Bab 4 Datang ke Kediaman Pangeran
Ucapan ini sudah Luolan pikirkan semalaman. Tentu saja Bibi Shui merasa luar biasa senang, tapi dia masih mengucapkan hal yang berlainan dengan isi hatinya.
"Ucapan macam apa itu? Selamanya kami adalah keluargamu. Kapan pun mau pulang, kami selalu menyambutmu."
Pulang? Bisakah dia pulang? Dia juga tidak ingin pulang.
Luolan hanya tersenyum sinis. Selain sapu tangan itu, dia tidak membawa apa-apa lagi dari rumah ini.
Pagi ini tidak melihat Paman Shui, mungkin Paman tidak tega melihat Luolan pergi, maka dia bersembunyi untuk menangis di suatu tempat.
Ketika keluar dari rumah, Luolan menoleh dan melihat tempat yang dia tinggali selama 17 tahun ini, lalu tersenyum lega. Hari ini dia akan pergi dari rumah ini. Meski kelak ada banyak rintangan dan kesulitan, dia tetap bersedia menjalaninya.
Entah dari mana Bibi Shui meminjam seekor keledai. Keledai itu menarik sebuah kereta papan kayu yang hanya bisa menampung dua orang.
Bibi Shui berkata dengan tersenyum cerah, "Lan’er, hari ini kami akan mengantarmu untuk pergi menikah. Kami tidak punya apa-apa yang layak, maka Bibi meminjam kereta keledai dari rumah Bibi Wang."
Luolan menunjukkan tatapan meremehkan. Bibi Shui bukan mau mengantarnya, melainkan mau mendapatkan hadiah koin perak. Namun, Luolan sudah memedulikan hal ini lagi.
Dia menoleh dan melihat sekeliling lagi, lalu berkata pelan, "Paman, sampai jumpa."
Setelah mengucapkan hal itu, dia naik ke atas kereta papan kayu yang sudah usang itu. Bibi Shui mengangkat cambuk, lalu mereka pun berangkat.
Saat ini, Paman Shui yang bersembunyi di belakang rumah sudah menangis. Dia terus memukul kepalanya sendiri, sungguh membenci dirinya karena tidak ada kemampuan, tidak bisa mencarikan pasangan yang baik untuk Luolan. Namun, dia juga tidak berdaya. Dia tahu kesusahan Luolan selama 17 tahun tinggal di rumahnya, tetap Luolan tidak mengatakan apa-apa. Dia sendiri juga tidak berani sungguh mengusir istri dan anaknya demi Luolan. Jadi, Paman Shui hanya bisa pura-pura tidak tahu selama bertahun-tahun ini. Dia merasa sangat bersalah pada Luolan. Sekarang juga harus mengirim Luolan ke dalam “lubang berapi”, dia tak berani mengantarnya, maka hanya bisa diam-diam melihatnya pergi.
Desa yang Luolan tinggali tidak jauh dari ibu kota. Meski kereta keledai ini bergerak lambat, setengah jam juga sudah cukup. Setelah masuk ke ibu kota, Bibi Shui langsung mengarahkan kereta ke Kediaman Pangeran.
Itu sungguh pintu masuk yang sangat mewah. Di atas pintu masuk, tertulis “Kediaman Pangeran Yu” dengan warna emas yang sangat mencolok.
Bibinya berbalik dan ingin merapikan rambut Luolan yang berantakan oleh angin. Namun, Luolan langsung memalingkan wajahnya dengan dingin.
Saat ini, dua penjaga menghampiri mereka dan bertanya dengan ketus, "Apa yang kalian lakukan?"
Bibi Shui buru-buru tersenyum pada mereka, "Kami datang karena menerima dekrit dari kerajaan."
Saat bicara, dia mengangkat papan dekrit kerajaan itu. Penjaga melirik Bibi Shui dan Luolan sekilas, lalu berkata dengan dingin, "Tunggu, aku akan masuk untuk melapor."
Bibi Shui buru-buru mengangguk dan menggosok tangannya dengan keras, terlihat sangat gelisah.
Luolan hanya menatapnya dengan dingin, rasa tidak suka dalam tatapannya sangat jelas.
Bibi Shui berkata, "Lan’er, sebentar lagi musim dingin, lihat betapa bagusnya kediaman ini. Kali ini kamu tak akan merasa dingin lagi. Layanilah Pangeran dengan baik. Kalau Pangeran bisa hidup satu hari lebih lama, maka kamu juga bisa menikmati berkah selama satu hari lagi."
Luolan malas meladeninya, dia hanya menatap pintu besar itu. Apa adalah tempat tinggalnya kelak?
Setelah beberapa saat, penjaga itu keluar.
"Hei, pengurus kediaman menyuruh kalian tunggu di halaman belakang sebentar. Dia akan memberi tahu Yang Mulia Selir Chang, karena Yang Mulai yang harus melihatnya sendiri."
Bibi Shui menggerutu sambil mengerutkan keningnya, "Orang itu sudah mau mati, apa yang mau dipilih? Sungguh merepotkan."
"Apa yang kamu katakan?"
Penjaga mengangkat pedang besar di tangannya, sambil bertanya, "Aku beri tahu, jangan bicara sembarangan setelah masuk ke dalam, juga jangan bergerak sembarangan. Tunggulah dengan tenang. Kalau kamu kehilangan kepalamu, jangan salahkan aku tak mengingatkanmu."
Mendengar hal ini, Bibi Shui langsung ketakutan hingga terus mengangguk.
Luolan dan Bibi Shui pun dibawa masuk ke halaman yang sepi. Ada dua orang yang menjaga di pintu, seolah-olah takut mereka akan kabur.
Ini halaman belakang Kediaman Pangeran, tapi sepertinya tidak ditempati untuk waktu yang lama, benar-benar sangat sepi.
Bibi Shui mondar-mandir dengan panik, sedangkan Luolan duduk dengan tenang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak mau bicara sedikit pun dengan Bibi.
Kalau bilang tidak membencinya, itu bohong. Namun, bagaimanapun juga, Bibi Shui sudah membesarkannya selama 17 tahun. Biarkan hubungan ini diputuskan dengan 1.000 koin perak itu.
Mereka menunggu di sini seharian, juga tidak ada yang peduli tentang makan siang mereka, seolah-olah sudah dilupakan orang.
Bibi Shui bertanya beberapa kali, tapi jawabannya tetap sama, yaitu menyuruh mereka menunggu. Karena tak berdaya, mereka hanya bisa menunggu.
Hingga menjelang malam, pintu halaman ini perlahan-lahan terbuka, Bibi Shui pun buru-buru menghampiri.
Wanita yang masuk pertama kali terlihat berusia 40-an tahun, berpakaian sangat mewah dengan perhiasan kepala yang indah, tapi ekspresinya sangat dingin. Itu adalah pengurus di Kediaman Pangeran.
Saat melihat Bibi Shui menunggu di pintu, pengurus kediaman pun langsung berteriak dengan dingin.