Bab 3 Pulang

Sesudah makan ala kadarnya, Mario memesan ojek online lagi dari aplikasi di ponselnya. Dia tidak memiliki kendaraan sekarang. Hanya ada satu tempat yang dapat menerimanya saat ini, rumah orang tuanya. Beberapa menit kemudian, ojek online yang dia pesan pun tiba. Mario pun segera membonceng abang ojek itu. Dia terdiam sepanjang perjalanan menuju ke rumah orang tuanya. Otaknya seolah sudah tidak mampu berpikir lagi. Setelah melewati gang-gang sempit yang berkelok-kelok, akhirnya mereka sampai di depan rumah orang tua Mario. Sebuah rumah tua dengan genting tanah liat berukuran sedang yang dibangun dengan kokoh sejak zaman orde baru. Bagian depan rumah tertutup oleh pagar teralis geser yang mulai mengelupas catnya yang berwarna kuning tua dan berkarat di sana-sini. Mario menggeser pagar teralis itu lalu berjalan menuju ke teras rumah. Dia mengetuk pintu kayu jati yang tertutup rapat itu beberapa kali. "Ya, sebentar ...," sahut suara dari dalam rumah. Pintu kayu jati itu pun terbuka, ibunya menatap Mario dengan keheranan. "Le ...? Kok tumben ke rumah ndak ngabarin dulu? Ayo masuk ... masuk." Tanpa basa-basi, Mario langsung memeluk ibunya yang sudah tua dan keriput itu. Dia menangis sejadi-jadinya, tak sanggup berbicara sepatah kata pun. Dia malu pada ibunya karena sudah gagal dalam segalanya. Pulang ke rumah orang tuanya dengan harga diri yang hancur, masa depan yang tak jelas, status baru sebagai tunawisma per hari ini. Mario adalah anak kedua dari 3 bersaudara anak dari pasangan Indah Nurhayati dan Burhan Raharjo. Dia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Rudi Prasetyo yang berusia 32 tahun yang sudah menikah dan tinggal di Balikpapan dan seorang adik perempuan bernama Maharani Mirasty yang berusia 18 tahun yang akan lulus SMA tahun ini. Seolah mengerti derita putera keduanya, Bu Indah pun berkata, "Nangis ora popo, Le. Ben lego atimu." (Menangis tidak apa-apa, Nak. Supaya lega hatimu.) Dia membawa Mario duduk di kursi bambu yang terletak di dekat pintu teras rumah. Dibelainya dengan lembut kepala Mario yang rebah di bahunya. Sepertinya masalah yang dihadapi puteranya begitu berat, batin Bu Indah. Setelah merasa sedikit lega, Mario pun mulai bercerita pada ibunya tentang apa yang terjadi. "Bu, Rio sekarang sudah tidak punya apa-apa. Semua hasil jerih payah Rio selama ini sudah lenyap, Rosita menjaminkan semua barang berharga milik Rio ke lintah darat ... semuanya disita tadi pagi ...." Bu Indah merasa masygul mendengar cerita puteranya itu. Betapa berat penderitaan Mario. Dia tahu puteranya itu sangat rajin bekerja sejak masih muda, setiap bulan pun mengirimkan sebagian uang jerih lelahnya ke orang tuanya. Anaknya itu tidak pernah neko-neko. "Yang sabar ya, Le. Jangan putus asa. Kamu masih muda, jalanmu masih panjang. Rumah ini selalu terbuka untukmu pulang. Harta itu bisa dicari lagi, hanya Ibu mau berpesan satu hal .... Kalau mencari istri lagi, cari yang hatinya tulus menerima kamu apa adanya," ujar Bu Indah menasihati puteranya seraya menepuk-nepuk punggung Mario dengan lembut. "Iya, Bu. Rio tidak pernah menyangka kalau Rosita hanya ingin mencari kemewahan hidup. Dulu Rio pikir, dia itu wanita yang mau mendampingi Rio dalam suka dan duka," balas Rio menekuri lantai rumah. Bu Indah hanya menanggapi perkataan Mario dengan tersenyum. Dia sudah mengetahui sifat buruk mantan menantunya itu sejak lama. Setiap kali mereka bertemu, Rosita selalu berlaku tidak ramah dan gengsi. Mungkin karena keluarga Mario berasal dari kalangan orang biasa yang terbiasa hidup sederhana dan apa adanya. "Ibu doakan supaya kamu menemukan jodoh terbaik, Le. Wanita yang bisa mendampingimu melewati kerasnya kehidupan," ujar Bu Indah dengan lembut. Mario menatap wajah teduh ibunya dan menemukan kedamaian di sana. "Amin. Terima kasih, Bu. Tapi, Rio masih ingin menata hati dulu, apa yang sudah dilakukan Rosita sungguh membuat Rio kecewa dengan kaum wanita," tutur Mario dengan mata berkaca-kaca. Bu Indah menepuk-nepuk punggung puteranya itu lalu berkata, "Tidak semua wanita seperti Rosita, Nak. Sebelum memutuskan untuk menikah sebaiknya kenali dulu sifat-sifat calon istri kamu. Jangan sampai nanti sudah menikah, kamu gagal untuk kedua kalinya karena tidak cocok." "Iya, Bu. Rio akan ingat nasihat Ibu," balas Mario seraya tersenyum pada ibunya. Tiba-tiba ponsel Mario yang berada di dalam tasnya berbunyi. Dia pun segera menjawab panggilan nomor tidak dikenal itu. "Halo," sapa Mario. "Halo, Bapak Mario Chandra. Saya Aliya dari bagian kartu kredit BNI. Tagihan kartu kredit bulan ini sebesar 3 juta belum dilunasi ya, Pak," ucap lawan bicaranya di telepon. "Maaf, Mbak. Saya tidak pernah berbelanja dengan kartu kredit BNI. Bagaimana bisa ada tagihan sebesar itu?" jawab Mario dengan bingung dan hati bergetar, uang simpanannya di rekening pribadinya hanya tersisa sekitar 5 juta. "Transaksinya ada di billing surat tagihan bulanan, Pak. Di data kami, tertulis pembayaran belanja di Butik Kanaya dan pembayaran belanja di outlet sepatu Rotteli," ucap Mbak Aliya. Mario pun mendesah lelah dan memijit keningnya yang terasa pening. Sepertinya itu tagihan belanja Rosita menggunakan kartu kredit atas nama Mario. Dulu dia terlalu ceroboh dengan mempercayakan segala transaksi keuangan pada Rosita. Bahkan, kemungkinan dulu dia sempat menandatangani berkas pinjaman bank tanpa dia baca dengan teliti. "Mbak, kalau kartu kreditnya di close apa bisa?" tanya Mario tidak ingin terseret dalam pusaran utang yang ditimbulkan oleh mantan istrinya itu. "Bisa, Pak. Tapi harus dilunasi dulu semua tagihan yang ada. Untuk info saja Pak, yang 3 juta tadi hanya tagihan billing bulanan saja. Nilai total tagihan yang belum terbayar ada 30 jutaan, Pak," kata Mbak Aliya lagi menjelaskan total tagihan kartu kredit atas nama Mario. Astaga! Mario tidak tahu harus mencari uang sebesar 30 juta di mana. Dia benar-benar merasa stres sekarang. Dia pun akhirnya mengakhiri sambungan teleponnya dengan bagian kartu kredit BNI. "Kenapa, Le? Kok kayaknya kaget begitu?" tanya Bu Indah bingung melihat puteranya tampak syok. Mario memejamkan matanya, dia merasa jalan kehidupannya benar-benar berat. "Rosita berbelanja dengan kartu kredit atas namaku, Bu. Tagihannya total sekitar 30 juta. Tabunganku sisa 5 juta saja sekarang. Kalau ingin menutup kartu kredit itu, Rio harus melunasi 30 juta itu terlebih dahulu." "Owalah, Le. Sabar ya!" sahut Bu Indah seraya menutup mulutnya dengan tangan. Dia merasa kasihan pada Mario. "Sudah, sekarang lebih baik kamu mandi dan istirahat dulu, Le," lanjut Bu Indah menggandeng puteranya masuk ke dalam rumah. "Terima kasih, Bu. Rio memang merasa sangat lelah jiwa raga saat ini. Semoga Rio akan menemukan jalan keluar untuk semua masalah Rio," ujar Mario berjalan bersisian dengan ibunya.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Mendadak Gembel Bab 2 Si Ratu Tega Bab 3 Pulang Bab 4 Pengagum Pria Ganteng Bab 5 Hot Deals Bab 6 Jadi Samsak Lawan Tinju Bab 7 Sah Menjadi Suami Kontrak Bab 8 Malam Pertama Janda dan Duda Bab 9 Tak Mampu Menahan Hasrat Terus Bercinta Bab 10 Sungguh Istri Idaman appBab 11 Kembali Bertemu Mantan Istri Durhaka appBab 12 Kecanduan Bercinta Dengan Istri Kontraknya appBab 13 Senangnya Menjadi Pria Kesayangan Nyonya CEO appBab 14 Ipar Almarhum Suami yang Diam-diam Memendam Rasa appBab 15 Obsesi Gila Tuan William Jansen appBab 16 Tak Akan Pernah Mau Melepasmu, Sayang! appBab 17 Kedatangan Mister Miguel appBab 18 Bercinta Sambil Berdiri appBab 19 Lqtihan Bela Diri Sore appBab 20 Terbakar Gairah appBab 21 Wali Terima Raport Clara appBab 22 Cinta Diam-Diam Anak Sambung appBab 23 Grand Opening Tempat Fitness Baru appBab 24 Cemburu Karena Salah Paham appBab 25 Gejolak Rasa Gadis Remaja appBab 26 Ganteng Sih Tapi Melambhay appBab 27 Demen Nyosor Kalau Mabuk appBab 28 Siapa Si Om Itu, Clara? appBab 29 Lolos Penyisihan Man From Mars appBab 30 Dasar Lelaki Benalu! appBab 31 Kamu yang Main Di Atas, Nez! appBab 32 Puaskan Aku Malam Ini appBab 33 Hasrat Terlarang Clara appBab 34 Terpaksa Pulang Pagi appBab 35 Kill Me or Heal Me appBab 36 Sebelum Berangkat Ke Surabaya appBab 37 Meronta Sekuat Tenaga appBab 38 CEO Tampan Berkharisma appBab 39 Fans Baru Inez appBab 40 Ketika Harus Memilih appBab 41 Kangen Berat Sayang! appBab 42 Mengecup dan Dikecup appBab 43 Karma is Real appBab 44 Tak Mungkin Kembali appBab 45 Kamu Pemilik Hatoku appBab 46 Serangan Pembunuh Bayaran appBab 47 Kesedihan Inez appBab 48 Bukan Janda Kembang appBab 49 Pacaran yang Benar? appBab 50 Manjanya Mario appBab 51 Panas Beruap Di Bali appBab 52 Semifinal Man From Mars appBab 53 Serangan Predatir Wanita appBab 54 Dijenguk Mantan Istri appBab 55 Mana Mungkin Rujuk? appBab 56 Belajar Anatomi Pria Dewasa appBab 57 Aku Ingin Kamu, Nez! appBab 58 Mario Dalam Bahaya appBab 59 Sebuah Tembakan Berbahaya appBab 60 Istriku Sexy Sekali appBab 61 Hasrat Menggantung Di Bangkok appBab 62 Nez, Yuk Kita Lanjut! appBab 63 Waspada Modus Pebinor appBab 64 Fashionsjow Di Kolam Renang appBab 65 Istriku Tersayang Managerku appBab 66 Edward yang Agresif appBab 67 Tak Mungkin Mendua Hati appBab 68 Malam Final Man From Mars appBab 69 Kemenangan yang Manis appBab 70 Larut Dalam Gairah appBab 71 Pacar yang Hyper appBab 72 Meminang Clara appBab 73 Menerima Pria yang Tak Sempurna appBab 74 Bertemu Mertua Baru appBab 75 Sensasi Memabukkan Di Pagi Hari appBab 76 Perceraian yang Kedua appBab 77 Rencana Jahat Rosita appBab 78 Membalas Wanita Saingannya appBab 79 Dalang Penculikan Ditangkap appBab 80 Mendaftar Ajang Mister International appBab 81 Kebanjiran Job appBab 82 Acara Wedding Clara dan Max appBab 83 Panasnya Malam Pertama appBab 84 Berondong Keganjenan appBab 85 Takdir atau Kebetulan? appBab 86 Dia dan Dia Lagi! appBab 87 Berwisata Ke London appBab 88 Pencuri Cunta appBab 89 Membuat Kamu Puas appBab 90 Tak Sanggup Melawan Lagi appBab 91 Bidadari Jatuh Di Pelukanku appBab 92 Kehilangan Separuh Jiwaku appBab 93 Kekasih Badassku appBab 94 Pertemuan Terakhir Dengan Inez appBab 95 Bercinta Denganku Selalu Puas appBab 96 Takut Main Hati appBab 97 Talent Night Mister International appBab 98 Penampilan Istimewa Edward appBab 99 Morning Call yang Bikin Baper appBab 100 Semifinal Di Kolam Renang appBab 101 Filosofi Cinta appBab 102 Malam Final Mister International appBab 103 Kemenangan yang Sepadan dengan Pengorbanan appBab 104 Playing Vanilla Love appBab 105 Seorang Pria Harus Tegar appBab 106 Welcome To Amsterdam appBab 107 Keterkejutan Clara appBab 108 Kembalikan Aku Ke Mas Mario! appBab 109 Pagi yang Manis Di Amsterdam appBab 110 Titik Terang Perceraian Inez-Mario appBab 111 Dunia Baru Mario appBab 112 Selebriti Ternama Yang Naik Daun appBab 113 Pertunjukan Balet Di Stopera appBab 114 Menikmati Senja Di Venesia appBab 115 Pertandingan MMA Tahunan appBab 116 Ini Buat Kamu Nez! appBab 117 Busy Like in Hell appBab 118 Obsessed To A Woman appBab 119 Menghubungi Mario Dan Clara Diam-Diam appBab 120 Pesan yang Membawa Harapan appBab 121 Inez Mabuk appBab 122 Berlin Music Festival appBab 123 Kesempatan yang Diharapkan appBab 124 Jagain Jodoh Orang appBab 125 Perang Mulut Clara Dengan Edward appBab 126 Sebuah Kejutan Di Paris appBab 127 Kerja Keras Bagai Kuda appBab 128 Tawaran Bisnis yang Bagus appBab 129 Meeting yang Memalukan appBab 130 Hajar Bleh! appBab 131 Bukan Sembarang Bintang appBab 132 Serangan Pembunuh Bayaran appBab 133 Di Hadapan Malaikat Maut appBab 134 Memory Sebelum Berpisah appBab 135 Janji Setahun Lalu appBab 136 Baku Hantam Di Bawah Menara Eicel appBab 137 Hari Tenang Sesudah Badai appBab 138 Cinta Semanis Madu appBab 139 Dubai, Bulan Madu Kedua (THE END) app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta