu yang juga di atas meja. Tanpa sadar, karena terlalu merasa senang akan sarapannya, Anna kembali menaikkan kakinya lagi. Ethan langsung mendengus mencela melihat perbuatan wanita berwajah seperti boneka itu.
Walau rambut acak- acakan, Anna terlihat luar biasa cantik. Rambutnya yang coklat tebal jatuh dengan lembut di pundaknya. Karena sedang senang, wajahnya berseri- seri dengan bola mata keemasannya yang berbinar -binar. Bibirnya yang merah terlihat mengkilap karena terkena mentega, sehingga benar- benar menggoda Ethan untuk terus menatapnya.
"Kenapa? Nggak boleh angkat kaki kalau lagi makan? Makan nggak seru kalau kaki nggak naik satu, coba deh angkat kakimu satunya, pasti lebih mantap!" ucapnya sambil mengarahkan roti panggangnya kepada Ethan.
Pria itu mengerutkan keningnya tanpa berkata apa-apa. “Cih, apa enaknya makan dengan kaki naik satu, dasar wanita aneh!' pikir Ethan dalam hati dan tetap melanjutkan makannya tanpa menanggapinya. Pria itu menatapnya dengan tatapan merendahkan seperti biasa.
Sembari makan, Anna memperhatikan Ethan sesekali. Berbeda dengan Anna yang yang makan dengan seru, Ethan makan dengan santun sekali, lengkap dengan pisau, garpu dan serbet di sampingnya. Semuanya berbanding terbalik dengan Anna yang makan dengan tangan dan menggunakan garpu hanya untuk menyendok telur. “Cih, gaya makan orang kaya memang berbeda sekali,” pikirnya dalam hati.
Saat Anna memperhatikan ke sekeliling dapur yang seperti etalase toko, Tiba -tiba saja tatapan mereka bertemu. Biasanya Ethan segera membuang pandangannya, tapi kali ini pria itu terus memperhatikannya dengan seksama sehingga Anna merasa jengah. Dia bahkan menarik tubuhnya dari meja dan menyadar pada sandaran kursi. “Kenapa dia menatapku seperti itu?” tanya Anna risih dalam hati, tiba- tiba jantungnya berdebar sangat kencang. Dipandangi seperti itu membuat hatinya tak karuan.
"Kamu … nggak mungkin kan pakai baju itu ke pemakaman Opa." Ethan mengamati baju yang di kenakan Anna dari tadi malam. Kaos polo hitam Anna sudah pudar warnanya, bahkan kerahnya agak kekuningan di ujungnya.
Wanita itu tidak menyangka kalau Ethan malah akan mengomentari pakaiannya. Dengan kikuk dia melihat pakaian yang dia kenakan. Wanita itu segera meluruskan kaos polo yang dia kenakan agar tidak terlalu kusut.
“Apakah aku bau badan? Maksudnya itu ya? Aku bau?” tanyanya panik dalam hati. Anna ingin segera mencium bau badannya segera, tapi malu karena Ethan masih memperhatikannya.
"Yah sudah antar aku pulang. Nanti aku pinjam baju Mama. Mudah -mudahan Mama punya baju hitam lain, ini juga punya mama waktu mama masih muda," jawabnya santai seakan apa yang dia katakan itu tidak menyedihkan sambil menyendok telur orak arik Ethan lagi. Pria itu sangat penasaran sehingga meyampingkan kalau wanita itu kembali memperlakukannya seperti supir.
"Kenapa kamu memakai baju mamamu? Kemarin, yang robek itu juga punya mamamu kan?" tanya Ethan penasaran. Tapi setelah kata -kata itu meluncur pria itu segera menyesal. “Buat apa aku bertanya, apa peduliku sebenarnya?” tanya Ethan dalam hati, tapi nyatanya dia memang peduli.
Anna menjadi malu, karena teringat kejadian saat Ethan telah melihat tubuh bagian atasnya saat bajunya robek.
"Iya, itu baju mama dan kamu sudah merobeknya. Pokoknya kamu harus ganti rugi," serunya asal dengan cepat agar mengalihkan rasa malunya dengan wajah memerah.
Pria itu mendengus lalu mengangkat telepon untuk menghubungi Daniel. Asistennya itu mengangkat teleponnya saat dering pertama.
"Daniel, kirim beberapa gaun hitam buat Anna. Untuk ukuran kamu bisa kira-kira… mungkin ukuran anak -anak cukup," ujar Ethan dengan nada mengejek setelah berpura- pura memgukur tubuh wanita yang segera merengut di hadapannya. Anna mendesis kesal karena tubuhnya disamakan dengan anak kecil. “Ish, kenapa sih dia harus begitu menyebalkan!.”
"Ukuran sepatumu berapa?" tanya Ethan menahan telepon Daniel. Anna terkejut karena ternyata pria itu serius menanggapi ucapan asalannya tadi.
"Eh, Nggak perlu, Nggak usah, aku bisa pulang dan ganti baju," tolaknya. Anna tak mau menerima pemberian apa -apa dari pria itu. Dari sifatnya yang buruk, Anna dah tau kalau Ethan bisa ngomong macam -macam, Anna tidak sudi hutang budi dengannya.
"Daniel menunggu," ucap Ethan tidak menerima penolakan dari tunangannya itu.
"Biar saja dia nunggu," jawab Anna seenaknya. Ethan tiba -tiba saja menunduk untuk melihat ke bawah meja. Pria itu mengira- ngira ukuran kaki tunangannya itu. “Wanita ini terlalu mungil, untuk wanita ini semua ukurannya mungil,” desah Ethan dalam hati.
"Dari ukuran paling kecil sampai 3 ke atas, warna hitam" Ethan berbicara cepat memberikan instruksi lalu mematikan telepon.
"Ehh Apa -apaan itu tadi?" Mata Anna membulat karena kesal, dia menyesal karena telah menurunkan kakinya dari kursi tadi.
"Untuk ukuran sepatumu, pasti paling kecil sama seperti badanmu yang seperti anak kecil, rata.'' Pria itu lama memandangnya dengan penuh penilaian, lalu memandang ke arah dada Anna.
“Ish... dia lama- lama semakin menyebalkan, apakah dia tadi serius memperhatikan ukuran dadaku? Dasar mesem!” maki Anna dalam hati segera menaruh tangannya di dada. Bibirnya mencibir marah ke arah Ethan. Pria itu tidak merasa bersalah sama sekali. Dia hanya tersenyum miring menyebalkan.
"Daripada tutupi dadamu yang rata, mandi sana. Sebentar lagi kita harus berangkat," ucap Ethan geli lalu berdiri mengangkat piring kotor mereka.
Tetapi Anna masih menyilangkan tangannya di dadanya dengan curiga. “Pria mesem seperti dia ini tidak dapat dipercaya,” dengus Anna dalam hati.
"Aku mau pulang saja," jawab Anna keras kepala dengan suara semakin meninggi.
"Rumahmu jauh, di ujung dunia, nanti kita bisa telat," balas Ethan tak peduli. Pria itu malas asyik mencuci piring. "Ada kamar mandi di kamarku,” lanjutnya lagi.
Anna lagi -lagi menatap bagian belakang tubuh calon suaminya itu, lalu menghela napas kesal. Sebenarnya penjelasannya tadi memang masuk akal. Rumah Anna memang jauh sekali sedangkan mereka tidak boleh terlambat ke pemakaman Opa.
Sambil mendengus marah Wanita itu menyeret tubuhnya kembali ke kamar Ethan dan segera menuju kamar mandinya yang mewah.
Anna menggantung baju yang tadi dia kenakan di pegangan pintu pancuran air, dengan maksud akan mengenakannya lagi nanti. Baju polo hitam itu langsung Anna periksa. Dia ternyata tidak bau, dan baju ini masih layak untuk di pakai, hanya mungkin jauh, di bawah stardar pria itu .
Air hangat mulai menyiram tubuh Anna dengan derasnya. Memang nikmat mandi di kamar mandi orang kaya, Anna sangat menikmati pancuran deras air hangat di tubuhnya. Sayangnya wanita itu terlambat menyadari kalau pintu box pancuran air tidak tertutup benar. Sehingga baju Anna jatuh dan langsung basah terkena air.
“Aish, kenapa sampai jatuh begini, kalau begini aku terpaksa mengenakan baju yang dikirim Daniel nanti, dasar ceroboh!” maki Anna dalam hati mengutuk dirinya sendiri.
Wanita mengambil handuk dan segera mengeringkan tubuh dan rambutnya. Wangi sabun Ethan enak sekali, Anna sangat menyukainya. Wanita itu segera membungkus tubuhnya dengan handuk putih lembut yang tebal di rak kamar mandi.
Dengan berjingkat, Anna keluar kamar mandi menuju kamar dengan takut-takut. “Apakah baju pesanan Ethan sudah datang ya?” tanyanya dalam hati sambil melirik ke kanan dan ke kiri.
Tidak perlu menunggu lama, beberapa baju kiriman dari Daniel datang. Ethan meletakkannya di atas tempat tidur dan langsung menuju kamar baju untuk bersiap.
Ethan pun memilih pakaiannya dan menatap bayangannya di cermin. Namun, seketika fokusnya berpindah ke sesosok tubuh yang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Wanita itu Anna tentunya yang keluar dengan takut -takut melirik kanan, kiri sebelum mengambil salah satu stel baju di atas kasur, lalu kembali ke kamar mandi.
Ethan terpana, dia sudah salah. Mungkin karena tertutup baju yang selalu kebesaran, badan Anna berkesan seperti anak-anak, tetapi ternyata Wanita itu memiliki dada yang penuh, dan juga bagian belakangnya, sangat sempurna.
Tubuh Anna ternyata bukan seperti anak-anak tapi seorang wanita dewasa. Wanita dewasa yang sungguh menggoda naluri laki-laki Ethan.
Ethan tahu seharusnya dia mengalihkan pandangannya, tapi naluri kelaki-lakiannya melampaui logika. Pria itu maju lebih dekat dan bersembunyi di balik pintu kamar pakaian.
Ethan mengulang pemandangan indah tadi di kepalanya. Air masih menetes dari rambut Anna yang panjang, membasahi pundaknya putih dan jenjang. Dadanya tidak serata yang Ethan pikir, ukurannya pas untuk tubuhnya yang mungil. Perutnya rata dengan bagian bokong yang penuh, hatinya penuh rasa bersalah mengintip Anna seperti itu, tapi ada rasa puas juga di hatinya.
Saat Anna sudah masuk ke kamar mandi lagi, Ethan yang merasa aman segera keluar dari tempat persembunyiannya di kamar pakaian namun tiba -tiba saja Anna malah keluar lagi saat dia sudah di dekat pintu. Ethan tertangkap basah sedang mau memegang gagang pintu.
"Kamu! Mau apa kamu?" jeritnya kaget. Ethan berusaha mengalihkan perhatiannya, tapi sungguh itu hal yang sulit karena bagaimanapun dia tetap lelaki normal sedangkan Anna terlihat sangat menggemaskan di hadapan Ethan. Wanita itu masih mengenakan handuk walau terlihat dia sudah mengenakan BH hitam di balik handuknya.
"Aku kan ganti baju," dengus Ethan segera mencari alasan karena sudah tertangkap basah.
Anna memperhatikan Ethan yang sudah berganti pakaian tapi tetap saja dia merasa sangat malu. Ada semburat senyuman di wajah Ethan yang membuat wajah wanita itu memerah karena pasti pria itu telah memikirkan hal yang aneh -aneh. Wanita itu segera melotot dengan penuh emosi.
"Keluaaar!" jerit Anna lagi. Ethan tersenyum miring lalu segera keluar dari kamar. “Jika setiap hari aku melihat itu, sepertinya aku tidak akan keberatan,” pikir Ethan sambil mendengus geli.