Bab 14 Ini Berkah yang Luar Biasa!
Mereka yang memenuhi syarat untuk memiliki kartu bank semacam ini adalah orang yang dianggap sebagai pahlawan.
Peter yang pernah menjadi jenderal nomor satu di Sinberia sekaligus panglima bintang 9. Dia juga pernah memimpin jutaan tentara dalam medan perang.
Tentu saja dia telah memenuhi syarat.
Seberapa mulianya panglima bintang 9?
Baginya, uang sama saja seperti kertas bekas.
Sejauh yang dia ketahui, dia juga telah mencapai puncak kekuasaan.
"Tapi bagaimanapun juga, semua ini hanyalah masa lalu."
Peter perlahan menengadahkan kepalanya dan bergumam pada dirinya sendiri saat melihat ke langit-langit.
Di masa lalu, jutaan rekan menjadi pengikutnya. Dengan satu perintah, mereka bersedia untuk melakukan apa saja.
Uang dan kekuasaan sangat mudah didapatkan dan mencapai puncak bukan masalah.
Haist, sayangnya sekarang dia hidup dalam pengasingan di kota terpencil dan tidak ada yang peduli padanya.
Kedua kakinya juga menjadi cacat.
"Sayangnya semua ini tidak akan bisa menjatuhkanku."
"Karena aku adalah Peter."
Peter perlahan mengalihkan pandangannya, lalu mengambil jarum dan mulai menerapkan akupunktur pada dirinya sendiri.
Pengobatan kedua kakinya yang cacat masih harus dipercepat.
Kondisinya saat ini masih tidak diketahui dan dia tidak berani menelepon Oscar dengan sesuka hati.
Peter tahu saat Oscar menghubunginya lagi di lain waktu akan menjadi saat yang menggemparkan.
...
Hari berikutnya, rumah Keluarga Kuncoro di Kota Mandala.
Pagi-pagi sekali, Yohanes dan Joshua bergegas ke tempat Tuan Besar Hasan.
Joshua mengkhawatirkan kondisi Tuan Besar Hasan.
Yohanes malah bersiap siap untuk menonton lelucon Peter dan Joshua.
Kemarin Peter tidak hanya dihormati oleh Tuan Besar Hasan, tetapi juga dihormati oleh Ricky sebagai dokter ajaib.
Akan sangat ironis kalau Tuan Besar Hasan belum sembuh.
"Tuan Besar, bagaimana keadaanmu?"
Joshua memandang Tuan Besar Hasan dan bertanya dengan penuh harap.
"Kemarin aku tidur nyenyak! Tuan Peter benar-benar seorang dokter ajaib!"
Tuan Besar Hasan terlihat sangat bersemangat dan tidak bisa menahan kekagumannya.
Biasanya, suhu tubuhnya mulai naik secara bertahap di sore hari, kemudian mulai turun secara bertahap di malam hari.
Pada pukul sepuluh malam, seluruh tubuh akan mulai terasa sangat menyakitkan.
Seperti 10 ribu ekor semut yang terus menggigitnya.
Membuat Tuan Besar Hasan merasa sengsara dan tidak ada bedanya dengan kematian.
Setelah Peter mendiagnosisnya kemarin, dia memantau suhu tubuhnya sepanjang waktu dan ternyata sangat stabil.
Pada pukul sepuluh malam, rasa sakit yang menyakitkan sebelumnya tidak muncul.
Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, Tuan Besar Hasan akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.
Sekarang rasa terima kasihnya kepada Peter menjadi jauh lebih tulus.
Joshua tentu saja sangat bahagia melihatnya.
Sementara Yohanes yang sedang menunggu untuk melihat lelucon Joshua pergi dengan putus asa.
"Tuan Harian bilang Tuan Peter itu adalah dokter ajaib, Ternyata dia tidak berbohong."
Joshua juga merasa sangat emosional.
"Ini adalah berkah yang sangat besar!"
"Keluarga Kuncoro harus membalas budi ini."
Tuan Besar Hasan langsung berdiri dan berkata, "Apakah ada hadiah yang Tuan Peter inginkan?"
Joshua menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Kepribadian Tuan Peter agak aneh. Dia tidak menginginkan apa pun dan hanya bilang dia ingin kita membantu Keluarga Karmin."
Tuan Besar Hasan menganggukkan kepala dengan santai dan berkata, "Sebagian besar orang yang cakap adalah orang-orang dengan kepribadian yang aneh."
"Tapi Tuan Peter tidak peduli dengan hal duniawi. Kita tidak bisa tidak memberikan apa pun padanya."
Joshua setuju dengan pernyataan ini dan berkata, "Aku juga berpikir seperti itu, tapi entah apa yang bisa kita berikan padanya. Apa kita berikan dia uang?"
"Tidak!"
Tuan Besar Hasan melambaikan tangannya dan berkata, "Tidak pantas memberinya uang."
"Kaki Tuan Peter cacat dan mengalami banyak kesulitan berjalan."
"Kamu pergi pilihlah sebuah mobil untuk diberikan kepadanya, agar Tuan Peter bisa memiliki kendaraan untuk bepergian."
Kedua mata Joshua berbinar. Kendaraan pasti adalah yang paling dibutuhkan Peter.
Ini juga bisa menunjukkan ketulusan Keluarga Kuncoro.
"Baik! Aku akan pergi mengurusnya sekarang juga!"
Joshua langsung berdiri dan hendak pergi.
"Ingat, pilih mobil bagus!"
Tuan Besar Hasan memberi instruksi.
"Aku mengerti!"
Joshua menganggukkan kepala dengan serius.
...
Sore harinya.
Peter mengambil kartu bank dan bersiap untuk menarik sejumlah uang.
Dia tidak punya uang dan tidak bisa hidup tanpa uang.
Sama seperti dirinya saat ini, dia tidak punya uang untuk keluar dan naik taksi.
Jadi dia terpaksa keluar dengan kursi roda dan bergegas menuju bank terdekat.
Peter samar-samar ingat kalau lokasi bank ini tidak jauh dari tempat Abigail bekerja.
Ini juga merupakan keinginan Abigail untuk bekerja di dekat rumah agar lebih mudah merawat Peter.
Peter mendorong kursi roda sekitar setengah jam dan akhirnya tiba di tempat itu.
"Dor! Dor!"
Tiba-tiba, Peter mendengar suara yang terdengar seperti seseorang menyalakan kembang api.
Peter mengernyitkan dahi sekilas dan melihat ke arah dari mana suara itu berasal.
Dia melihat tempat Abigail bekerja dan saat ini ada banyak orang di sekitar.
Tempat itu dipenuhi pria dan wanita.
Setidaknya ada ratusan orang di sana dan banyak orang yang mengambil foto dengan ponsel mereka.
Ada banyak orang di sekitar yang meluncurkan kembang api dan kertas berwarna beterbangan di langit.
Di tengah kerumunan ada seorang pria muda dengan setelan putih kelas atas memegang buket mawar besar dengan senyuman di wajahnya.
Pemuda itu pada dasarnya sudah tampan. Setelan putih yang dia kenakan itu hanya semakin menonjolkan pesonanya.
Dia terlihat seperti seorang pangeran yang menawan.
"Carlo!"
Peter mengernyitkan dahi perlahan dan menggumamkan nama itu dengan acuh.
Pemuda yang berpenampilan seperti pangeran menawan ini adalah Carlo yang bersikukuh ingin merebut Abigail.