Bab 2 Tangan Ini Masih Bisa Memukulmu
"Tidak."
Peter terdiam beberapa saat, lalu menggeleng.
Oscar sengaja bersikap begitu tak berperasaan.
Ini tidak seperti Oscar yang dia kenal.
"Eh, si Idiot sudah bangun?"
Tepat di saat ini, seorang pemuda berjalan masuk ke dalam kamar Peter.
Tampang pemuda ini terlihat luar biasa. Ada seulas senyum licik yang menghiasi wajahnya.
Tidak hanya begitu, pemuda ini mengenakan seragam militer hitam dan juga memegang sebilah pedang yang terlihat hebat.
Model seragam militer ini sangat gagah. Baju itu memiliki pinggiran emas serta jahitan emas yang melilit ke atas dan terlihat seperti bentuk naga.
Pedang itu sangat tebal dan tajam serta memancarkan hawa dingin yang menusuk.
Pemuda itu pun menjadi terlihat sangat gagah.
Peter menyipitkan matanya sedikit saat melihat pemuda itu.
Pemuda itu bernama Carlo Nillo, putra tertua keluarga Nillo.
Carlo sangat mendambakan Abigail yang cantik. Meskipun Abigail sudah bertunangan dengan Peter, Carlo masih tidak bersedia menyerah.
Dalam dua tahun ini, Carlo sering datang ke kediaman Karmin secara terang-terangan dan bersekongkol dengan Alisa, ibu Abigail untuk mengusir Peter dari kediaman Karmin. Mereka juga melakukan hal itu di depan Peter.
Jika bukan karena Abigail yang mencegahnya, mereka mungkin sudah berhasil.
"Seragam panglima bintang 9 dan Pedang Pelindung Negara ...."
"Memangnya kamu sanggup memikulnya, Carlo?"
"Kamu benar-benar tidak takut mati?!" teriak Peter dengan penuh kedinginan.
Carlo langsung tercengang.
Si Idiot ini sudah sadar?
Namun, setelah melongo sebentar, perasaan meremehkan pun melintas dalam hatinya.
Menurut rumor, kekuasaan Peter di militer dulu tidak kecil. Jika tidak, dia tidak mungkin menarik perhatian Tuan Besar Nelson.
Namun, itu semua hanyalah masa lalu.
Saat ini, Peter sudah menjadi orang cacat yang tidak mempunyai kekuasaan dan kehormatan apa pun.
Sementara Carlo, dia adalah putra tertua keluarga Nillo yang merupakan keluarga kaya baru di Kota Mandala. Untuk apa dia takut terhadap seseorang yang sudah cacat?
"Peter, bahkan kalau kamu sudah sadar, memangnya apa yang bisa kamu lakukan?"
"Kamu tetap hanyalah orang cacat yang harus duduk di kursi roda!"
"Aku tidak peduli siapa kamu dulu, tapi sekarang, kamu hanyalah orang cacat yang harus mengandalkan keluarga Karmin untuk hidup."
"Memangnya kenapa kalau aku memakai bajumu dan mengambil barangmu?"
"Kelak, aku juga akan memeluk tunanganmu. Memangnya apa yang bisa kamu lakukan?"
"Kamu hanya bisa duduk di atas kursi roda dan menyaksikan semua ini. Hehe ...."
Carlo memainkan Pedang Pelindung Negara di tangannya, lalu tiba-tiba menghunuskannya ke arah leher Peter.
"Lihat, kamu hanyalah seekor kera yang berada dalam genggamanku sekarang. Aku bisa berbuat sesuka hatiku!"
Mata Carlo dipenuhi dengan ejekan dan penghinaan.
Saat ini, pedang yang sudah menemani Peter melewati peperangan yang tak terhitung jumlahnya itu sedang menempel di lehernya.
Kemuliaannya dulu malah dijadikan bahan lelucon oleh Carlo!
Peter langsung naik pitam.
Namun, kedua kakinya masih tidak bertenaga saat ini. Dia bahkan masih kesusahan untuk berdiri.
Melihat situasi Peter, Carlo pun tertawa terbahak-bahak.
Namun, di detik berikutnya, suara tawa Carlo langsung terhenti.
Peter mengulurkan tangannya dan menggunakan dua jarinya untuk mengapit badan pedang. Kemudian, Peter menatap Carlo dengan acuh tak acuh.
"Kamu bisa bertindak sesuka hatimu?"
"Aku adalah orang yang mendominasi medan perang dan tidak terkalahkan. Memangnya siapa kamu?"
Selesai berbicara, Peter menjentikkan jarinya.
"Prang!"
Pedang Pelindung Negara langsung terhentak dengan suara keras.
Carlo sangat terkejut saat menyadari bahwa sela di antara jari telunjuk dan jempolnya langsung terasa sedikit kebas karena hentakan itu.
"Apa katamu?"
Carlo tiba-tiba berjalan maju dan menarik kerah Peter.
Kemudian, dia berkata dengan marah, "Kamu pikir kamu siapa? Beraninya kamu mengancamku!"
"Sekarang, kedua kakimu sudah lumpuh dan kamu hanya punya sepasang tangan."
"Coba katakan, apa gunanya tanganmu itu selain meminta makan dari keluarga Karmin?"
Carlo memelototi Peter dengan penuh kebencian.
"Plak!"
Begitu Carlo selesai bicara, terdengar suara tamparan yang nyaring.
"Tap tap tap!"
Carlo tidak berhenti melangkah mundur dan langsung menabrak meja akibat tamparan itu.
Jejak telapak tangan mulai muncul di wajah Carlo.
Setelah menampar Carlo, Peter perlahan-lahan mengangkat telapak tangan kanannya.
"Tanganku ini masih bisa digunakan untuk memukulmu."
Nada Peter terdengar tenang, tatapannya juga sangat dingin.
"Beraninya kamu memukulku!"
"Apa kamu tahu aku ini siapa? Aku adalah putra tertua keluarga Nillo di Kota Mandala!"
"Keluarga Nillo sangat kaya dan berkuasa! Mampuslah kamu!!!"
Setelah tersadar, Carlo langsung menunjuk Peter sambil memakinya.
"Apa hebatnya keluarga Nillo?"
"Saat pasukan pengawal pribadiku datang, keluarga Nillo akan tergusur dari daftar keluarga terkenal di Kota Mandala."
Ekspresi dan nada Peter sangat dingin.
"Kamu!"
Carlo sangat marah dan hendak menerjang Peter.
"Ada apa ini?"
Tepat di saat itu, seorang wanita paruh baya berjalan masuk.
Wanita ini memiliki mata tajam dan bibir tipis. Saat melirik orang, tatapan matanya terlihat arogan.
Wanita ini adalah Alisa Putro, ibu Abigail.
Dia juga termasuk calon mertua Peter.