Bab 7 Paman tampan, apa kau kenal dengan Nana?
Setelah beberapa saat kemudian, dia seolah tersadar kembali.
“Ini… adalah anak haram itu? Mereka sudah sebesar ini?”
Felicia memang anak yang lincah. Karena dia mengira Evelynn adalah temannya Vienna jadi dengan bersemangat dia menjawabnya.
“Ya, aku umur lima tahun ini. Aku juga masih punya dua kakak laki – laki, umurnya juga lima tahun. Kami kembar tiga bersaudara.”
Vienna langsung menutup mulut Felicia.
Dia tidak ingin Evelynn mengetahui hal ini, namun Felicia adalah anak yang sangat bawel dan tidak bisa merahasiakan sesuatu.
"Kembar tiga?"
Evelynn bahkan tampak lebih terkejut lagi, “Kau hebat juga yah. Tidak, tidak, seharusnya si bandot itu. Pantas saja penampilanmu sangat lusuh, tidak mudah yah membesarkan tiga anak?”
Terpikir akan hal ini, dia merasa senang dan bangga.
Memangnya kenapa kalau Vienna masih hidup? Sekarang Vienna hanyalah setumpuk lumpur di tanah sementara dia sendiri sebentar lagi akan menjadi nyonya muda dalam keluarga Prescott. Sebuah status yang tidak akan pernah Vienna dapatkan!
Felicia menatap wajahnya lalu menatap wajah mamanya lagi. Kemudian dia merasa bahwa tante ini sepertinya bukan temannya Nana.
Felicia mengerutkan bibirnya dengan sedikit marah, matanya yang besar dan indah itu tampak berubah. Kemudian dia turun dari kursi dan menyentuh rok putihnya dengan tangan mungilnya yang berminyak.
"Rok-mu sangat cantik!"
Kau mengatai Nana lusuh, memangnya kau tidak? Sekarang aku kotori rok-mu itu.
Evelynn langsung berseru, “Apa yang kau lakukan? Apa kau tahu seberapa mahalnya rok ini?”
Dia mengangkat tangannya dan hendak memukul Felicia namun dengan cepat Vienna meraih pergelangan tangannya sehingga membuat Evelynn sangat marah dan memaki.
“Vienna, anak haram ini sama menyebalkannya denganmu.”
Begitu dia selesai berbicara, Vienna langsung memberikan tamparan keras di wajahnya.
“Evelynn, perhatikan ucapanmu. Kau sendiri yang anak haram.”
Evelynn tampak sedikit terkejut dengan tamparannya ini. Berani – beraninya gadis ini memukulinya. Lalu dengan ganas dia mencoba untuk menjambak rambut Vienna dengan kejam namun dia dihempaskan oleh Vienna hingga terhuyung – huyung dan menabrak seorang pelayan dengan nampan di tangannya. Sup yang ada di nampan itu langsung terciprat ke seluruh tubuhnya.
Emosi Evelynn langsung tersulut. Dia menoleh dan menatap Vienna dengan penuh kebencian kemudian dia bergegas menghampir Vienna.
“Vienna, aku habisi kau.”
Vienna langsung mengelak dan menjatuhkan dirinya ke arah Ray dan mendorongnya mundur beberapa langkah hingga hampir menabrak Brian.
“Pak Brian, apa kau tertabrak olehku?”
Ray tampak gugup lalu memaki.
“Wanita gila dari mana ini, apa tidak tahu tempat apa ini? Kau hampir saja menabrak CEO Brian kita ini.”
Begitu Evelynn mendengar ucapannya ini, dia langsung mengangkat kepalanya yang tampak acak – acakan kemudian matanya terangkat sedikit lalu dengan cepat mundur beberapa langkah sambil menunjuk ke Vienna yang berada tidak jauh darinya.
“Brian, dia menjahatiku.”
Brian mengangkat kepalanya dan mendapati seorang wanita yang mengenakan sweater putih dengan celana jins skinny warna biru. Pakaiannya tampak sederhana namun jika dibandingkan dengan penampilannya yang menyedihkan pada saat di RS waktu itu, dia tampak sangat cantik hari ini.
Terutama matanya itu, mata yang hitam, besar dan berkilau, seterang bintang di langit malam.
Brian tertegun. Sepasang matanya itu terasa familiar seolah – olah mereka sudah kenal lama.
Melihat dia yang tidak berbicara lalu Evelynn tampak tercengang kemudian menghampirinya.
“Brian, kau adalah tunanganku. Kau harus membantu dan membelaku.”
Begitu Brian mendengar ucapannya ini lalu dia meliriknya dengan tatapan datar.
“Nona Harrison, kau sangat cepat beradaptasi dalam permainannya.”
Evelynn tampak sedikit bingung. Dia takut bahwa Brian akan memberitahunya bahwa hubungan mereka ini palsu. Dengan begitu dia akan gagal untuk berpura – pura di depan Vienna.
Felicia tampak sangat kecewa sekali ketika melihat paman tampan yang mirip seperti kakaknya itu bersama dengan wanita jahat di depannya. Lalu dengan berpura – pura berakting, dia berlari menghampiri Evelynn dan berkata,
“Bibi, maafkan aku. Aku bukan sengaja ingin mengotori rok-mu itu. Jangan pukul aku dan jangan pukul mamaku juga, oke?”