Bab 10 Membunuh Semuanya
Di saat yang sama.
Di pinggiran timur Kota Bukit Emas, ada sebuah vila yang mewah.
Vila ini dikelilingi pegunungan hijau di tiga sisinya, lalu ada perairan di depannya. Lokasinya sangat strategis, sungguh tempat yang sangat baik untuk praktik geomansi.
Saat ini, di ruang tamu vila.
Ada seorang pria paruh baya yang sedang bermain kartu.
"Kak Tigris, gawat!"
Saat ini, Hendra masuk dengan penampilan yang kacau. Dia bicara terburu-buru, terlihat sangat panik dan takut.
Namun, Tigris seolah-olah tidak mendengar. Dia menyelesaikan permainan kartunya, lalu menghela napas panjang.
"Hendra, ada masalah apa? Kenapa begitu panik?"
Tigris duduk di sofa dengan tenang, sambil menyalakan sebatang rokok dan bertanya dengan santai.
Melihat wanita cantik di sofa, Hendra menelan ludah, dalam hati merasa sangat iri.
Namun, dia juga tahu ini bukan saatnya untuk melihat wanita cantik. Dia buru-buru menceritakan kejadian tadi.
"Seseorang mengalahkan sekelompok bawahanmu? Dia juga menghentikan ekskavator dengan satu tangan?"
"Benar! Saat itu, aku sungguh ketakutan."
"Sialan, kamu pikir aku bodoh? Apa kamu tahu fungsi ekskavator? Jangankan tubuh manusia, itu bahkan bisa menghancurkan beton. Manusia bisa menghadang ekskavator?"
Tigris berkata dengan dingin.
Sungguh aneh jika dia memercayai omong kosong ini.
"Kak Tigris, ucapanku ini benar!"
Hendra menjelaskan dengan tegang, tapi Tigris tidak mau percaya. Hal ini membuatnya sangat takut.
Jika Tigris berpikir dia berbohong, konsekuensinya pasti akan sangat serius!
Saat ini.
"Brakkk!"
Pintu vila ditendang dari luar.
Kemudian, Fabian masuk dengan ekspresi tenang.
"Kak Tigris, itu dia orangnya! Lihat, aku tidak berbohong padamu, ‘kan?"
Melihat Fabian datang kemari, ekspresi Hendra langsung gembira.
Kedatangan Fabian ini bukan hanya membuktikan ucapannya tadi, tapi juga dengan adanya Tigris, dia pun bisa membalas dendam!
"Hm? Tidak disangka ada orang yang berani datang kemari."
Tigris masih duduk di sofa sambil merokok, melihat Fabian yang masuk dengan acuh tak acuh.
Kemudian, dia mengibaskan tangannya.
Enam puluh pengawal berpakaian hitam keluar dari segala arah, lalu mengepung Fabian.
"Bawa ekskavator kemari, aku ingin lihat bagaimana orang ini menghentikan ekskavator dengan tangannya."
Sebelum Fabian bicara, Tigris sudah mengibaskan tangannya.
"Baik, Kak Tigris!"
Seorang pengawal berpakaian hitam melihat Fabian dengan tatapan meremehkan, lalu bersiap membawa ekskavator kemari.
Hasilnya, baru saja melangkah, dia sudah dipukul oleh Fabian hingga terpental keluar, lalu jatuh dengan keras ke tanah dan tewas.
Kejadian mendadak ini langsung membuat seluruh tempat itu hening.
Semua orang sangat terkejut, tidak menyangka Fabian akan begitu arogan. Dia sudah dikepung oleh musuh, malah masih berani membunuh!
"Kamu sungguh punya sedikit kemampuan. Anak muda, kamu berasal dari mana?"
Tigris berdiri sambil bertanya dengan dingin.
Dia tak akan percaya bahwa orang yang bisa membunuh tanpa berkedip ini adalah orang biasa yang menerima penggusuran.
Selain itu, orang ini bisa membunuh dengan satu tamparan, pasti pernah berlatih bela diri!
Fabian bertanya balik, "Apa kamu orang dari Klub Santrice?"
"Benar, aku Tigris Johans dari Klub Santrice!" jawab Tigris dengan dingin.
Fabian bertanya lagi, "Di mana markas utama Klub Santrice?"
Kali ini Tigris tidak menjawab, melainkan menatap Fabian lekat-lekat.
Apa maksud anak muda ini?
Dia menerobos kemari sendirian. Apa dia sungguh mengira dirinya bisa mengalahkan 50-60 orang?
"Apa kamu punya dendam dengan Klub Santrice?"
Fabian bertanya lagi dengan tenang, "Aku yang bertanya padamu. Di mana markas utama Klub Santrice?"
"Sialan, untuk apa kamu berlagak? Tangkap pemuda ini. Aku ingin dia tahu apa akibatnya jika berlagak di depanku!"
Tigris tertawa dingin.
Mendengar perintah ini, beberapa puluh pengawal langsung menyerang. Mereka terlihat ganas dan menyeramkan. Sambil tersenyum jahat, mereka melihat Fabian seperti melihat badut.
Fabian bersikap acuh tak acuh. Dia menggunakan Teknik Pedang Tertinggi, lalu muncullah sebuah pedang panjang di tangannya.
Karena tidak ada Yoana dan Sierra, tentu saja dia tidak perlu khawatir.
"Sulap?"
Tigris tertegun.
Namun, detik berikutnya, matanya terbelalak.
Dia melihat Fabian mengayunkan pedang panjangnya dengan ringan.
Aura pedang yang tak berbentuk itu menyebar, langsung membunuh puluhan pengawal yang menyerang.
Darah segar memenuhi lantai!
Sekarang vila mewah ini sudah menjadi neraka.
"Ah!!!"
"Arghhh!"
Saat melihat adegan ini, Tigris, wanita penghibur, dan Hendra terduduk lemas di lantai, sambil menjerit ketakutan.
Hanya dengan satu pedang, bisa langsung membunuh 50-an orang!
Ini ... bagaimana ini mungkin?
"Sebenarnya ... siapa kamu?"
Tigris menatap Fabian dengan gemetar, seolah-olah melihat iblis!
"Aku tanya sekali lagi, di mana markas utama Klub Santrice?"
Fabian bertanya tanpa ekspresi.
"Aku ... tidak tahu!"
Tigris menjawab dengan gemetar, lalu berlutut dan terus-menerus memohon ampun.
Dia sungguh belum pernah melihat adegan mengerikan seperti ini!
Dia bahkan curiga pemuda di depannya ini bukan manusia, melainkan dewa.
Karena hanya dewa yang bisa membunuh begitu banyak orang dalam sekejap, ‘kan?
Fabian mengabaikan permohonan ampun Tigris. Dia langsung maju, lalu meletakkan tangannya di dahi Tigris!
Teknik Rahasia, Teknik Mencari Jiwa!
Teknik rahasia ini bisa membaca memori seseorang secara paksa. Namun, efek sampingnya sangat besar, seratus persen orang itu akan menjadi idiot!
Dengan cepat, mata Tigris memutih, mulutnya berbusa, dan langsung pingsan.
Kemudian, Fabian juga membaca memori Hendra dan wanita penghibur yang tak berbusana itu.
Hasilnya sungguh di luar dugaan.
Tak disangka mereka bertiga tidak tahu di mana markas utama Klub Santrice.
Organisasi ini sangat misterius. Perintah disampaikan melalui banyak lapisan. Orang-orang di lapisan bawah hanya melakukan pekerjaan, sama sekali tidak tahu apa-apa.
"Trevor Simons!"
Fabian bergumam sendiri.
Trevor adalah atasan Tigris. Mungkin dengan menemukan Trevor, dia bisa sepenuhnya membereskan Klub Santrice.
Namun, ini adalah hal kecil bagi Fabian. Nanti dia cukup mencari waktu untuk menyelesaikan masalah ini.
Hal terpenting sekarang adalah pulang untuk makan bersama adiknya.
Tidak ada hal yang lebih penting dari ini!
Setelah meninggalkan vila, Fabian mengibaskan tangan kanannya ke arah vila. Kekuatan yang mengerikan mengalir dari telapak tangannya.
"Boom!!!"
Seluruh vila langsung runtuh dan menjadi puing-puing.
Seluruh mayat terkubur di bawah tanah!