Bab 4 Kamu adalah Satu-Satunya!
"Sebenarnya, aku juga sangat lelah."
"Kita hanya bertunangan, tapi belum menikah. Jadi, keluarga Karmin tidak bersedia menerimamu."
"Dalam dua tahun ini, aku sudah memikul terlalu banyak masalah keluarga Karmin dan juga menerima kritikan demi kamu."
Setelah mendengar itu, tatapan Peter sedikit bergetar. Hatinya yang sudah merasa hampa sekian lama juga merasa sedikit hangat.
Joko pernah memberi tahu Peter bahwa saat sukses, tidak semua orang di sampingnya berhati tulus.
Namun, saat seseorang terpuruk, orang yang bersedia tinggal di sisinya itu pasti adalah orang yang benar-benar tulus terhadapnya.
Saat ini, Peter sudah kehilangan kekuasaan dan menjadi seorang idiot yang cacat.
Apa yang Abigail lakukan hingga sekarang tidaklah mudah.
Awalnya, Peter berpikir sudah saatnya dia meninggalkan kediaman Karmin berhubung dia sudah sadar.
Namun, pemikirannya pun berubah setelah mendengar kata-kata Abigail.
Selama hidupnya, Peter selalu membalaskan dendam dan membayar kebaikan orang lain.
Meskipun ingin meninggalkan keluarga Karmin, Peter juga harus membalas kebaikan Abigail.
"Sebenarnya, apa yang aku inginkan tidak banyak. Aku hanya menginginkan seseorang yang bisa membantuku memikul keluarga ini."
"Aku juga ingin ... ada orang yang menemaniku jalan-jalan dan bisa melindungiku dari bahaya apa pun."
Abigail terisak, lalu menyandarkan kepalanya di atas kaki Peter.
Dia sangat jarang bersikap begini. Namun, dia tidak bisa mengendalikan emosinya hari ini karena sudah menyimpannya terlalu lama.
"Syut!"
Tepat di saat itu, Abigail merasa ada orang yang menggenggam tangannya.
Abigail tiba-tiba mendongak dan bertemu pandang dengan tatapan Peter yang tegas.
Pada saat ini, entah kenapa jantung Abigail berdebar kencang.
"Selama sisa hidupku, bahkan apabila dunia kiamat ...."
"Kamu adalah satu-satunya bagiku, Abigail."
Perkataan yang datang tiba-tiba itu membuat Abigail kebingungan.
Kemudian setelah sesaat, Abigail langsung mengempaskan tangan Peter dan tiba-tiba berdiri.
Saat ini, Abigail sangat terkejut, malu dan juga marah.
Terkejut karena Peter benar-benar sudah sadar.
Malu dan marah karena dia sudah melontarkan isi hatinya di hadapan Peter.
"Kamu benar-benar sudah sadar. Kenapa kamu membohongiku? Kamu ...."
Abigail benar-benar malu dan marah, jadi dia hanya memandang Peter.
"Aku tidak membohongimu, aku baru saja pulih."
Peter menatap Abigail dan berkata dengan nada yang sangat serius.
"Kamu! Kamu sedang membohongiku!"
Saat ini, hati Abigail sangat kacau. Terlebih lagi, dia merasa malu akan kata-katanya tadi. Jadi, dia pun mendengus dan langsung berbalik memasuki rumah.
Peter yang duduk di atas kursi roda memandang langit yang cerah sambil tersenyum.
Dia mengalami demensia dan cacat selama dua tahun.
Sementara Abigail menjaganya tanpa goyah ... selama dua tahun.
Peter adalah panglima gagah yang mendominasi dan tak tertandingi di medan perang.
Namun, dia juga adalah pria yang bertekad kuat dan lembut.
Peter tidak akan mengecewakan Abigail.
"Ini barangmu."
Setelah sesaat, Abigail kembali dan melemparkan sebuah kotak pada Peter.
"Aku tidak akan membiarkan seluruh pengorbananmu untukku menjadi sia-sia."
"Kita memang masih bertunangan, tapi kalau bisa, aku ingin mengadakan pernikahan yang besar untukmu."
Peter menerima kotak itu dan menatap Abigail dengan ekspresi serius.
"Coba pikir, apa yang bisa kamu lakukan saat ini?"
Abigail kembali menjadi dingin, lalu berkata ringan sambil melirik kaki Peter.
Meskipun Peter sudah sadar, dia masih hanyalah orang cacat!
"Be ... beri aku sedikit waktu."
Tatapan Peter bergetar dan dia mendesah pelan.
"Aku sudah memberimu dua tahun."
Abigail menggeleng pelan, lalu berjalan keluar dari halaman.
Dia sengaja meminta izin pulang dalam perjalanannya ke kantor agar bisa mendorong Peter keluar untuk berjemur. Sekarang, dia masih harus kembali ke kantor.
"Kamu sudah melindungiku selama dua tahun. Aku pasti akan memberimu kehidupan yang baik!"
Peter melihat kepergian Abigail, lalu membuka kotak kayu yang tidak terlalu besar itu.
Di dalamnya berisi sebuah kartu bank, sekotak jarum perak dan serba-serbi barang lainnya.
"Aku tidak sangka Oscar kepikiran untuk mempersiapkan semua ini."
Peter bergumam, lalu mengambil sekotak jarum perak itu.
Setelah sesaat, ada sembilan jarum perak yang menancap di titik akupunktur kedua kaki Peter.
"Ting!"
Peter menjentikkan jarinya dan kesembilan jarum itu tidak berhenti bergetar.
Bersamaan dengan itu, aliran demi aliran hangat pun muncul di kedua kaki Peter.
Darahnya sedang mengalir dengan cepat.
Kekuatannya yang sudah lama hilang itu pun berangsur-angsur pulih.
Semua orang tahu bahwa Peter adalah panglima bintang 9 termuda yang mendominasi dan tak terkalahkan di medan perang.
Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa Peter memiliki ingatan fotografis sejak kecil dan mempunyai keterampilan akupunktur yang luar biasa.
Setelah sejenak, Peter melambaikan tangannya di atas kedua kakinya.
Kemudian, dia mencabut kesembilan jarum itu dan menyimpannya kembali ke dalam kotak.
Dilihat dari keadaannya saat ini, Peter hanya membutuhkan paling banyak tujuh hari untuk sepenuhnya pulih.
Setelah itu, dia akan kembali seperti dulu.
Di dunia ini, tidak akan ada lagi yang bisa menghentikan langkah kakinya.
Peter memandang langit dengan tatapan acuh tak acuh.
"Aku akan membalas kebaikan keluarga Karmin."
"Tapi aku juga akan membalas semua penghinaan yang diberikan keluarga Karmin."
"Aku akan mengambil kembali semua yang aku punya dulu."
Di dalam halaman, Peter berkata dengan nada yang tenang dan tegas.
...
Di dalam restoran.
Carlo dan Alisa sedang mendiskusikan sesuatu.
"Tante Alisa, apa latar belakang Peter?"
"Kenapa aku merasa kalau dia sedikit tidak biasa?"
Carlo mengerutkan alisnya. Saat memikirkan kembali perkataan dan tindakan Peter, dia tanpa sadar merasa sedikit takut.
"Memangnya dia punya latar belakang apa? Dia hanyalah seorang tentara tak becus."
"Aku juga tidak mengerti apa yang dipikirkan Tuan Besar Nelson dulu sehingga dia bisa menjodohkan Abigail pada Peter!"
"Untung mereka masih tunangan dan belum menikah. Kalau tidak, bukankah keluarga Karmin akan ditertawakan orang-orang?"
Alisa mendengus, lalu menjadi marah setelah mengungkit tentang Peter.
"Menurut informasi yang didapatkan keluarga Nillo, ada seorang panglima bermarga Gunawan di daerah militer barat laut lebih dari dua tahun yang lalu. Orang itu adalah panglima termuda di militer."
"Dia mendominasi masa itu, memenangkan seluruh perang dan mengalahkan para pahlawan di dunia."
"Dia sangat luar biasa dan disebut sebagai orang berbakat tiada tara di negara ini."
"Peter ...."