Bab 4 Flashback
Tatapan tak suka Dion layangkan pada pria berusia 29 tahun itu. Namun, nampaknya Alex tak terpengaruh sama sekali. Justru kini ia sedang menatap Ruby dari atas sampai bawah. Entah, apa yang sedang dipikirkan duda tampan dan mapan itu. Sedangkan Ruby yang ditatap seperti itu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mulai merasa canggung. Bukan canggung karena malu. tetapi ia mulai harus waspada dengan pria tua di hadapannya ini.
“Apa, pria dewasa jaman sekarang otaknya geser semua!” benak Ruby merasakan tatapan Alex semakin ingin menelannya saja.
“Jadi, apa kamu akan pulang bersama ku?” Alex kembali bersuara.
“Tidak!” Dion menegaskan perkataannya.
“Maaf! Tuan Dion. Saya bertanya pada Ruby bukan pada Anda!” ucap Alex tak kalah tegas.
Ruby menghela nafas. Tak ingin ada pertengkaran. Ruby akhirnya membuka suara. “Sudah Yon, aku akan pulang bersamanya. Bilang pada mereka jika aku ada urusan penting. Dan minta pada Jino untuk membawa motorku,” tutur Ruby.
Dion mau tak mau mengiyakan permintaan adik sepupunya itu, “jaga dirimu!” Ruby tersenyum dan menepuk pundak Dion sedikit keras.
Alex si duda mapan, memandang kedua remaja itu heran. “Jaga dirimu! memangnya aku akan melakukan apa!” gumam Alex dalam hati.
“Apa, Anda akan tetap disini?” celetuk Ruby.
Alex yang paham akan perkataan Ruby. Langsung membukakan pintu mobil untuk Ruby tepat di sebelah kemudi.
“Permisi! Tuan Dion!” Alex pamit dengan senyum smirk menghiasi wajahnya.
Mobil SUV itu pun berlalu perlahan, hingga semakin lama menjauh dari tempat Dion berdiri.
“Siapa dia?” tanya Jino, membuat Dion terlonjak kaget.
“Oh, itu tadi em dia om nya Ruby,” ujar Dion tergagap.
Jino, mengerutkan dahi mendengar jawaban Dion. “Om dari mana? pihak Ayahnya?” sambar Duri, yang berada di samping Dion.
“Iya, Om dari pihak Ayahnya Ruby. Bisa dibilang saudara jauh. Dia kesini untuk menjemput Ruby, karena Om Hadi yang memintanya.”
“Masih muda, sepertinya?” ucap Jino.
Dion terdiam. Jika ia bisa membohongi Duri namun ia tak bisa membohongi Jino. Karena Jino bukan hanya teman bagi Ruby, namun lebih dari itu. Semua hal tentang Ruby dari silsilah keluarga hingga siapa saja teman Ruby di masa lalu. Jino mengetahui seluruhnya. Karena Jino merupakan teman Ruby dari kecil, ibu dan ayah Jino adalah teman Ibu Ruby semasa kuliah.
“Oh ya, Ruby bilang jika motornya minta kau yang membawanya.” Dion mencoba mengalihkan perhatian Jino dan Duri agar tak lagi menanyakan perihal om-om duda yang dengan seenak jidat muncul bak pahlawan kesiangan itu.
“Oh, oke!” jawab Jino santai.
Dion segera berlalu dan masuk kedalam mobilnya meninggalkan Jino dan Duri. Sedangkan temannya sudah lebih dulu meninggalkan area sekolah.
***
Dua sejoli beda generasi yang berada dalam satu mobil itu tengah terdiam. Jika ada jangkrik di tengah-tengah mereka, sudah dipastikan suara serangga itu yang akan mendominasi. Bukan Alex tak mencoba mencairkan suasana. Namun lebih terhadap Ruby yang hanya menjawab pertanyaan Alex seperlunya.
“Jika aku bisa memenuhi syarat yang kamu ucapkan waktu itu, apakah kamu mau menyetujui perjodohan ini?” ucap Alex tiba-tiba.
Seketika, Ruby menoleh ke sebelah kanan dimana Alex tengah menyetir. Ratusan praduga langsung menggaung di benak Ruby. Apa pria di hadapannya ini gila. Mana ada suami istri yang mau melakukan hal seperti itu. Pikir Ruby.
“Kenapa diam?” lanjut Alex.
“Apa tujuan Om sebenarnya?”
Alex merapatkan kedua alisnya, tidak paham dengan perkataan yang Ruby ucapkan. “Apa maksudmu?”
“Sudah jelas bukan, apa yang aku katakan pada pertemuan itu. Apa perlu dengan toa masjid aku menjelaskannya kembali,” sarkas Ruby.
#Flashback satu bulan lalu
Makan siang dengan menu yang sangat nikmat membuat Ruby tak segan-segan menghabiskan semur daging yang berada di salah satu piring saji. Alex yang tengah mencuri pandang kepada gadis itu sedikit heran, kenapa para orang tua tak ada yang menegur Ruby karena menurutnya Ruby terlalu lahap.
“Jangan heran, Alex. Semur daging adalah masakan yang paling Ruby sukai. Dulu hampir tiga kali dalam sehari, Ibunya selalu membuat masakan itu untuknya. Tapi ada beberapa pantangan juga untuk Ruby,” ucap Nyonya Winda tersenyum lembut ke arah Alex.
Alex pun langsung meletakkan sendok dan garpu dari kedua tangannya dan fokus mendengarkan sang Nyonya Rumah berbicara.
“Ruby tidak bisa makan makanan yang berbahan laut. Dan tidak bisa makan dari tempat masak yang sama. Dia alergi dengan semua makanan laut,” lanjut Nyonya Winda.
“Apa, efek terberatnya?” tanya Alex ingin tahu.
“Dia bisa terkena serangan jantung!” ucap Dion dengan tegas.
Alex terkejut hingga tanpa sadar ia menyenggol sendok makannya hingga terjatuh.
“Untuk apa, membahas aku sih Mom! sampe kaget gitu Omnya!” cetus Ruby masih asyik dengan makanannya.
“Harus dong sayang. Alex harus tahu semua kebiasaanmu,” ucap sang Ayah. Tuan Rahadian.
Ruby meletakkan garpu yang ada di tangannya dan menatap sang Ayah dengan seksama. Mencoba mencari arti dari kalimat yang ayahnya lontarkan.
“Ada apa dengan kata ‘HARUS’?” ujar Ruby menatap tajam mata sang Ayah dan orang-orang yang berada disana.
Nyonya Winda yang cukup tahu dengan tatapan tak bersahabat sang keponakan. Langsung berdiri dan meminta semua orang berkumpul di ruang tengah kediaman itu. Sebelum Ruby marah dan membalik semua piring yang berada di sana.
“Alex adalah seorang duda, tetapi tidak memiliki anak dan dia akan menjadi calon suamimu!” ucap Tuan Hadi sesampainya di ruang tengah.
Dion dan Ruby saling pandang. Setelahnya mereka memandang ke arah Alex secara bersamaan menelisik pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Ha ha!” Ruby serta Dion seketika terbahak. Mereka mengira ucapan pria paruh baya itu hanyalah sebuah gurauan. Dion saja di jodohkan dengan perempuan yang memiliki usia sebaya dengannya. Apa iya, Ruby akan dijodohkan dengan pria dewasa seperti itu.
“Om Hadi kalau bercanda jangan kelewatan dong, Ruby anak ingusan. Apa iya disandingkan sama pria dewasa nan duda ini,” ujar Dion masih dengan tawanya.
“Ini serius, Dion!” sambar sang Ibu.
“Mom! ini nggak lucu!” timpal Ruby menggelengkan kepalanya.
“Ayahnya Alex dan Ayah sudah sepakat akan menjodohkan kalian berdua. Dan kami juga sepakat akan menyelenggarakan pernikahan setelah kamu menyelesaikan ujian nasional.” Tuan Hadi dengan tegas menjelaskan kesepakatan yang sudah ia bangun dengan Tuan Malik, Ayah dari Alex dan tak ingin dibantah.
Ruby terpaku dengan semua kata yang terucap dengan begitu lantang dari mulut sang ayah. Menikah? kata sakral yang tak seharusnya Ruby dengar di saat ia masih menikmati masa remajanya. Apakah ia bisa melakukannya? atau keluar dari silsilah keluarga Sanjaya saja? agar ia bisa terbebas dengan perjodohan konyol ini.
“Tapi, Yah. Aku mau kuliah setelah lulus. Ayah tahu dengan sangat bukan, jika aku ingin ke inggris melanjutkan pendidikanku!” ujar Ruby tak kalah tegas.
“Kamu bisa melakukannya, sayang. Alex tentu akan setuju. Bukan begitu, Alex?” tanya Nyonya Winda memandang Alex dengan lembut.
“Saya…”
“Tapi, aku nggak mau!” Ruby dengan lantang memotong kalimat yang akan Alex ucapkan.
“Ruby!” pekik sang Ayah tak suka dengan kelakuan sang anak yang tidak menunjukan rasa hormat kepada Alex.
“Yah!” ucap Ruby tak kalah tegas.
“Ruby, Daddy tidak suka dengan sikapmu!” lanjut Tuan Aswan Danubrata ayah Dion.
“Kalian nggak sayang Ruby lagi!” pekik Ruby sambil berlari keluar dari kediaman besar itu.
#Flashback Off
“Apa ada, pria yang mau menunggu wanita yang sudah resmi menjadi istrinya menyelesaikan kuliah di luar negeri tanpa mau dijenguk. Jadi, apa maksud Om sebenarnya?” ucapan lirih namun sarat akan makna itu membuat Alex melipat bibirnya.
“Jangan Om kira aku tak tahu apa itu hubungan antara suami dan istri! apa lagi Om sudah pernah menikah," tegas Ruby.
Alex, pria itu membisu bagai burung kutilang yang kehilangan suaranya. Sesuai dugaannya, remaja di hadapannya ini tak sesuai dengan rumor yang ia dengar. Jika sumber yang dicari oleh sang asisten menjelaskan jika Ruby hanyalah anak orang kaya yang tak memiliki isi apa-apa di dalam otaknya. Tetapi, kini bisa ia yakini dengan jelas. Jika perempuan di sampingnya ini sedang berkamuflase ditambah data baru yang dia dapatkan dari asistennya tadi sebelum ia datang menjemput Ruby ke sekolahnya.