Bab 12 Teman Lama
Malam berlalu begitu cepat.
Melihat Yoana masih tidur nyenyak, Fabian pun pelan-pelan bangun, lalu menuju kamar mandi.
Di cermin, dia melihat dirinya tampak lesu dan muram.
Setelah berpikir sejenak, dia pun menjadikan jari-jarinya seperti pisau cukur, langsung mencukur jenggot di wajahnya, juga memotong rambutnya yang panjang.
Selesai merapikan diri, dia langsung menjadi orang yang berbeda, terlihat lebih segar.
Jika sebelumnya dia terlihat seperti pria tua yang muram, sekarang dia seperti pria dewasa yang penuh daya tarik.
Sebenarnya, Fabian baru berusia 32 tahun!
Karena melatih diri, wajahnya hampir tidak berubah dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, bahkan bertambah sedikit aura elegan dan melankolis.
Di balik ketampanannya, ada sedikit rasa kegagalan dan kesedihan.
Saat di jalan, dia pasti akan memikat banyak gadis, juga membuat mereka menoleh.
"Dulu aku juga pria paling tampan di Universitas Bukit Emas!"
Cahaya melintas di mata Fabian.
Sepuluh tahun kemudian, tak disangka dia menjadi lebih tampan!
Saat ini, ada suara langkah kaki dari belakang.
Itu Yoana yang berjalan kemari, sambil menggosok matanya yang masih mengantuk. Saat melihat kakaknya, dia langsung tersadar, sedikit takjub dan terkejut.
"Kakak ... apa ini?"
"Sudah lama tidak mencukur jenggot dan memotong rambut. Jadi, Kakak merapikannya sendiri," kata Fabian sambil tersenyum.
Mendengar hal ini, Yoana buru-buru mendekat, lalu memeriksa kakaknya dengan saksama.
Wajahnya sangat tampan dengan garis wajah yang jelas.
Matanya yang melankolis penuh dengan aura misterius yang dalam, membuat orang tak bisa tidak terjebak di dalamnya saat pertama kali melihatnya.
Sebelumnya dengan jenggot dan rambut panjang, kakaknya terlihat seperti pengembara. Namun, tak disangka setelah merapikan diri, dia terlihat begitu tampan.
"Ada ... ada apa?"
Ditatap seperti ini oleh adiknya, Fabian merasa sedikit gugup.
"Kakak sangat tampan! Menurutku, artis-artis terkenal di TV pun tidak setampan Kakak," kata Yoana sambil tersenyum lebar.
Mendengar hal ini, Fabian pun memutar matanya.
Dia pikir ada masalah.
"Adikku begitu cantik. Bagaimana mungkin kakaknya tidak tampan?"
Fabian mengelus kepala adiknya dengan penuh sayang.
"Jangan bicara manis lagi. Cepat keluar, aku perlu ke toilet, sudah tidak tahan lagi."
Yoana bicara sambil mendorong Fabian keluar. Di matanya, ada senyuman yang tak bisa dihilangkan.
...
Setelah dua kakak beradik itu sarapan bersama, Sierra datang dengan mobil pink miliknya.
Mereka sudah berunding semalam. Hari ini Yoana akan mendaftar kuliah, maka Sierra datang lebih awal untuk menjemputnya.
"Wah, Yoana, tak disangka kamu menyembunyikan pria tampan di rumahmu. Kamu sungguh egois!"
Saat melihat Fabian, Sierra sangat terkejut, matanya sangat berbinar-binar.
Luar biasa tampan!
Air liurnya hampir menetes!
Bagaimana bisa ada pria setampan ini di rumah Yoana?
"Kamu bahkan tidak mengenaliku?"
Melihat Sierra yang seperti serigala lapar, sudut mulut Fabian pun berkedut.
"Kamu adalah ... Kak Fabian?"
Sierra sangat tercengang.
Saat ini, Yoana mendekat, lalu berkata sambil tersenyum.
"Tak disangka, setelah mencukur jenggot dan memotong rambutnya, kakakku menjadi sangat tampan, ‘kan?"
"Ini benar Kak Fabian! Wahhh ...."
Sierra menatap Fabian dengan mata berbinar, hendak langsung “menerkamnya” seperti harimau lapar.
Namun, Fabian tanpa ampun menahan dahi Sierra dengan tangan kanannya.
Sierra terus menggerakkan kedua lengannya, lalu berkata, "Kak, kamu sangat tampan. Aku ingin punya anak denganmu, uhh ...."
Fabian terdiam, "..."
...
Setelah ribut sebentar, Fabian dan Yoana naik ke mobil Sierra, lalu pergi menuju Universitas Bukit Emas.
Di perjalanan, Sierra terus membicarakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat pergi ke kampus. Dia seperti burung kecil yang terus berkicau.
Tentu saja, kadang-kadang dia juga menyelipkan beberapa kata tentang ingin punya anak bersama Fabian.
Fabian hanya tersenyum dan tidak meladeninya.
Tentu saja dia tahu, Sierra tidak benar-benar menyukainya hanya karena dia tampan. Sifatnya hanya sangat ceria dan periang.
Sekitar empat puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan gerbang Universitas Bukit Emas.
Universitas Bukit Emas masuk dalam 5 besar universitas terkemuka di Negara Achipel. Pintu masuknya selalu ramai dengan orang yang datang dan pergi.
"Kak, aku akan bawa Yoana melapor kehadiran dulu. Kamu bisa berkeliling sendiri. Setelah selesai mengurus prosedur pendaftaran, kami akan meneleponmu, lalu kita makan bersama," kata Sierra pada Fabian setelah memarkir mobil.
"Merepotkanmu untuk membantu Yoana."
Fabian mengangguk, lalu mengelus kepala adiknya dan berkata, "Simpan baik-baik uang yang Kakak berikan padamu, jangan sampai hilang. Jika ada masalah, ingat untuk menghubungi Kakak."
"Ya."
Yoana mengangguk dengan patuh.
Ada kakak di sisinya, hatinya terasa sangat aman.
Saat ini, Sierra berkata, "Haiz, kata 'merepotkan' ini terlalu palsu, sama sekali tidak ada ketulusan."
Fabian bertanya, "Lalu, harus bagaimana?"
"Berjanjilah akan punya anak denganku."
"..."
Melihat kedua gadis itu pergi, Fabian pun menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya.
Sifat Sierra benar-benar aneh, entah bagaimana adiknya yang lembut dan tenang ini bisa berteman baik dengan Sierra.
Sifat mereka berdua benar-benar berbeda.
Kemudian, Fabian berjalan-jalan di Universitas Bukit Emas.
Sepuluh tahun yang lalu, dia berhasil masuk ke Universitas Bukit Emas dengan prestasi yang luar biasa. Dia pun menghabiskan empat tahun di sini.
Sekarang kembali ke kampus, dia pun mengingat kegilaan masa mudanya. Dalam hati, dia mendesah, merasa segalanya sudah berubah. Waktu sungguh berlalu dengan cepat.
Saat itu, terdengar suara terkejut di belakang Fabian.
"Fabian! Itu kamu?"
Fabian berhenti berjalan, lalu menoleh. Dia melihat wajah yang familier.
Azure Dawn!
Teman kuliahnya!
Hubungan mereka bisa dibilang biasa saja.
Dulu mereka bahkan pernah ribut karena pertandingan basket.
Namun, itu semua sudah berlalu.
Setelah berpisah selama sepuluh tahun, sekarang tiba-tiba bertemu teman lama.
Fabian merasa sedikit bernostalgia. Dia tersenyum, lalu melambaikan tangannya.
"Azure, sudah lama tidak bertemu!"
"Ternyata sungguh kamu! Aku mengira salah orang."
Azure mendekat dengan tersenyum.
Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, seharusnya Azure sudah sukses.
Pakaian yang dia kenakan sangat mewah, kaos putih merek Versace, celana santai hitam Armani. Dia bahkan memakai jam tangan emas Rolex yang bernilai ratusan juta. Auranya sangat gagah, terlihat seperti orang sukses.
"Ke mana kamu selama sepuluh tahun ini? Semua orang tak bisa menghubungimu. Saat beberapa kali reuni, kamu bahkan tidak datang. Semuanya mengira kamu sudah kaya raya dan tidak mau berhubungan dengan kami lagi."
Azure berjalan ke depan Fabian, lalu menilai diri Fabian dari atas ke bawah. Senyumannya pun semakin cerah.
Fabian melihat tatapan mengejek Azure, tapi dia tidak terlalu peduli.
Dia menjawab sambil tersenyum, "Sejujurnya, sepuluh tahun terakhir ini, aku hidup sangat menderita!"
"Aku bisa melihatnya. Jika tidak, kamu tak akan putus kontak dengan kami!"
Azure menepuk bahu Fabian dengan lembut, seperti aura kakak laki-laki.
"Jika butuh bantuan, kamu bisa memberitahuku. Aku sudah membuka perusahaan. Aku bisa mengatur pekerjaan sebagai petugas kebersihan untukmu. Penghasilan sebulan 10 juta. Itu bukan masalah untuk menafkahi keluarga."
"Terima kasih. Namun, saat ini seharusnya tidak perlu," jawab Fabian dengan sopan.
Fabian tahu bahwa Azure sedang pamer, tapi dia hanya tersenyum dan tidak terlalu memedulikannya.
Sepuluh tahun berlalu, setiap orang pasti berubah banyak, sudah berkeluarga dan punya karier masing-masing.
Sekarang bertemu lagi, maklum kalau membandingkan siapa yang lebih sukses.
"Kamu harus tahu, sekarang tidak seperti sepuluh tahun yang lalu. Kondisi ekonomi tidak terlalu baik. Untuk lowongan petugas kebersihan di perusahaanku saja, ada banyak orang yang melamar. Aku memikirkan bahwa kamu adalah teman lamaku. Jika tidak, aku tak akan bicara begitu."
Azure merangkul bahu Fabian, terlihat sangat ramah.
Saat Fabian hendak menjawab, terdengar suara wanita yang lembut.
"Azure, kamu bicara dengan siapa?"
Fabian menoleh dan melihat seorang wanita cantik.
Wanita itu memakai gaun panjang berwarna putih gading yang menunjukkan bahunya. Kakinya sangat panjang dan jenjang.
Lekuk tubuhnya sangat menawan dan berisi sesuai porsinya, auranya juga sangat elegan. Saat berjalan, dia menarik perhatian banyak mahasiswa.
Tanpa diragukan lagi, dia adalah wanita karier yang berbakat!