Bab 2 Si Ratu Tega

Sekali lagi Mario memesan ojek online untuk menemui mantan istrinya di kantor pengacara Rinaldo Situmorang di tengah kota. Setelah perjalanan 30 menit, Mario pun sampai di depan kantor pengacara itu. Dia mengucapkan terima kasih ke abang ojek lalu masuk ke gedung kantor bertingkat 5 yang tampak megah itu. "Selamat siang, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis di front office. Mario pun berdiri di depan konter resepsionis lalu berkata, "Selamat siang, Mbak. Saya ada janji bertemu dengan Rosita. Apa dia ada di sini?" Resepsionis itu pun melirik rekan di sebelahnya yang mengangguk penuh arti kepadanya. "Ohh ada, Mas. Mohon tunggu sebentar, saya panggilkan dulu di dalam. Silakan duduk dulu, Mas," ujar resepsionis itu dengan ramah. Tak lama kemudian, Rosita keluar dari arah dalam kantor menuju ke tempat Mario duduk. Dia tersenyum manis pada Mario. Rosita tampak sangat seksi memakai cocktail dress hitam yang menampilkan lengan dan paha putih mulusnya, dia juga menenteng tas tangan brand ternama. Suara high heels yang dia pakai terdengar jelas mengetuk-ngetuk lantai ketika dia berjalan ke sofa tempat Mario duduk. Dia menyibakkan rambut panjang lurusnya yang tergerai ke satu sisi seraya menatap Mario. "Ada perlu apa Mas, kok tumben nyari saya?" tanya Rosita dengan santai seolah tak merasa bersalah. Mario menatap Rosita dengan ekpresi galau, antara ingin marah, sedih, dan putus asa. Dia pun berkata, "Ros, rumah, mobil, dan alat-alat gym milikku semua disita bank. Apa kamu tahu itu?" Tanpa Mario duga, Rosita malah menertawakannya. "Ahahahaa ... ternyata disita hari ini ya?" Mario sontak terkejut. "Kok kamu malah tertawa, Ros?!" "Maaf ya, Mas. Uang pinjaman bank itu sudah Rosita pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Biasalah kaum wanita 'kan kebutuhannya banyak," ucap Rosita dengan nada tak bersalah sambil tersenyum. "Kebutuhan sehari-hari apa, Ros? Itu pinjaman hampir 2 milyar lho, kamu sudah gila?!" balas Mario seakan tak percaya dengan perkataan mantan istrinya itu. Rasanya dia ingin mengamuk. Rosita pun menatap manikur kukunya yang runcing dengan cat kuku warna merah darah. "Banyaklah Mas, perawatan tubuh, beli tas, baju, arisan ... pokoknya banyaklah. Males, kalau mesti disebutin satu per satu!" Mario menepuk jidatnya, semua asetnya dijaminkan ke bank hanya untuk digunakan berfoya-foya oleh mantan istrinya. Hatinya hancur sehancur masa depannya saat ini. "Ros, apa kamu sudah gila? Hidupku hancur, Ros! Kamu bersenang-senang di atas penderitaanku ...," ujar Mario dengan lemas. Mantan istrinya itu mendengus menatapnya dengan pandangan sinis. "Mas itu yang sadar diri! Berani nikahin aku, tapi uang belanja aja pelit. Wanita itu perlu duit buat merawat diri dan juga berdandan. Katanya istri celebrity fitness, masa kumal. Malu lah ya ...." "Astaga Ros, aku gak pernah menyangka kalau kamu sematerialistis ini. Apa selama dua tahun kita menikah, kamu nggak pernah mencintaiku?" tanya Mario dengan keheranan seolah dia tidak mengenali mantan istrinya itu. Perempuan yang sudah berbagi suka duka selama bertahun-tahun sejak awal karirnya, bahkan berbagi ranjang selama hampir dua tahun belakangan ini bersamanya. "CINTA?!" seru Rosita seraya berdecih. "Cinta itu apa, Mas? Nggak bisa bikin kenyang. Apalagi bikin cantik ...." Mario pun menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Rasanya dia ingin menangis. Mantan istrinya sama sekali tidak merasa bersalah atau pun prihatin dengan keadaannya. Malah seolah menghakiminya. Perasaan cinta yang dulu pernah dia berikan kepada Rosita, ternyata tak ada harganya di mata mantan istrinya itu. Dulu dia dipuja-puja setinggi langit, seingatnya Rosita selalu mengucapkan kata-kata cintanya saat mereka dulu berpacaran dan juga awal menikah. Sungguh berbeda dengan sekarang. Seperti tagline yang populer saat ini. "Ada uang, Abang kusayang, tak ada uang, Abang kutendang." Mario pun teringat tujuan awalnya bertemu Rosita tadi. "Ros, rekening tabungan bersama yang dulu kita buat, masih ada kan?" tanya Mario penuh harap, itu uang yang dia sisihkan selama dia berkarir. Rosita tertawa berderai, dia menatap Mario dengan heran. "Mas, rekening tabungan bersama yang mana? Itu sih sudah lama kosong rekeningnya." Jawaban Rosita membuat Mario syok berat. Pasalnya, di rekening itu seharusnya ada beberapa ratus juta, hasil dari kontrak iklan dan endorse produk di medsos yang dia jalani selama ini. "ROSITA, KAMU KETERLALUAN!" teriak Mario seraya berdiri menunjuk-nunjuk muka mantan istrinya itu, dia sudah tak sanggup menahan emosinya. Rinaldo Situmorang pun bergegas mendekati Mario. "Mas, tolong jangan emosi!" Rosita pun segera berdiri dan memeluk pinggang Rinaldo. "Bang Aldo, Ros, takut ... mantan suami Ros, ngamuk-ngamuk dari tadi," ucap Rosita sok imut dan dibuat-buat seolah dia ketakutan. Melihat kemesraan mantan istrinya dengan pengacara perceraiannya itu, Mario pun terkejut. Apa mereka ada main di belakangnya? "Bang Aldo, apa pacaran dengan Rosita?" cecar Mario dengan tak sabar. Rinaldo pun menatap Mario dengan serius lalu menjawab, "Rosita sekarang adalah istriku, Mas. Kami sudah menikah setengah bulan yang lalu." Jawaban Rinaldo sontak membuat Mario terkejut setengah mati. Ternyata tidak butuh waktu lama untuk mantan istrinya move on darinya. Mario pun menghela nafas dengan berat. Betapa berat cobaan hidup yang harus dia alami. Sepertinya dia salah pilih istri dulu. Benar kata ibunya ketika dia meminta restu untuk menikah. Wanita yang cantik bukanlah jaminan kebahagiaan sebuah pernikahan. Sial betul nasibnya! "Mas Mario, kalau sudah selesai ngobrolnya sama saya. Mendingan pulang aja ...," ucap Rosita dengan sinis sambil masih memeluk pinggang suami barunya. "Oya, Bang Aldo, kita jadi pergi makan siang di Mal PS?" tanya Rosita lagi. "Jadi dong, yuk berangkat sekarang aja, Ros," jawab Rinaldo dengan mesra. "Pergi duluan ya, Mas Mario," pamit Rinaldo seraya tersenyum dengan ekspresi penuh kemenangan merangkul bahu Rosita berjalan menuju pintu keluar gedung kantornya. Mario pun jatuh terduduk di sofa. Dunianya sudah hancur. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya seraya menatap lantai. Bulir bening menetes melalui sudut matanya. Tak sanggup dia menahan kepedihan di hatinya. Dulu dia dielu-elukan dan dipuja oleh jutaan wanita di negeri ini. Semua memujinya tampan, ganteng, seksi, hot, macho, dan entah apa lagi kata-kata pujian yang disematkan pada dirinya. Saat ini dia bahkan tak mampu menatap cermin. Segalanya telah hilang dari dalam dirinya. Kepercayaan dirinya sudah habis, dia merasa harga dirinya telah diinjak-injak tanpa dapat melawan. Segala yang dia miliki lenyap tak bersisa. Dia sudah jadi gembel yang tak punya masa depan. Seorang Mario Chandra bukan lagi celebrity fitness yang glamor dan menjadi pujaan para wanita. Dia bukan siapa-siapa lagi! Akhirnya, Mario meninggalkan gedung kantor pengacara Rinaldo Situmorang dengan berjalan kaki. Dia tak tahu harus pergi kemana. Mario menyusuri trotoar hingga menemukan sebuah warung kaki lima. Dia pun masuk ke tenda lalu duduk di bangku kayu panjang yang ditaruh di depan gerobak warung. "Pak, minta teh manis satu sama nasi sayurnya satu," pesan Mario yang sudah lemas karena belum makan seharian. Setelah pesanannya datang, Mario pun segera menyantap makanan itu tanpa mengeluhkan tampilan dan rasa nasi sayur yang ala kadarnya itu. Dia perlu mengisi tenaganya, itu yang terpenting saat ini.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Mendadak Gembel Bab 2 Si Ratu Tega Bab 3 Pulang Bab 4 Pengagum Pria Ganteng Bab 5 Hot Deals Bab 6 Jadi Samsak Lawan Tinju Bab 7 Sah Menjadi Suami Kontrak Bab 8 Malam Pertama Janda dan Duda Bab 9 Tak Mampu Menahan Hasrat Terus Bercinta Bab 10 Sungguh Istri Idaman appBab 11 Kembali Bertemu Mantan Istri Durhaka appBab 12 Kecanduan Bercinta Dengan Istri Kontraknya appBab 13 Senangnya Menjadi Pria Kesayangan Nyonya CEO appBab 14 Ipar Almarhum Suami yang Diam-diam Memendam Rasa appBab 15 Obsesi Gila Tuan William Jansen appBab 16 Tak Akan Pernah Mau Melepasmu, Sayang! appBab 17 Kedatangan Mister Miguel appBab 18 Bercinta Sambil Berdiri appBab 19 Lqtihan Bela Diri Sore appBab 20 Terbakar Gairah appBab 21 Wali Terima Raport Clara appBab 22 Cinta Diam-Diam Anak Sambung appBab 23 Grand Opening Tempat Fitness Baru appBab 24 Cemburu Karena Salah Paham appBab 25 Gejolak Rasa Gadis Remaja appBab 26 Ganteng Sih Tapi Melambhay appBab 27 Demen Nyosor Kalau Mabuk appBab 28 Siapa Si Om Itu, Clara? appBab 29 Lolos Penyisihan Man From Mars appBab 30 Dasar Lelaki Benalu! appBab 31 Kamu yang Main Di Atas, Nez! appBab 32 Puaskan Aku Malam Ini appBab 33 Hasrat Terlarang Clara appBab 34 Terpaksa Pulang Pagi appBab 35 Kill Me or Heal Me appBab 36 Sebelum Berangkat Ke Surabaya appBab 37 Meronta Sekuat Tenaga appBab 38 CEO Tampan Berkharisma appBab 39 Fans Baru Inez appBab 40 Ketika Harus Memilih appBab 41 Kangen Berat Sayang! appBab 42 Mengecup dan Dikecup appBab 43 Karma is Real appBab 44 Tak Mungkin Kembali appBab 45 Kamu Pemilik Hatoku appBab 46 Serangan Pembunuh Bayaran appBab 47 Kesedihan Inez appBab 48 Bukan Janda Kembang appBab 49 Pacaran yang Benar? appBab 50 Manjanya Mario appBab 51 Panas Beruap Di Bali appBab 52 Semifinal Man From Mars appBab 53 Serangan Predatir Wanita appBab 54 Dijenguk Mantan Istri appBab 55 Mana Mungkin Rujuk? appBab 56 Belajar Anatomi Pria Dewasa appBab 57 Aku Ingin Kamu, Nez! appBab 58 Mario Dalam Bahaya appBab 59 Sebuah Tembakan Berbahaya appBab 60 Istriku Sexy Sekali appBab 61 Hasrat Menggantung Di Bangkok appBab 62 Nez, Yuk Kita Lanjut! appBab 63 Waspada Modus Pebinor appBab 64 Fashionsjow Di Kolam Renang appBab 65 Istriku Tersayang Managerku appBab 66 Edward yang Agresif appBab 67 Tak Mungkin Mendua Hati appBab 68 Malam Final Man From Mars appBab 69 Kemenangan yang Manis appBab 70 Larut Dalam Gairah appBab 71 Pacar yang Hyper appBab 72 Meminang Clara appBab 73 Menerima Pria yang Tak Sempurna appBab 74 Bertemu Mertua Baru appBab 75 Sensasi Memabukkan Di Pagi Hari appBab 76 Perceraian yang Kedua appBab 77 Rencana Jahat Rosita appBab 78 Membalas Wanita Saingannya appBab 79 Dalang Penculikan Ditangkap appBab 80 Mendaftar Ajang Mister International appBab 81 Kebanjiran Job appBab 82 Acara Wedding Clara dan Max appBab 83 Panasnya Malam Pertama appBab 84 Berondong Keganjenan appBab 85 Takdir atau Kebetulan? appBab 86 Dia dan Dia Lagi! appBab 87 Berwisata Ke London appBab 88 Pencuri Cunta appBab 89 Membuat Kamu Puas appBab 90 Tak Sanggup Melawan Lagi appBab 91 Bidadari Jatuh Di Pelukanku appBab 92 Kehilangan Separuh Jiwaku appBab 93 Kekasih Badassku appBab 94 Pertemuan Terakhir Dengan Inez appBab 95 Bercinta Denganku Selalu Puas appBab 96 Takut Main Hati appBab 97 Talent Night Mister International appBab 98 Penampilan Istimewa Edward appBab 99 Morning Call yang Bikin Baper appBab 100 Semifinal Di Kolam Renang appBab 101 Filosofi Cinta appBab 102 Malam Final Mister International appBab 103 Kemenangan yang Sepadan dengan Pengorbanan appBab 104 Playing Vanilla Love appBab 105 Seorang Pria Harus Tegar appBab 106 Welcome To Amsterdam appBab 107 Keterkejutan Clara appBab 108 Kembalikan Aku Ke Mas Mario! appBab 109 Pagi yang Manis Di Amsterdam appBab 110 Titik Terang Perceraian Inez-Mario appBab 111 Dunia Baru Mario appBab 112 Selebriti Ternama Yang Naik Daun appBab 113 Pertunjukan Balet Di Stopera appBab 114 Menikmati Senja Di Venesia appBab 115 Pertandingan MMA Tahunan appBab 116 Ini Buat Kamu Nez! appBab 117 Busy Like in Hell appBab 118 Obsessed To A Woman appBab 119 Menghubungi Mario Dan Clara Diam-Diam appBab 120 Pesan yang Membawa Harapan appBab 121 Inez Mabuk appBab 122 Berlin Music Festival appBab 123 Kesempatan yang Diharapkan appBab 124 Jagain Jodoh Orang appBab 125 Perang Mulut Clara Dengan Edward appBab 126 Sebuah Kejutan Di Paris appBab 127 Kerja Keras Bagai Kuda appBab 128 Tawaran Bisnis yang Bagus appBab 129 Meeting yang Memalukan appBab 130 Hajar Bleh! appBab 131 Bukan Sembarang Bintang appBab 132 Serangan Pembunuh Bayaran appBab 133 Di Hadapan Malaikat Maut appBab 134 Memory Sebelum Berpisah appBab 135 Janji Setahun Lalu appBab 136 Baku Hantam Di Bawah Menara Eicel appBab 137 Hari Tenang Sesudah Badai appBab 138 Cinta Semanis Madu appBab 139 Dubai, Bulan Madu Kedua (THE END) app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta