Bab 12 Julian Datang
Orang yang baru saja datang adalah ayah Charlie, Johan Gulemo.
Sebagai seorang pengusaha lokal, dia sudah pernah bertemu Daniel beberapa kali.
Daniel tersenyum sinis, “Oh, Tuan Johan datang. Sudah bawa uang 2 Milyarnya?”
Ekspresi Johan langsung kaku.
"Daniel, anak-anak tidak mengerti, aku datang untuk minta maaf atas nama mereka. Bisakah kita kesampingkan soal 2 Milyar itu?"
"Kurang ajar!"
Daniel langsung memaki.
"Aku bilang 2 Milyar ya 2 Milyar, kamu kira kamu siapa?"
“Kurang satu sen saja, anakmu akan kehilangan sesuatu.”
Johan juga merasa ketakutan melihat sikap kasar Daniel.
Dia tersenyum memelas, "Daniel, 2 Milyar terlalu banyak, mungkin bisa kurangi sedikit?"
Saat itu, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.
Semua orang terdiam, memandang ke arah pintu, penasaran siapa lagi orang tua yang datang.
Namun, yang masuk adalah seorang pemuda berpakaian olahraga, yaitu Julian.
Begitu melihat Julian, mata Raina langsung berbinar penuh harapan.
Namun, dia juga merasa khawatir.
Meski Julian pandai bela diri, tapi Daniel ini adalah sosok yang berbahaya.
Julian melangkah masuk, melihat Raina yang tampak berantakan, dan matanya langsung menyipit penuh amarah.
“Raina, kamu baik-baik saja?”
Raina menggelengkan kepalanya.
Meskipun kepalanya masih sakit, tapi dia tidak berani mengatakannya.
“Kamu keluar dulu. Biar aku yang urus ini,” kata Julian.
Raina tampak sedikit bingung.
Namun, Julian segera meraih lengannya dan membawanya keluar dari ruangan.
Di sisi lain, Daniel dan orang-orangnya hanya bisa melongo, tidak percaya bahwa Julian membawa Raina pergi begitu saja tanpa halangan.
Namun, sebelum Daniel bisa bereaksi, Julian kembali masuk.
Dia memandang sekeliling dan melihat Hanna yang berjongkok di pojok. Mengingat dia adalah teman adiknya, Julian berkata, “Kamu juga keluar.”
Mendengar ini, Hanna segera berdiri.
Namun, begitu dia berjalan beberapa langkah, seorang pria kekar menghalangi jalannya.
Ekspresi Julian berubah dingin, lalu dia menghampiri pria itu dan menendang perutnya dengan keras.
Pria kekar setinggi 1,8 meter itu terhempas ke dinding akibat tendangan Julian.
“Pergilah,” kata Julian.
"Terima kasih," bisik Hanna dengan pelan, lalu segera berjalan keluar.
Saat itu, Daniel akhirnya bereaksi, ia menatap Julian.
“Hei, dari kelompok mana kamu berasal?”
Melihat cara Julian bertindak, Daniel menyadari bahwa hanya sedikit orang yang bisa menandingi kemampuan Julian.
Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung di dunia bawah, Daniel bisa mengenali kekuatannya.
“Dari mana aku berasal tidak penting. Yang penting, kamu sudah memukul adikku.”
Daniel menyeringai dingin dan berkata, “Lalu, kenapa kalau aku memukulnya? Aku bahkan berniat menidurinya.”
Setelah berbicara, dia memerintahkan anak buahnya, "Cepat kejar kedua gadis itu, jangan biarkan mereka lari."
Seorang pria kekar langsung berlari menuju pintu. Namun, begitu pintu terbuka, dia mundur dengan kedua tangan terangkat.
Ternyata, sebuah pistol diarahkan tepat ke kepalanya.
Suasana di dalam ruangan seketika menjadi hening.
Semua orang terkejut melihat Yohanes muncul di sana, terutama dengan pistol yang kini bersinar menakutkan.
Orang-orang tercengang.
Siapa orang ini? Bagaimana bisa dia membawa senjata? Apa ini orang yang dibawa oleh Julian?
Daniel menyipitkan mata, tampak waspada.
Orang yang memiliki senjata tentu bukan orang sembarangan.
Dia mulai merasa ragu tentang latar belakang Julian.
“Kamu sudah memukul adikku, bukankah sekarang saatnya kita menyelesaikan urusan ini?” kata Julian sambil berjalan santai mendekati Daniel, mengamatinya dari atas sampai bawah.
Saat Daniel hendak berbicara, “plak,” sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, membuatnya terhuyung.
Salah satu anak buah Daniel, marah melihat bosnya dipukul, langsung mengangkat kursi dan hendak menyerang.
“Berani-beraninya kau memukul Kak Daniel ....”
“Dor ....”
Suara tembakan terdengar, dan kini ada lubang di dahi pria kekar itu.
"Ahh ...."
Suara jeritan panik langsung memenuhi ruangan.
Semua orang ketakutan.
“Diam!” Julian membentak dengan nada kesal.
Jeritan mereka benar-benar mengganggu.
Seketika, ruangan menjadi sunyi. Semua orang langsung menutup mulut mereka karena ketakutan.