Bab 5 Dia Punya Status Apa?
"Peter juga bermarga Gunawan. Apakah dia punya hubungan dengan orang itu ...."
Setelah mendengar kata-kata Carlo, Alisa tertawa terbahak-bahak dan wajahnya dipenuhi ekspresi ejekan.
"Kalau Peter benar-benar mempunyai hubungan dengan tokoh besar itu, aku akan berlutut dan memohonnya untuk menjadi menantu keluarga Karmin!"
Alisa mengejek dengan ekspresi penuh penghinaan.
"Jadi, apa sebenarnya identitasnya di militer? Aku rasa identitasnya tidak sederhana."
Sebagai keturunan utama keluarga Nillo, pandangan Carlo tentu saja lebih luas daripada Alisa.
"Identitas? Identitas apa!"
"Bahkan seorang tentara baru yang pensiun setelah beberapa tahun saja akan punya dana pensiun sebesar ratusan juta, 'kan?"
"Sementara Peter? Dia hanya punya seragam militer dan pedang usang serta sebuah kotak lusuh. Kartu banknya juga tidak ada uang."
"Aku juga melihat ada sekotak peniti. Sekarang, aku malah merasa apakah dia itu penyulam di militer?"
"Coba katakan, apa status yang dia punya?"
Setelah mendengar kata-kata Alisa, Carlo pun melongo, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Benar. Bahkan tentara terburuk pun pasti mendapatkan dana pensiun!"
"Sementara Peter malah tidak punya apa-apa. Aku rasa dia hanyalah peternak. Aku yang sudah berpikir terlalu banyak."
Carlo langsung menjadi tenang dan tertawa terbahak-bahak.
"Tenang saja. Dia juga tidak akan berguna meski sudah pulih sekarang."
"Aku akan memikirkan cara untuk mengusirnya keluar, lalu kamu bisa melamar Abigail."
Alisa melirik Carlo dan langsung mengutarakan isi hati Carlo.
"Oke! Baik!"
Carlo menggosok telapak tangannya dengan penuh semangat, lalu bertanya, "Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"
"Abigail hanya bertunangan dengannya dan mereka masih belum benar-benar menikah. Mereka bahkan tidak punya surat nikah."
"Waktu itu, Abigail hanya merasa kasihan pada Peter sehingga dia bersikeras untuk menerima Peter terlepas dari semua tentangan. Sekarang Peter sudah pulih, tentu saja dia sudah tidak boleh tinggal di kediaman Karmin."
Alisa mencibir, nadanya terdengar sangat pasti.
"Bagus! Kalau begitu, aku akan menunggu kabar baik dari Tante Alisa. Hehe."
Carlo menggosok-gosok telapak tangannya dan terlihat sangat senang.
Alisa tentu saja sangat menyukai Carlo.
Keluarga Nillo sangat terkenal di Kota Mandala.
Jika bisa bergantung pada keluarga Nillo, keluarga Karmin pasti bisa mengembalikan kejayaannya lagi pada saatnya.
Sementara Alisa, dia pasti bisa menjadi orang yang sangat berjasa bagi keluarga Karmin.
....
Dua hari kemudian.
Di Hotel Lowa.
"Semoga Langit memberkati keluarga Karmin agar kami berumur panjang dan hidup makmur!"
Semua anggota keluarga Karmin berkumpul di dalam sebuah ruang VIP berkelas.
Hari ini adalah hari ulang tahun ke-70 Nyonya Besar Andrea. Semua orang keluarga Karmin pasti datang untuk menghadiri pesta ulang tahunnya.
Tidak hanya anggota keluarga Karmin, beberapa keluarga terkenal di Kota Mandala juga ikut berpartisipasi.
Setelah kematian Tuan Besar Nelson, keluarga Karmin memang sudah berangsur-angsur mundur dan menjadi keluarga biasa.
Namun, meskipun begitu, keluarga Karmin juga masih cukup dihormati.
Saat ini, Nyonya Besar Andrea duduk di meja utama dan beberapa meja di sekelilingnya juga terisi penuh.
"Nenek, maaf, kami terlambat ...."
Tepat di saat ini, pintu VIP terbuka dan Abigail mendorong Peter masuk.
Nyonya Besar Andrea hanya melirik Abigail sekilas tanpa mengatakan apa pun.
"Wah, kamu akhirnya datang juga."
"Aku kira kamu sudah melupakan ulang tahun nenek."
Janet Karmin, adik sepupu Abigail memutar matanya.
Janet selalu iri akan penampilan cantik Abigail, jadi dia sudah sangat membenci Abigail sejak kecil.
"Hehe. Jadi orang itu tidak boleh melupakan asal usulnya."
"Aku hanya khawatir ada beberapa orang yang sudah melupakan hal ini. Tanpa nenek, dari mana datangnya kita?"
Kenneth Karmin, anggota keluarga Karmin lainnya juga ikut mencibir.
Selain orang tua Abigail dan Nyonya Besar Karmin, semua orang pun mengkritik Abigail.
Meskipun ada beberapa keluarga kaya yang juga hadir saat ini, mereka tetap tidak peduli.
Sejak dua tahun yang lalu, keluarga Karmin sudah menjadi lelucon di Kota Mandala sebab mereka menerima Peter yang cacat dan idiot.
Semua ini gara-gara Peter.
"Nenek, Peter masih sulit bergerak, jadi kami sedikit terlambat ...." jelas Abigail dengan suara kecil.
"Duduklah."
Nyonya Besar Andrea melambaikan tangannya untuk menyela dan berkata dengan acuh tak acuh.
"Lagian kami juga tidak berniat untuk menunggu kalian."
Janet menyentuh berlian di atas jari manikurnya dan menambahkan dengan suara kecil.
Abigail menggeleng pelan dan mendorong Peter masuk.
"Aku baru lihat. Kamu bawa si Idiot itu juga?"
Semua anggota keluarga Karmin bersikap seolah-olah baru melihat Peter dan bertanya dengan heran.
"Hari ini, semua orang datang untuk merayakan ulang tahun nenek. Tidak ada orang yang bisa memberinya makan di rumah."
Wajah Abigail sedikit memerah. Saat ini, dia merasa serba salah dan seolah-olah telah menjadi bahan lelucon di mata semua orang.
"Apa kamu sudah gila?"
Alisa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke hadapan Abigail, lalu berkata dengan suara kecil.
"Memangnya kamu masih belum cukup malu? Kenapa kamu membawanya?"
"Hari ini adalah hari ulang tahun nenek dan ada banyak keluarga terkenal yang hadir. Apa yang kamu lakukan?"
Alisa menatap Abigail dan menegurnya dengan suara rendah.
Peter yang duduk di kursi roda pun mengingat hal ini.
Semua orang di sekeliling, baik keluarga Karmin atau pun beberapa keluarga terkenal di Kota Mandala ....
Mereka semua memandang rendah Abigail dan Peter.
"Hehe. Dia benar-benar idiot."
Kenneth mencibir, lalu berkata sambil tersenyum sinis.
Semua orang yang ada di sana pun langsung tertawa terbahak-bahak.
Wajah Alisa semakin merah, sedangkan Abigail hanya merasa tidak berdaya.
"Keluarga Karmin dulunya adalah keluarga kalangan atas."
"Ternyata ada alasan kenapa keluarga ini mundur menjadi keluarga biasa."
Tiba-tiba, terdengar suara seseorang.