Bab 14 Teman Lama Bertemu Kembali
Dengan cepat, mereka bertiga sampai di sebuah restoran dekat Universitas Bukit Emas.
Restoran itu bernama Ichiban Pavilion, terkenal dengan masakan lokal. Bukan hanya makanannya sangat enak, tapi lingkungannya juga mewah. Ini termasuk restoran lama yang cukup terkenal di dekat Universitas Bukit Emas.
"Temanku bilang restoran ini sangat mahal, biaya rata-rata per orang 2 juta lebih," bisik Sierra.
Meski kondisi keluarganya cukup baik, dia juga jarang makan di tempat seperti ini.
Bagi dia, restoran dengan biaya rata-rata 200 ribu per orang, itu sudah cukup bagus.
"Sungguh mahal! Bagaimana kalau kita pindah ke restoran lain? Makan di mana pun sama saja."
Yoana tak bisa menahan diri untuk berteriak.
"Tidak perlu, kita tetap makan di sini. Hari ini adalah hari pertamamu masuk kuliah. Tentu saja harus makan siang dengan lebih mewah. Lagi pula, 2 juta lebih itu standar, tidak termasuk mahal," kata Fabian sambil tersenyum.
Sebenarnya, saat berkuliah dulu, dia pernah makan beberapa kali di Ichiban Pavilion bersama pimpinan kampus. Jadi, dia cukup merindukan masakan di sini.
Saat mereka masuk ke restoran, seorang pelayan wanita yang cantik segera menyambut. Dia mengatur tempat duduk untuk mereka dan membawakan buku menu.
"Pesan apa pun yang kalian mau, tidak perlu menghemat uang."
Fabian memberikan buku menu pada Yoana dan Sierra.
Bagi dia, uang sungguh bukanlah masalah.
Asalkan mau, dia bisa mendapatkan banyak uang kapan saja.
Melihat kedua gadis itu sedang memesan makanan, Fabian pun melihat sekeliling dengan acuh tak acuh.
Dibandingkan dengan bangunan kayu tua dalam ingatannya, Ichiban Pavilion jelas sudah direnovasi, dengan ukiran kayu merah, sederhana namun mewah.
Saat ini, tersengar langkah kaki dari pintu masuk.
Ternyata sekelompok pimpinan kampus datang kemari.
Di samping pimpinan, Fabian melihat dua sosok yang familier, yaitu Azure dan Shinta.
Mereka berbicara dengan gembira dan santai.
Fabian terlihat acuh tak acuh. Mengingat adegan sebelumnya, dia tidak pergi menyapa.
Namun, tak disangka saat ini mata Azure malah bersinar, lalu dia berjalan ke arahnya.
"Fabian. Haha ... sungguh kebetulan. Kita baru saja berpisah, sekarang sudah bertemu lagi."
Azure mendekat sambil tersenyum.
Saat melihat Yoana dan Sierra, ada sedikit rasa iri di mata Azure.
Dulu saat masih kuliah, Fabian adalah orang yang terkenal di kampus, merupakan idola banyak gadis.
Tak disangka setelah 10 tahun berlalu, Fabian juga sudah jatuh miskin, tapi masih bisa mendapatkan gadis cantik seperti ini. Hal ini sungguh membuatnya kesal.
"Benar, cukup kebetulan," jawab Fabian dengan datar.
Azure menyadari perubahan sikap Fabian, tapi dia tidak peduli.
Sekarang Fabian dan dia berasal dunia yang berbeda, sama sekali bukan orang yang sederajat.
Sebagai presdir perusahaan, apa dia perlu memperhatikan pemikiran orang miskin?
"Presdir Azure, siapa ini?"
Seorang pemimpin kampus mendekat, lalu melihat Fabian.
Shinta mengikuti di belakangnya.
Saat melihat Fabian, Shinta terlihat tenang, seolah-olah melihat orang asing. Sama sekali tidak ada keramahan seperti saat mereka bertemu tadi.
"Pak Ted, ini teman kuliahku, namanya Fabian Leonne!"
Azure memperkenalkan sambil tersenyum.
"Teman kuliah? Apa dia juga mahasiswa Universitas Bukit Emas?"
Ted Wilmer terlihat terkejut.
"Benar. Namanya Fabian, dulu merupakan orang yang terkenal di kampus. Dia diakui sebagai pria yang paling tampan di kampus."
Ada sedikit ejekan dalam nada bicara Azure.
"Benarkah?"
Ted mengundang dengan antusias, "Berhubung dia juga lulusan kampus kita, bagaimana kalau kita makan bersama?"
"Berhubung Pak Ted sudah mengundang, Fabian, kamu ikutlah kami ke ruang pribadi untuk makan. Kebetulan kamu bisa menghemat biaya makan siang. Menurut sepengetahuanku, biaya makan di Ichiban Pavilion tidak murah!"
Azure tersenyum sinis.
Bisa dikatakan bahwa tindakan Pak Ted ini sangat sesuai dengan keinginannya.
Di acara pertemuan nanti, sebagai alumni unggulan dan orang yang berdonasi, dia pasti akan menjadi pusat perhatian.
Jika Fabian ada di sana, itu akan membuat dirinya sangat bangga.
‘Fabian, bukankah dulu kamu sangat hebat?’
‘Bagaimana dengan sekarang?’
‘Kamu hanyalah orang tak berguna!’
Sedangkan aku, Azure Dawn, masuk dalam kalangan elite masyarakat, merupakan idola semua orang.
"Tidak perlu, aku datang bersama dua orang, itu tidak leluasa!" tolak Fabian dengan sopan sambil menggelengkan kepala.
"Tidak apa-apa, mereka juga bisa ikut. Ruangan yang aku pesan cukup besar."
Azure mengalihkan pandangan ke arah Yoana dan Sierra, lalu berkata sambil tersenyum.
Kedua gadis ini memiliki mata yang jernih, pasti masih muda. Selain itu, wajah mereka sangat cantik.
Hal paling penting adalah kedua gadis ini punya hubungan yang dalam dengan Fabian. Hanya dengan alasan ini saja, sudah cukup untuk menarik perhatiannya.
Jika bisa mendapatkan keduanya ....
Entah apa yang dia pikirkan, tatapan Azure terlihat mesum.
Meski Azure menyembunyikannya dengan sangat baik, tapi itu masih terlihat oleh Fabian.
Dengan tatapan dingin, Fabian berkata, "Aku sudah bilang itu tidak leluasa. Apa kamu tidak dengar?"
Azure sedikit menyipitkan matanya.
Dia sungguh tak menyangka Fabian berani bicara seperti itu padanya.
Dalam hati, dia berpikir.
‘Fabian, sekarang kamu sudah jatuh miskin. Aku mengundangmu makan, itu termasuk menjaga gengsimu!’
‘Kamu malah berani menolak?’
Namun, dia tidak menunjukkan kemarahannya, melainkan berkata dengan menyesal, "Fabian, aku tahu sekarang hidupmu sangat susah. Melihat diriku menjadi begitu hebat, mungkin kamu merasa sedikit tidak nyaman. Namun, sebagai teman lama, aku sungguh ingin berkumpul denganmu."
"Seharusnya kamu tidak marah karena kejadian dulu, ‘kan? Meski dulu kita pernah berkonflik, tapi itu semua sudah berlalu, tidak perlu diingat lagi."
Lihatlah!
Dia adalah presdir sebuah perusahaan.
Karakternya memang berbeda.
Beberapa pimpinan di sekitarnya sangat kagum melihatnya. Mata Shinta juga berbinar.
Sementara Fabian hanya mengerutkan keningnya, sudah sepenuhnya memahami karakter Azure.
Orang picik yang tipikal dengan pisau tersembunyi di balik senyumannya.
Fabian sungguh tidak ingin berbicara dengan orang seperti ini. Jadi, dia hanya mengucapkan satu kata dengan dingin, "Enyahlah!"
"Fabian, kamu ...."
Senyum Azure menjadi kaku, hatinya penuh amarah.
‘Pantas saja kamu menjadi miskin.’
‘Dengan sifat sombongmu ini, Fabian, tidak heran kamu tidak sukses!’
"Kamu tidak perlu bicara begitu kasar, ‘kan?" kata Ted sambil mengerutkan kening.
Dia merasa Fabian sangat tidak beradab.
Sementara Shinta juga maju, lalu berkata sambil mengerutkan kening, "Fabian, kita adalah teman lama. Azure berniat baik mengundangmu, juga ingin berkumpul denganmu. Aku sungguh tidak mengerti kenapa kamu seperti ini."
"Shinta, apa maksudku tidak cukup jelas?"
Fabian menatap Shinta dengan kecewa.
Dulu Shinta adalah salah satu sahabat baiknya.
Tak peduli kapan pun, dia selalu berdiri di pihaknya. Namun, sekarang semuanya sudah berubah.
"Sejujurnya, kamu terlalu sombong," kata Shinta dengan dingin.
Sebenarnya, dia juga bisa melihat maksud Azure. Namun, dia tetap memilih untuk membela Azure.
Bagaimanapun juga, sekarang Azure adalah presdir sebuah perusahaan, sedangkan Fabian hanya seorang pengangguran. Mereka sama sekali tidak bisa dibandingkan.
Dia tidak merasa dirinya sudah melakukan kesalahan.
Jika ada yang salah, hanya bisa menyalahkan Fabian.
Karena sekarang dia tidak punya kekuasaan atau pengaruh, juga tidak ada kemampuan. Ini tidak bisa menyalahkan orang lain.
"Lupakan saja. Berhubung Fabian tidak mau, kita tak perlu memedulikannya lagi. Pada akhirnya, kita adalah orang dari dua dunia yang berbeda!" kata Shinta pada Azure.
Ekspresi Azure sangat muram, hatinya merasa tidak rela.
Dalam perkiraannya, seharusnya setelah melihat dirinya kaya dan punya kekuasaan, Fabian pun akan merendahkan diri di depannya. Bukan seperti sekarang, malah menyuruhnya pergi di depan begitu banyak orang.
Di mana Azure mau meletakkan harga dirinya?
Saat ini, seorang pria paruh baya berambut putih berjalan cepat ke Ichiban Pavilion.
Pria tua itu memakai kacamata emas, berjalan dengan sangat tegas dan berwibawa.
Dia adalah dosen penanggung jawab di kelas Fabian sebelumnya, bernama Osmond Slade.
Melihat Osmond, Azure pun langsung tersenyum dan melambaikan tangan.
"Guru Osmond, di sini!"
Mendengar suara ini, Osmond berjalan cepat ke arah mereka. Saat melihat Fabian, dia sangat terkejut.
"Guru, sudah lama tidak bertemu!"
Fabian berdiri, bersikap cukup hormat pada guru yang pernah banyak membantunya.
Dulu Guru Osmond sangat peduli padanya, menganggapnya sebagai murid kesayangannya, murid yang paling dibanggakan.
Saat ada hal baik, dia pasti selalu memikirkan Fabian terlebih dahulu.
Berkat perhatian dari guru ini, Fabian pun bisa menjadi mahasiswa berbakat yang terkenal di Universitas Bukit Emas.
Bisa dikatakan, pria tua ini adalah salah satu orang yang paling dia hormati dalam hidupnya.
Awalnya dia berencana mencari kesempatan untuk mengunjunginya secara pribadi, tapi tak disangka mereka akan bertemu di sini.
"Fabian, ke mana kamu selama bertahun-tahun ini?"
Osmond menatap Fabian dengan ekspresi yang rumit.
Kenapa mahasiswa yang paling dia harapkan dulu, malah jadi seperti ini sekarang?
Mengapa dia mencampakkan gadis sebaik Ivory?