Bab 9 Dokter Ajaib?
"Lepaskan aku!"
Abigail mendorong tangan Peter. Air matanya pun mengalir keluar.
"Aku tidak ingin hidup begini lagi! Aku sudah tidak tahan!"
"Tidak ada yang mengerti aku dan semua orang juga menertawakanku. Aku adalah lelucon di mata semua orang!"
Semua emosi yang sudah terpendam di dalam hati Abigail selama dua tahun terakhir pun meledak.
"Berikan aku sedikit waktu."
"Semuanya akan berubah."
"Aku bisa memberikan apa pun yang kamu inginkan."
Peter terdiam beberapa saat, lalu berkata dengan serius lagi.
"Sebaiknya kamu menyembuhkan kakimu dulu."
Abigail menyeka air matanya, lalu berbalik dan berlari ke kejauhan.
Peter menarik kembali pandangannya dan menatap danau di depannya.
"Aku akan berdiri kembali."
"Semuanya juga akan berubah."
...
Pada saat yang bersamaan.
Di dalam sebuah klub bisnis di Kota Mandala.
"Tuan Harlan, Anda harus menyembuhkan penyakit Tuan Besar Hasan."
"Meskipun keluarga Kuncoro adalah keluarga dokter dari generasi ke generasi, kami ... tidak bisa menyembuhkannya."
"Penyakit Tuan Besar adalah penyakit yang sangat langka dan sulit disembuhkan. Kami benar-benar sudah tidak punya cara!"
Joshua menatap Harlan dengan tatapan memohon.
"Pak Joshua, untuk apa kamu mencariku?"
"Memangnya kamu tidak bisa memohon pada dokter ajaib di Kota Mandala?"
Harlan melambaikan tangannya dan berkata dengan nada tak berdaya.
"Dokter ajaib? Di Kota Mandala?"
Joshua langsung tertegun setelah mendengar kata itu dan bertanya dengan sedikit ragu.
"Benar! Aku tidak menyangka ternyata ada dokter ajaib yang tersembunyi di Kota Mandala yang kecil ini."
"Kalau bukan karena aku punya masalah mendesak dan harus buru-buru pergi, aku pasti ingin menemuinya."
Harlan mengangguk dan berkata dengan sangat yakin.
"Siapa? Siapa dokter ajaib itu?" tanya Joshua sambil buru-buru duduk tegak.
"Orang yang menghadiahkan pil itu."
Harlan perlahan-lahan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil yang berisi pil hancur itu.
"Ini ...."
"Ada yang tidak Tuan Harlan ketahui. Dua tahun yang lalu, keluarga Karmin memungut seorang idiot entah dari mana."
"Dengar-dengar, si Idiot itu adalah tunangan Abigail, putri keluarga Karmin. Jadi, dia pun tinggal di kediaman Karmin."
"Obat ini adalah pemberian si Idiot itu. Bagaimana mungkin dia adalah seorang ... dokter ajaib?"
Joshua benar-benar tidak percaya seorang idiot yang duduk di kursi roda adalah seorang dokter ajaib.
"Jadi, apa kamu tahu apa arti pil ini?"
"Bahkan kalau dia bukan dokter ajaib, dia pasti mempunyai hubungan dekat dengan dokter ajaib."
"Hanya ada beberapa orang di dunia ini yang mempunyai pil ini."
"Aku hanya bisa mengatakan ini, Pak Joshua pertimbangkanlah sendiri!"
Selesai berbicara, Harlan langsung berdiri dan pamit.
Joshua terdiam cukup lama sebelum menelepon seseorang.
"Siapkan mobil! Aku mau pergi ke kediaman Karmin."
Pada akhirnya, Joshua masih ingin mencoba.
...
Peter duduk di tepi danau cukup lama. Setelah itu, dia mendorong kursi rodanya sendiri dan pulang ke rumah.
Tempat ini hanya berjarak sekitar beberapa ratus meter dari rumah Abigail.
Oleh sebab itu, Abigail baru berani meninggalkan Peter sendirian di sini.
"Kamu sudah menjaganya selama dua tahun! Apa yang kamu lakukan sudah cukup banyak!"
Begitu sampai di halaman rumah, Peter langsung mendengar suara Alisa dari dalam rumah.
"Aku tahu."
Selanjutnya, terdengar suara Abigail yang keras kepala.
"Apa yang kamu tahu?"
"Kalau kamu tahu, kenapa kamu tidak meninggalkannya?"
"Asalkan kamu tahu, aku tidak akan menerima orang cacat sebagai menantuku!"
"Apalagi orang cacat yang miskin dan tidak berpendidikan."
Alisa berkacang pinggang dengan satu tangan dan berteriak pada Abigail.
"Aku juga tidak harus menikah dengannya. Aku hanya ingin menjaganya."
"Meskipun dia bukan tunanganku, cacatnya juga disebabkan karena membela negara."
"Hanya berdasarkan ini, aku sudah seharusnya menjaganya."
Nada Abigail terdengar sangat tegas.
"Saat ini, kedua kakinya masih lumpuh dan dia tidak mempunyai kemampuan untuk mengurus diri."
"Kalau aku mengusirnya sekarang, bukankah itu berarti menyuruhnya mati?"
"Aku tidak akan setuju!"
Abigail menggertakkan gigi dan tidak menyetujui permintaan Alisa.
"Hal ini di luar kendalimu!"
"Ini adalah niat semua anggota keluarga Karmin, termasuk nenek!"
"Dia tidak perlu membayar apa pun setelah dirawat keluarga Karmin selama dua tahun ini." "Tapi dia sudah sadar sekarang, jadi dia harus segera pergi!"
"Keluarga Karmin sudah merawatnya selama dua tahun, tetapi dia malah menghadiahkan barang sampah dan membuatku sangat malu. Lebih baik dia tidak memberikan apa-apa!"
Alisa menjadi semakin marah, jadi suaranya juga semakin besar.
"Aku tidak ingin bertengkar denganmu."
"Dia masih di luar, aku akan menjemputnya kembali."
Setelah terdiam sesaat, Abigail langsung berjalan keluar.
"Syut!"
Saat pintu terbuka, Abigail dan Peter pun bertemu pandang.
"Kamu ...." Abigail langsung tertegun.
Ketajaman Peter membuatnya menyadari bahwa Abigail perlahan-lahan mengembuskan napas panjang saat melihat dirinya.
Abigail sedang mengkhawatirkan Peter.
"Idiot, kamu masih punya muka untuk pulang?"
"Apa kamu tahu? Barang yang kamu beri itu adalah racun!"
"Joshua Kuncoro, bos Kuncoro Farma berasal dari keluarga dokter. Dia langsung tahu kalau pil itu adalah racun setelah melihatnya!"
Alisa masih berkacak pinggang sambil menunjuk Peter dan memakinya.
"Itu hanya menunjukkan kalau dia juga tidak mengenal barang."
Peter melirik Alisa dan berkata dengan santai.
Setelah mendengar hal itu, Abigail langsung terkejut. Dia tentu saja tahu ketenaran Kuncoro Farma di Kota Mandala.
Jika Joshua juga mengatakan bahwa pil itu adalah racun, itu pasti benar!
"Peter, bagaimana kamu bisa berbuat begitu?"
Mata Abigail dipenuhi keterkejutan dan kekecewaan.
"Aku tidak berbuat begitu."
Peter mengerutkan alisnya.
"Huh! Dia memang punya maksud tersembunyi."
"Mungkin saja dia juga akan meracuniku kelak. Sebaiknya kita mengusirnya sebelum terlambat."
Alisa mendengus. Dia bahkan bisa memutarbalikkan fakta dan berbohong demi mengusir Peter.
"Penilaian Kuncoro Farma tidak mungkin salah."
"Peter, kamu sangat mengecewakanku."
"Meskipun nenek berbuat salah, kamu juga tidak boleh berbuat begitu."
"Kamu! Pergilah!"
Selesai berbicara, Abigail langsung menggertakkan gigi dan berbalik.
"Kamu mengusirku?"
Peter mendesah ringan dan bertanya sambil menatap Abigail.
"Hal yang kamu lakukan sangat mengecewakanku," kata Abigail sambil mengatupkan gigi.
Dia masih membelakangi Peter.
Sementara Alisa sudah tidak mengatakan apa pun dan hanya menatap Peter dengan angkuh.
Akhirnya dia berhasil mengusir si Idiot ini.
"Apa kamu tahu? Aku bersedia menetap di Kota Mandala hanya demi kamu."
"Kalau aku sudah pergi, aku mungkin tidak akan kembali lagi."
Peter menatap Abigail dan berkata dengan serius.
"Pergi! Pergi!!!"
Abigail membelakangi Peter, seluruh tubuhnya gemetar tanpa henti.
Setelah bersama selama dua tahun, meskipun Peter hanyalah orang idiot, Abigail tetap memiliki sedikit perasaan terhadap Peter.
Namun, Peter malah bermaksud untuk meracuni nenek.
Abigail tentu saja tidak bisa menoleransi hal ini!
"Tit! Tit!"
Tepat di saat itu, terdengar dua suara klakson mobil dari kejauhan.
Sebuah mobil Bentley putih memimpin di depan dan diikuti oleh dua mobil Panamera.
Laju ketiga mobil mewah itu cukup cepat dan langsung menuju ke arah pekarangan kediaman Karmin.
"Ceklek!"
Pintu mobil terbuka dan lebih dari 10 pengawal berpakaian hitam turun dari mobil dengan rapi.
"Tuan Peter, kami secara khusus datang untuk mengundang Anda!"