Bab 8 First Party
“Ada apa ini?” Elena terpaksa keluar dari kamar karena mendengar keributan.
Adrian langsung melongok dengan mulut melebar senang saat melihat Elena. Bukan berarti dia pernah bertemu dengan Elena.
“Dia lebih muda dariku, eh? Pantas saja kamu tidak ingin melewatkan kesempatan, Alex,” seloroh Adrian.
Alex melepas cengkeramannya pada kerah Adrian. Dia mendorong keras adiknya itu. “Pergi!”
Adrian membenarkan kerahnya dengan tatapan tak lepas dari Elena. Dia tidak peduli meski Alex menyuruhnya untuk pergi. Adrian justru maju, mengulurkan tangannya pada Elena.
“Aku Adrian Blackwood,” ucap Adrian antusias.
Elena memandang uluran tangan itu. Dia benci harus mengenal orang baru yang begitu banyak dalam waktu singkat. Kenapa banyak sekali penghuni mansion ini? Jerit Elena dalam hati.
“Elena Morgan,” balas Elena, terpaksa membalas uluran tangan Adrian.
“Oh, Morgan? Kamu istri sah Alex, jadi kurasa namamu berubah menjadi Blackwood sekarang,”
“Aku belum terbiasa dengan nama itu,” Elena tersenyum simpul. Dia tidak ingin basa-basi lebih lama dengan Adrian.
Adrian tidak peduli. Matanya masih berbinar menatap Elena. Seperti menemukan mainan baru.
“Jangan lupa datang ke pesta perusahaan besok,” tukas Adrian. “Aku yakin, kakakku pasti ingin memamerkan istri mudanya pada semua orang,” Kini dia melirik Alex, seakan menyindir.
Dan Adrian sekarang benar-benar pergi. Alex terus memandangnya benci, sama sekali tidak ramah. Elena menyadari akan sikap Alex, sedikit keheranan kenapa Alex bisa begitu tidak ramah pada adiknya sendiri.
“Satu lagi anggota keluargamu,” seloroh Elena, setelah kepergian Adrian.
“Dia tidak tinggal di sini,” sahut Alex. “Aku tahu dia sengaja datang untuk melihatmu,”
Elena memutar bola mata. “Ya, semua orang ingin tahu,”
“Jangan terlalu dekat dengannya,” ucap Alex. Matanya tetap dingin, meski kali ini lebih serius. “Apapun yang terjadi, jangan pernah dekat dengannya,” Dia menatap Elena tanpa berkedip, seolah mencoba memastikan bahwa pesannya benar-benar tersampaikan.
“Kenapa?” tanya Elena, dengan rasa penasaran yang cukup dalam. “Dia adikmu, Alex. Kenapa aku harus menghindarinya?” Pertanyaan itu lebih seperti sebuah pancingan, agar Alex bicara.
Alex menghela napas panjang. Matanya menyipit seolah menimbang apa yang harus dia katakan. “Adrian orang yang berbahaya. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya,”
Elena merasa ada yang aneh dengan cara Alex berbicara tentang adiknya. Namun, dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Tetapi peringatan itu sudah cukup untuk membuat Elena merasa harus waspada.
“Tidurlah. Di kamarmu,” ujar Alex, setelah beberapa saat diam.
Mata Elena melebar. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya, ketika Alex memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kegiatan mereka. Namun satu sisi lain, Elena merasa lega. Akhirnya dia punya kesempatan untuk istirahat.
“Jangan lupa kunci pintu dan jendela,” tambah Alex, ketika Elena telah melangkah keluar dari kamar pengantin.
Elena otomatis berhenti. “Kamu mencemaskanku?”
Alex menghela napas. “Katamu, seseorang menyerangmu. Maka, lebih baik kamu berjaga-jaga,”
Elena menautkan kedua alis dengan bibir sedikit melengkung. Dia kira, Alex akan mengucapkan kata-kata manis padanya. Tetap saja, dia tidak bisa mengharapkan apapun dari seorang pria dingin seperti Alex.
***
“Nyonya Elena?” Dengan bisikan lembut, Vero mencoba membangunkan Elena.
Mata Elena menyipit, masih sangat mengantuk. Namun ketika dia melihat Vero dengan dua pelayan di belakang, seketika Elena membuka mata selebarnya. Dia memang bangun sangat terlambat, karena semalaman terus memikirkan Alex.
“Ada apa? Ini jam berapa?”
Vero tersenyum. “Penata rias suruhan Tuan Alex sudah siap, Nyonya,”
“Untuk apa?”
“Tentu saja untuk merias Anda,” Vero menjawab dengan nada sabar. “Nanti malam akan ada pesta perusahaan,”
Ah, iya! Seru Elena dalam hati. Dia baru ingat, bahwa hari ini adalah hari penting untuk Alex.
"Alex dimana?” tanya Elena. Entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibirnya.
“Tuan Alex ada urusan di luar. Beliau pergi sejak pagi tadi bersama David, Nyonya,” terang Vero.
Ada sedikit rasa kecewa ketika Elena mendengarnya. Alex memang tidak pernah ada ketika dia membuka mata setelah tidur panjang. Seakan sosok Alex hanyalah mimpi, yang bisa Elena lihat di malam hari.
Maka dia pun segera bangun dan mengikuti arahan dua pelayan suruhan Vero. Mereka membawa Elena ke sebuah ruangan besar, dipenuhi oleh cahaya hangat lampu kristal yang memantul dari cermin besar di meja rias.
Elena duduk di kursi rias, merasa sedikit canggung dengan perhatian yang diberikan padanya. Dia melihat ke cermin, melihat wajahnya dipoles dengan sempurna oleh tangan-tangan ahli. Mata coklatnya dipertegas dengan bayangan smokey, bibir dihiasi lipstik merah marun, dan rambutnya ditata dalam sentuhan glamor klasik.
Ketika salah satu asisten mendekat dengan sebuah kotak berlapis beludru biru, asisten yang lain mengambilnya dan dengan hati-hati membukanya. Di dalamnya ada sebuah gaun, berwarna merah tua, dihiasi dengan payet manik-manik dan kristal yang dijahit dengan tangan.
Jantung Elena berdebar kencang. Dia tahu pesta ini lebih dari sekadar acara perusahaan. Pesta ini adalah panggung di mana dia harus memainkan perannya dengan baik, berada di sisi Alex, dan menghadapi semua mata yang menilai mereka.
Ketika Elena tengah mematut diri di depan cermin, sambil dibantu beberapa asisten merapikan gaunnya, David mendekat. Dia menunduk hormat, sebagai caranya menyapa Elena.
“David?” sapa Elena. Dia sedikit heran melihat David di sini. Setahu Elena, David hanya ada di sekitar Alex, atau datang karena diutus Alex.
"Maafkan saya, Nyonya Blackwood," ucap David dengan nada sopan.
Blackwood? Ulang Elena dalam hati. Ada rasa menggelitik yang menenangkan di dalam perutnya saat mendengar David memanggilnya dengan sebutan itu.
"Saya hanya ingin memberi sedikit informasi tentang pesta malam ini, jika Anda berkenan," lanjut David.
David melangkah maju dengan hati-hati, sementara para asisten masih merapikan rambut dan riasan Elena. "Pesta malam ini diadakan untuk merayakan keberhasilan proyek terbaru Blackwood Industries di Asia. Banyak investor dan mitra bisnis penting dari seluruh dunia akan hadir,"
Elena mengangguk, terus mendengarkan dengan seksama. "Apakah ada hal khusus yang perlu kutahu?"
David mengangguk pelan, senyum tipis di bibirnya. "Anda mungkin akan diminta untuk berbicara dengan beberapa tamu penting. Beberapa dari mereka sangat tertarik untuk bertemu dengan Anda, terutama karena ini adalah penampilan publik pertama Anda sebagai Nyonya Blackwood," terangnya.
Elena menelan ludah, merasakan sedikit tekanan di dadanya. "Terima kasih, David,"
David membungkuk sedikit, sebagai rasa hormat. "Tentu saja, Nyonya Blackwood. Jika ada hal lain yang Anda butuhkan, saya selalu siap membantu," David mundur perlahan, meninggalkan Elena untuk mempersiapkan diri sepenuhnya.
Malam ini pasti akan menjadi salah satu malam yang paling berkesan dalam hidupnya. Hidupnya sebagai seorang istri Alexander Blackwood.
***
Di depan mansion Blackwood, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di jalan masuk. Di dalamnya, Alex duduk di kursi belakang dengan tenang, mengenakan tuksedo hitam.
“Kamu siap?” tanya Alex, lantas melirik Elena yang duduk di sampingnya. “Ingat, Elena,” katanya dengan nada serius. “Pastikan kamu mengikuti petunjukku dengan baik malam ini,”