Bab 9 Ancaman
Mobil mewah yang membawa Alexander dan Elena meluncur perlahan menuju sebuah gedung megah yang dipenuhi dengan cahaya gemerlap. Tempat itu adalah salah satu lokasi paling prestisius di Riverton, sering digunakan untuk acara-acara penting yang dihadiri oleh para konglomerat dan elit sosial. Di luar, karpet merah terbentang dari pintu masuk hingga ke jalan, dihiasi dengan lampu-lampu kristal yang berkilauan.
David menghentikan mobil di depan pintu masuk utama, di mana para tamu sudah berkumpul untuk menunggu giliran masuk. Begitu mobil berhenti, seorang pelayan dengan cekatan membuka pintu. Alex yang keluar lebih dulu, berdiri tegap dengan aura penuh intimidasi sebagai CEO Blackwood Industries. Dia kemudian mengulurkan tangannya, menunggu Elena untuk keluar.
Elena keluar dari mobil dengan anggun, gaun merahnya yang panjang berkilauan bagai air. Seketika mata para tamu yang menunggu di sekitar pintu masuk tertuju padanya, mengagumi keanggunan dan kecantikannya. Bisikan-bisikan mulai terdengar, membicarakan tentang penampilan Elena yang memukau sebagai Nyonya Blackwood yang baru.
Jantung Elena berdebar. Seumur hidup, ini adalah penampilan perdananya di pesta mewah seperti ini. Latham Holdings terlalu bangkrut untuk bisa membawanya masuk ke kalangan para elit Riverton.
“Ingat, Elena Morgan,” bisik Alex, memanggil nama lengkap Elena. “Tersenyum dan menurut."
Saat mereka melangkah ke dalam ruangan, beberapa tamu mulai mendekati Alex, menyapanya dengan hangat. Sementara pandangan mereka sesekali melirik Elena, mencoba menilai wanita yang kini berdiri di sisi pria paling berkuasa di Blackwood Industries.
Elena mencoba menyesuaikan diri dengan hiruk-pikuk pesta yang dipenuhi wajah-wajah asing dan senyuman palsu dimana-mana. Alex yang sebelumnya menggandeng tangannya dengan erat, sekarang sudah berjarak beberapa meter. Pria itu berbincang dengan sekelompok tamu yang tampaknya sangat penting. Dalam kerumunan, Elena merasa sedikit terasing, meskipun senyum masih menghiasi wajahnya seperti yang Alex perintahkan.
“Nyonya Blackwood,” Seorang pria paruh baya mendekat. Matanya menyipit sedikit seolah-olah mencoba menilai Elena.
Dengan jas hitam yang rapi dan dasi yang diikat sempurna, pria itu jelas bukan sembarang tamu. Elena bisa merasakan auranya yang berbeda. Aura seseorang yang berkuasa.
“Saya rasa kita belum sempat berkenalan. Nama saya Richard Thompson,” ucapnya ramah, lantas mengulurkan tangan pada Elena.
Elena mengulurkan tangannya, mencoba menutupi rasa gugup. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Thompson," jawabnya dengan suara lembut. "Alex pernah menyebutkan nama Anda sebelumnya," Bohong. Elena jelas bohong, karena dia dan Alex tidak pernah membahas rekan bisnis.
Tuan Thompson tertawa kecil. “Ah, benar. Alexander dan saya sudah mengenal cukup lama,” Dia menatap Elena dalam, seolah memiliki maksud tersembunyi di balik senyum tenangnya. “Ngomong-ngomong, saya penasaran. Bagaimana perasaan Anda menjadi bagian dari keluarga Blackwood?”
Elena tersenyum tipis. Dia mencoba untuk tetap tenang meski pertanyaan itu sedikit mengejutkannya. “Tentu saja, bukan hal yang mudah, Tuan Thompson. Mengingat reputasi keluarga Blackwood,”
Tuan Thompson mengangguk, seolah puas dengan jawaban Elena. Namun, ada kilatan tajam di matanya yang menunjukkan bahwa dia belum sepenuhnya puas. “Menjadi istri Alexander, well, tentu bukan hal yang mudah. Dunia bisnis itu … penuh dengan rahasia,” Suara Tuan Thompson mendadak lirih. Matanya tak berkedip menatap Elena. “Tapi saya yakin, Anda akan baik-baik saja,”
Elena merasakan maksud tersirat dalam ucapan Tuan Thompson. Seolah-olah ada makna tersembunyi. Sebelum Elena sempat merespons, Tuan Thompson melanjutkan. “Oh, dan jika Anda membutuhkan apapun, jangan ragu untuk menghubungi saya. Saya yakin kita akan sering bertemu di masa mendatang,”
Sebelum Elena bisa menanggapi, Tuan Thompson sudah melangkah mundur, mengangguk singkat dan menghilang di kerumunan tamu lainnya. Elena diam sejenak, merasa ada sesuatu yang ganjil dari percakapan singkat itu.
“Ikut aku,” Alex tiba-tiba menarik Elena ke sudut ruangan yang lebih sepi. Tatapan matanya serius. “Apa pendapatmu tentang Tuan Thompson?” tanya Alex, dengan tatapan serius namun dingin.
Elena mengerjapkan mata, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Dia tampak ramah, meskipun ada sesuatu yang—” Ucapan Elena terhenti. “Dia jelas orang yang penting," lanjutnya.
Alex mengangguk pelan. "Thompson bukan sekadar tamu biasa. Dia adalah orang yang memiliki pengaruh besar dalam bisnis Blackwood. Selama bertahun-tahun, dia telah membantu melindungi dan mempertahankan Blackwood dari berbagai ancaman, baik dari luar maupun dari dalam," terang Alex panjang.
Elena mencoba mencerna informasi itu. "Jadi, dia semacam penasehat atau ... pengawal bisnis?"
"Dia lebih dari sekadar penasehat. Dia memiliki jaringan yang luas dan tidak segan menggunakan segala cara untuk memastikan bisnis keluarga Blackwood tetap berjalan lancar. Tidak sedikit dari orang-orang yang mencoba menantang Blackwood berakhir dengan karir yang hancur atau bahkan lebih buruk, dan sebagian besar itu berkat Thompson," Suara Alex pelan, namun begitu serius. Hingga atmosfer di sekitar mereka menegang meski hiruk pikuk pesta terdengar di latar.
Tubuh Elena sedikit gemetar mendengar penjelasan itu. “Jadi … aku harus berhati-hati dengannya?”
Alex memegang dagu Elena, mengangkatnya agar mata mereka bertemu. “Dalam dunia bisnis, aliansi adalah segalanya. Tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya, Elena Morgan,”
Elena menelan ludah. “Termasuk kamu?” sahutnya.
Hatinya berdesir mendapat sentuhan tangan Alex. Namun Elena cukup tersinggung dengan ucapan pria itu.
“Sejak awal aku tidak pernah memintamu untuk percaya padaku,” jawab Alex. Dia tersenyum miring. “Tapi kamu sudah dalam genggamanku. Jadi tidak ada yang bisa kamu lakukan selain patuh,”
Pria itu menjauh. Setelah sempurna membuat jantung Elena berdebar, Alex pergi begitu saja. Elena masih memandang punggung lebar pria dengan tinggi 190 cm itu, yang kini tersenyum lebar berbincang dengan para tamu. Bisa-bisanya Elena terpukau, bahkan mendamba setiap kali Alex mengajaknya untuk menginap di kamar pengantin mereka.
Sialan. Umpat Elena dalam hati, mengumpat Alex.
***
Keesokan harinya, saat Elena turun menuju ruang makan untuk sarapan, seorang pelayan menghampirinya..
“Nyonya, ini ada surat untuk Anda,” ujar pelayan itu sambil menyodorkan sebuah amplop coklat kecil.
Elena mengambil amplop itu dan membukanya cepat karena tak sabar. Dia menarik selembar kertas yang dilipat rapi.
Jika kau ingin hidupmu tetap utuh, tinggalkan Alex. Aku pernah menjadi seperti dirimu, terpikat oleh pesonanya. Hidup bersamanya adalah mimpi buruk. Jangan menjadi korban berikutnya. Pergilah sebelum semuanya terlambat, atau kau akan bernasib sama sepertiku.
Elena merasa seluruh tubuhnya membeku. Kata-kata itu membangkitkan perasaan takut yang selama ini dia coba abaikan. Di dalam otak Elena, senyum Alex yang memesona kini tampak lebih menyeramkan daripada sebelumnya.
Tangannya bergetar saat dia meremas surat itu, pikirannya penuh ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Tabitha? Apa yang wanita itu alami hingga membuatnya begitu putus asa memberikan peringatan ini? Dan yang lebih penting, apakah benar hidupnya dan hidup keluarganya sekarang berada di tangan seorang pria berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan?