Bab 7 Mandi Bareng
Singkat cerita, aku dan Hani sudah menyelesaikan makan kami dan kami bergegas untuk kembali pulang. Di jalan, entah kenapa terdapat kesunyian yang membuat suasana menjadi canggung, aku sempat berpikir kalau Hani marah padaku, namun tangannya dan tanganku tidak pernah lepas kecuali saat aku sedang memegang persneling atau rem tangan, dan setelah itu dia lanjut memegang tanganku dan mengarahkannya ke pahanya. Dan tak terasa kami sudah sampai di apartemen Hani, dan dari saat kami keluar mobil, Hani terus menempelkan dirinya padaku, seperti menggandeng tanganku dan memposisikan tubuhnya seperti ingin untuk dipeluk atau dirangkul.
Kami sudah memasuki Flat Hani, dan aku langsung duduk di sofa, Hani membuka sepatunya terlebih dahulu dan kemudian menyusulku duduk di sofa dan sama seperti tadi, dia terus menempelkan dirinya padaku, saat ini dia bersandar di dadaku dan mengelus-elusnya. Sekitar 5 menit posisi kami seperti ini dan Hani tiba-tiba mencium pipiku.
"Hani sayang Bayu. Cpphhh" ucap Hani yang disusul dengan kecupannya pada pipiku.
"Bayu sayang Hani" balasku sambil mengelus-elus kepalanya. Kami sempat terdiam lama sebelum akhirnya Hani berdiri.
"Bay aku mau mandi dulu ya" ucapnya.
"Okay" balasku. Namun kemudian Hani kembali berbicara.
"Ummm.... Kamu... Mau ikut aku mandi, ngga?" ucap Hani yang membuatku kaget, ini Hani lagi bercanda atau gimana?
"Is this a joke?" balasku yang tak percaya dengan kata-katanya.
"Pintu kamar mandi gabakal aku kunci, jadi kamu kalau mau nyusul bisa langsung masuk, and I'll show you whether I'm joking or not" ucap Hani yang kemudian berjalan kedalam kamar mandi.
Pikiranku kacau. Di satu sisi, aku ingin menyusulnya kedalam dan ikut mandi bersamanya, namun di sisi lainnya, aku takut kalau ini hanya jebakan yang dia siasatkan. Aku sempat memikirkan ini selama beberapa menit, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk mengambil resiko dan menyusulnya ke kamar mandi. Di saat aku masuk ke dalam, kulihat pintu showernya tertutup dan kacanya berembun, dan kulihat pakaian Hani semuanya sudah digantung, bahkan beserta dengan pakaian dalamnya, jadi bisa kupastikan kalau Hani sedang bugil di dalam ruangan shower itu. Akupun mendekati pintu kaca shower tersebug dan mengetuk pintunya.
"Han?" ucapku.
"Masuk aja, sayang" balasnya.
Meski dilema, akhirnya aku memutuskan untuk membuka semua pakaianku dan membuka pintu kaca tersebut dan aku tidak mempercayai pemandangan apa yang sedang kulihat.
Kulihat Hani sedang membilas kulit bening dan mulusnya dengan air dan membasahi bagian tubuh yang lainnya. Tubuh Hani begitu indah, payudaranya yang tidak kecil namun tidak besar yang perfect dan ditambah dengan pantat yang tak kalah mulus membuat juniorku berdiri dengan sangat tegap. Selain itu, rambutnya yang panjang seleher dicepol seperti wanita kantoran membuat Hani terlihat lebih sensual.
"Gimana? Aku nggak bercanda, kan?" ucap Hani dengan tatapannya yang seolah-olah meledekku. Aku hanya tersenyum dan kemudian menyusul Hani untuk membilas tubuhku dengan air. Dibawah air shower ini, aku memeluk Hani dari belakang dan Hani memegang tanganku.
"Iya, Han?" balasku.
"Janji ke aku kalo kamu gabakal masukin punya kamu ke punya aku" ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Akupun membalas jari kelingking tersebut dan membalas perkataannya.
"Pinky Promise" ucapku. Hani pun kemudian membalikkan badannya dan kami mulai berciuman. Ciuman ini memberi sensasi yang berbeda dari sebelumnya, dikarenakan saat ini kami sudah tidak menggunakan apa-apa sehingga kami bersentuhan dari kulit ke kulit. Ciuman inipun tidak seperti biasanya yang bisa dibilang cukup liar. Kemudian aku menggendong Hani dan menyandarkan badannya ke kaca shower dan memindahkan ciumanku dari mulutnya berpindah ke mengulum payudaranya.
"Ahhhh.... Mmmmhhh... Terusinn sayanggg... Ayooo... Netek sama akuuu...." ucap Hani sambil mengelus-elus rambutku. Aku terus mengulum putingnya dan menggelitikinya dengan lidahku yang membuat Hani menjadi makin gelinjangan, dan karena tubuh Hani sedang kugendong, kontolku dan memek Hani terus bergesekan membuat Hani menjadi semakin liar dan Hani memberhentikan kenikmatan ini.
"MMMHHH.... AHHHH... ENAKK BANGETTTT... BAYY BERENTI SEBENTAR..... AKU NGGAK KUATTT!!!!" aku yang panik karena teriakan Hani yang tiba-tiba pun menurukan badannya.
"Hhhhh... Sebentar ya sayangg... Hhhh... Hhhhh.. Aku mau mandi dulu..." ucap Hani sambil mengambil napasnya. Hani pun mengambilkan sabun dan memberikannya kepadaku.
"Sabunin aku, sayang" ucapnya. Tanpa berpikir lama, akupun mulai mengoleskan sabun ini ke badan Hani dan aku sengaja melamakan olesanku di payudaranya membuat dia menjadi keenakan.
"mmmmhh... Ahhhh..." desah manja Hani. Sudah puas dengan payudaranya, aku menurunkan tanganku ke bagian perutnya dan mengoleskan sabun ini. Akupun iseng untuk menurunkan tanganku ke memeknya dan Hani kembali mendesah kenikmatan sebelum akhirnya menarik tanganku kembali keatas.
"ahhhh... Sayanggg... Mmmhhhh... Bandel yahhh... Ahhhh...." desah Hani dan kemudian aku mengarahkan tanganku ke bagian punggungnya, dan kemudian aku kembali iseng dengan menepuk kecil pantat mulusnya dan Hani tersentak kaget namun tertawa setelah itu. Setelah itu aku menyabuni kakinya dan Hani menyabuni tangannya dan setelah itu Hani melepaskan ikatan rambutnya dan membasahi badannya dibawah pancuran air. Setelah selesai membilas badannya dan aku juga telah selesai menyabuni badanku dan membilasnya, Hani merangkul leherku dan aku merangkul pinggulnya.
"Bay" ucap Hani.
"Iya, Han?" balasku.
"Badan aku bagus, nggak?" tanyanya. Aku tersenyum melihat Hani yang menatapku dengan wajah lugunya.
"Bukan cuma badan kok. Muka, rambut, dan personality, you're perfect to me" dan kami kembali berciuman. Aku kembali menggendong Hani dan kami sempat berciuman di dalam shower ini sebelum akhirnya sambil menggendong Hani aku membawa Hani keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan bugil. Hani yang tadinya tidak menyadari pun kaget ketika kami sudah berada di luar dan melepaskan ciumannya.
"Bayy, ihhh Bandel bangetttt. Nanti keliatan orangggg" ucap Hani pelan namun seperti teriak. Akupun kembali mencium bibirnya lagi sebelum melepaskan ciumannya untuk menjawab perkataannya.
"Nggak kokk, kan kamu tutup pake gorden kacanyaa" balasku. Hani yang kemudian sadar pun kembali menciumiku dan aku mendudukkan diriku di sofa dan memposisikan Hani duduk di pangkuanku dan posisi ini membuat kontolku terjepit dengan badanku dan badannya. Bosan dengan posisi ini, aku menidurkan Hani di sofa dan memosisikan badanku seolah kita sedang melakukan seks dengan gaya missionary dan kami kembali berciuman.
"mmmhhh.... Ccuppp... Ahhhh... Sayangg.... Aku keenakann...." desah Hani. Tak lama setelah itu, Hani melepaskan ciumannya.
"Sayang, pindah ke kamar aja, yuk" ajaknya. Akupun mengiyakan dan kembali menggendongnya dan menuju ke kamarnya. Setelah masuk ke kamarnya, Hani memintaku untuk menurunkan badannya.
"Sayang, turunin aku dong, kamu tiduran di kasur duluan ajah" ucapnya. Akupun langsung menaiki kasur tersebut dan menidurkan diriku disitu. Di sisi lain, Hani menyalakan AC kamarnya dan mencari sesuatu di meja riasnya.