Bab 8 Memberi Pelajaran Pada Pelayan Yang Arogan
Tenaga Luolan sungguh besar, dia langsung mengangkat tubuh Pangeran Yu, memakaikan baju yang sudah dimodifikasi, lalu membaringkannya kembali dan mengancingkan bajunya.
Pangeran langsung merasa sekujur tubuhnya sangat nyaman, rasanya sangat bersih dan segar. Dia sudah sangat lama tidak merasakan hal ini, atau lebih tepatnya dia tak pernah mengganti pakaian selama setahun terakhir.
Tiba-tiba dia sungguh ingin berterima kasih pada gadis di depannya ini. Tak peduli apa pun tujuan gadis ini, tapi membiarkannya mengganti pakaian bersih sebelum meninggal, itu bisa membuatnya menemukan sedikit martabat yang tersisa.
Melihat Pangeran yang terbaring di ranjang, Luolan merasa selimutnya juga perlu diganti. Jadi, dia mengumpulkan sampah yang sudah dibersihkan dan membawanya ke luar, lalu berkata dengan ketus pada pelayan di luar, "Siapkan selimut baru untuk Pangeran."
Di depan pintu, Ru Yi menatapnya. Meski sekarang tidak ada yang mau bekerja di kediaman ini, tapi Selir Chang sudah mengeluarkan perintah bahwa harus melakukan segala perintah Tuan Putri yang baru ini.
Jadi, dia pun berkata pada pelayan lain yang ada di sampingnya, "Xiao Hong, ambilkan selimut baru."
Pelayan bernama Xiao Hong itu merespons, lalu pergi.
Luolan melemparkan sampah yang sudah dia kumpulkan ke depan Ru Yi, sambil berkata, "Buang sampah ini."
Ru Yi mengerutkan keningnya, bau dari sampah itu langsung menusuk hidungnya. Dia buru-buru menutup hidungnya, lalu berkata pada pelayan di sampingnya, "Cepat bawa pergi! Ini sungguh bau."
Meski pelayan itu merasa enggan, tapi dia tetap menutup hidungnya, lalu mengangkat sampah itu seolah-olah itu bom, lalu buru-buru membuangnya.
Luolan bertanya pada Ru Yi dengan dingin, "Siapa yang bertanggung jawab atas makanan Pangeran?"
Ru Yi menatapnya sambil mengerutkan kening, lalu menjawab, "Sekarang Pangeran hanya bisa minum sedikit air bubur, siapa pun bisa melakukannya."
Air bubur?
Luolan mendengus, ‘Orang-orang ini mungkin berpikir kalau makan banyak, nanti Pangeran akan lebih banyak buang air besar. Karena itu, mereka hanya memberinya air bubur saja. Pantas saja dia begitu kurus.’
Dia pun berkata pada Ru Yi, "Siang ini, tambahkan beberapa butir beras ke dalam bubur Pangeran, juga tambahkan sedikit gula merah."
Lagi pula, sekarang sudah ada Tuan Putri ini yang melayani Pangeran yang sekarat itu, maka makan apa pun tidak masalah. Ru Yi pun mengangguk dengan senang hati, "Saya akan segera memberi perintah. Apa ada perintah lainnya?"
Luolan menatapnya dan berkata, "Bawakan aku air panas dan beberapa handuk baru, juga seprai dan sarung bantal baru."
Ru Yi jelas tidak bersedia, tatapannya penuh dengan kebencian. Dia menggerutu pelan, "Pangeran sudah mau meninggal, untuk apa mengurusnya begitu detail?"
Mendengar ucapan ini, amarah yang tertumpuk di hati Luolan akhirnya meledak. Dia berjalan cepat ke depan Ru Yi, lalu menarik lengannya.
Saat Ru Yi menoleh, Luolan langsung menamparnya dengan keras dan memaki, "Kalau kamu tidak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan oleh pelayan, maka aku akan mengajarimu."
Jelas Ru Yi tidak sempat merespons, dia tak menyangka Luolan akan menamparnya. Dia menggertakkan giginya sambil memegang pipinya yang baru ditampar. Meski tidak terima, dia juga tidak berani banyak bicara. Orang di depannya ini adalah istri Pangeran. Meskipun besok dia akan mati, tapi hari ini dia masih berstatus putri. Selir Chang sudah berpesan bahwa harus memenuhi semua permintaan Tuan Putri yang baru ini. Bagaimanapun juga, dia datang untuk bersiap mati.
Karena itu, Ru Yi menggertakkan giginya, lalu berlutut.
"Tadi saya sudah salah bicara, mohon Tuan Putri jangan marah."
Luolan tersenyum tipis, tapi tatapannya menjadi lebih dingin.
Kalau dia tidak memberi pelajaran pada para pelayan ini, mereka mungkin saja juga akan menindasnya.
Memikirkan hal ini, tatapannya pun semakin muram. Dia berkata pada Ru Yi lagi, "Panggil semua pelayan ke halaman utama, ada yang mau aku sampaikan."
Ru Yi menggigit bibirnya, "Kalau ada pesan, Tuan Putri bisa mengatakannya padaku, aku akan menyampaikannya."
"Kamu yang menyampaikannya?"
Luolan tersenyum tipis,, lalu membungkuk dan menatap Ru Yi dengan sangat dingin. Sebesar apa pun nyali Ru Yi, dia juga sudah ditekan oleh aura Luolan. Memikirkan tamparan tadi, dia buru-buru mengubah ucapannya.
"Saya akan memanggil semua orang. Mohon Tuan Putri tunggu sebentar."
Setelah bicara begitu, Ru Yi menarik napas dalam-dalam, lalu buru-buru pergi ke halaman depan.
Luolan paling membenci orang-orang yang merendahkan orang lain. Para pelayan ini melihat Pangeran sakit parah, maka mereka begitu arogan. Kalau Pangeran berdiri di sini dalam keadaan sehat, mereka pasti sudah berusaha menyanjungnya.
Tidak lama kemudian, para pelayan membawa selimut, seprai, dan sarung bantal baru, serta handuk yang baru dan air panas.
Luolan tidak membiarkan mereka melayani Pangeran. Dia hanya menyuruh mereka meletakkan barang-barang itu, lalu mengusir mereka semua. Karena dia tahu bahwa orang-orang ini tak akan melayani Pangeran yang sudah sekarat ini dengan tulus. Daripada melihat tatapan menghina mereka, lebih baik Luolan melakukannya sendiri.
Bagaimanapun juga, dia adalah seorang dokter di kehidupan sebelumnya, sering mengoperasi orang. Dia sudah melihat semua bagian tubuh pria, maka dia menganggap pria di depannya ini sebagai pasiennya.