Chapter 8 Dalam Bahaya Part 2

Aku kembali mencoba melarikan diri, tapi pria itu berhasil menangkapku. Dia memegangi tubuhku, mengunci pergerakanku karena dia memelukku dari belakang sekarang. Aku mencoba melawan dengan memberontak hebat. Kedua tanganku memukuli lengan kekar si pria yang semakin memelukku erat dari belakang. Kedua kakiku pun tak tinggal diam, tak hentinya menendang dan menginjak kakinya. Tapi tubuhku tak bisa digerakkan lagi ketika kedua pria itu kini mencengkeram tubuhku dengan erat. Kedua tanganku dipegangi sehingga tak sanggup lagi melakukan perlawanan apa pun. Salah satu dari mereka mulai menciumi leherku. Aku berteriak sekencang-kencangnya namun tak ada seorang pun yang datang untuk menyelamatkanku. Aku meronta-ronta, ketika kini hanya satu orang yang memegangiku. Air mataku semakin deras mengalir ketika pria yang menciumi leherku itu bermaksud merobek pakaianku. Dia menarik kardigan tipisku paksa sehingga robek di beberapa bagian. Aku tak menyerah untuk melawan mereka. Kutendang pria yang berdiri di depanku, dia pun merintih kesakitan. Aku berontak dengan hebat dan aku berlari sekencang-kencangnya begitu cengkeraman pria di belakangku terlepas. “GADIS KURANG AJAR!! BERHENTI KAU !!” Mereka masih mengejarku, aku berlari sekencang yang kubisa. Sayangnya kecepatan lari mereka melebihiku sehingga dengan mudah mereka berhasil menyusulku. Kini jarak kami sangat dekat dan sekali lagi mereka berhasil menangkapku. Aku hendak berteriak meminta tolong tapi salah satu dari mereka membekap mulutku. Lalu dengan paksa mereka menyeret tubuhku mendekati sebuah mobil yang sudah terparkir. Mungkin itu mobil mereka. Salah satu pria duduk di kursi kemudi sedangkan yang satu masih memegangiku erat. “Lepaskan aku, apa yang kalian inginkan?!” Aku membentak mereka. Alih-alih menjawab, mereka justru menertawakanku. Mobil pun melaju tanpa mampu aku melarikan diri. Aku tak tahu kemana mereka akan membawaku. Dan pertanyaan ini terjawab saat mereka berhenti di lahan perkebunan yang kosong. Ada banyak ilalang yang tumbuh tinggi, liar dan tidak terawat. Begitu mobil berhenti sempurna, aku bergegas membuka pintu mobil, aku berniat berlari namun pria di sampingku sudah sangat mampu memprediksi rencanaku sehingga dia memegangiku sebelum sempat diriku keluar dari mobil. Bersama-sama mereka membopongku yang terus berteriak dan meronta. Naasnya tak ada siapa pun di sini, tak ada seorang pun yang bisa kumintai tolong. Setibanya di lahan ilalang, mereka menjatuhkan tubuhku sehingga aku terjatuh dalam posisi menelungkup di tanah. Aku tak sanggup malawan tenaga kedua pria ini yang jelas jauh lebih kuat dariku. Dengan paksa mereka membalik posisi tubuhku menjadi terlentang. Salah satu pria kembali menciumi leherku, dia berniat mencium bibirku namun aku terus menghindarinya semampuku. Sedangkan pria yang satu lagi sibuk memotretku. Entah apa tujuan mereka melakukan ini padaku? Tenagaku terkuras habis, aku bahkan tak sanggup lagi melawan tubuh pria yang kini sedang menindihku. Aku tak ingin menyerah tapi aku sudah tak memiliki tenaga lagi untuk melawan. Ketika bibir pria itu sedikit lagi akan menyentuh bibirku, tiba-tiba beban berat yang menindihku menjauh, dan terdengar suara pukulan. Aku menatap ke arah depan dan betapa leganya ketika kutatap sosoknya yang kini berdiri di depanku. Orang yang begitu kuharapkan kehadirannya, kini benar-benar ada di hadapanku. Kyo berkelahi dengan kedua pria itu, perkelahian mereka cukup sengit yang menandakan mereka sama-sama lihai dalam bela diri. Kyo dikepung oleh dua orang yang menyerangnya dengan bertubi-tubi. Satu orang melayangkan pukulan, namun Kyo mampu menangkisnya dengan mudah. Pria yang lain mengeluarkan sebuah senjata tajam dari pinggangnya, sebuah golok yang bilahnya terlihat mengkilat. Aku membekap mulut, tak kuasa menyaksikan saat pria itu berniat menebaksan golok ke arah Kyo. Beruntung Kyo berhasil menghindarinya, dengan gesit dan lincah Kyo terus melompat ke belakang. “Awas, Kyo!” Refleks aku berteriak, memperingatkannya saat pria yang lain kini berniat menyerangnya dari belakang. Pria itu bersiap melayangkan pukulannya di kepala Kyo. Kyo yang mendengar teriakanku, menendang si pria yang ada di belakangnya sehingga pria itu jatuh terjengkang. Sedangkan pria yang nyaris menghunuskan goloknya pada kepala Kyo itu berhasil dihentikan. Kyo menangkap bilah golok yang begitu tajam, membuat darah merembes dari telapak tangannya yang mungkin robek karena menahan golok yang tajam. Air mataku semakin deras mengalir, aku ingin menyelamatkan Kyo, tapi tak tahu apa yang bisa kulakukan. Aku pun berteriak meminta tolong karena sadar hanya ini yang bisa kulakukan. Namun, pria yang satunya telah kembali berdiri, dia berlari menghampiri dan nyaris saja berhasil menangkapku lagi. Aku memberontak, kupungut ranting pohon yang tergeletak di dekat kakiku lalu kuayun-ayunkan untuk menyerangnya. Pria itu menangkap ranting di tanganku dan merebutnya dengan mudah. Sambil memasang seringaian di wajahnya, dia mematahkan ranting itu dengan begitu mudahnya. “Arrrggh!” Atensiku dan si pria teralihkan oleh suara teriakan yang tiba-tiba terdengar. Seketika kuembuskan napas lega begitu melihat Kyo berhasil membalik keadaan. Dia berhasil merebut golok dan situasi berbalik karena kini Kyo sedang mengunci pria itu dengan menahannya dari belakang disertai bilah tajam golok yang menempel di kulit leher si pria. Bahkan darah sudah merembes dari kulit lehernya yang sedikit tergores golok. Aku semakin menyadari betapa hebatnya Kyo karena dengan mudahnya dia berhasil membalikkan keadaan. “Jangan bergerak atau aku akan mengiris leher temanmu?!” Kyo mengancam, pria di depanku sekarang tak mampu berkutik lagi. Keadaan ini kumanfaatkan untuk berlari menghampiri Kyo. Aku kini berdiri di sampingnya. “Kenapa kalian melakukan ini padanya? Katakan yang sebenarnya jika kalian ingin selamat!!” bentak Kyo sembari semakin menempelkan golok pada leher pria yang sedang dia jadikan sandera. “M-Maafkan kami, kami hanya menerima perintah dari seseorang,” jawab pria yang dijadikan sandera dengan suara bergetar, menahan takut. “Siapa yang memerintahkan kalian melakukan ini?” Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat menjawab pertanyaan Kyo. Kyo terlihat murka, dia semakin menempelkan bilah golok sehingga darah segar pun kembali mengalir dari leher si pria yang bergetar ketakutan. “No-Nona Akemi, dia yang memerintahkan kami.” Seketika itu pun aku terbelalak. Akemi, aku tak pernah mengira dia tega melakukan ini padaku. “Dia memerintahkan kami untuk menodai gadis itu dan memotretnya.” Aku terkulai lemas mendengar pengakuan kedua pria itu. “Mohon lepaskan kami. Kami hanya mengikuti perintah,” pinta pria itu dengan tubuh yang semakin gemetaran hebat, pasalnya Kyo tidak main-main seolah dia benar-benar akan mengiris lehernya dengan golok. “Hentikan, Kyo. Sudah cukup,” kataku. Kyo terbelalak, “Tapi, mereka ....” Aku menggelengkan kepala sembari menyentuh lengan Kyo. Wajahku sudah penuh dengan air mata, lututku pun terasa lemas hingga nyaris tak sanggup lagi menahan keseimbangan tubuh. Pengakuan kedua pria itu membuatku syok tiada tara. Tak kusangka Akemi setega ini padaku. Melihatku yang nyaris tumbang, Kyo melepaskan pria yang disanderanya. Dengan gesit Kyo menopang tubuhku yang oleng dan nyaris terjatuh, “Hanna kau baik-baik saja? Aku tidak datang terlambat, kan?” Kyo bertanya dengan raut khawatir yang kentara, dia membantuku berdiri. Aku menggelengkan kepala untuk menenangkannya, berbohong dengan mengatakan diriku baik-baik saja, meskipun kenyataannya tidak demikian. Setelah mengetahui teman sekelasku berniat mencelakakanku sekejam itu, tentunya aku sama sekali tidak baik-baik saja sekarang. Aku bersyukur Kyo datang tepat waktu, terlambat sedikit saja, aku tak sanggup membayangkan yang terjadi padaku. Kedua pria itu sepertinya sudah melarikan diri karena aku tak melihat sosok mereka lagi. Kamera yang digunakan untuk memotretku tergeletak di tanah. Kyo menginjak-injaknya sehingga kamera itu pun hancur berantakan. “Ayo pulang, aku akan mengantarmu.” Aku tak hentinya menangis, sedangkan Kyo hanya berjalan di sampingku sembari memapahku. Dia membawaku ke tempat motornya berada. Motor itu dalam kondisi tergeletak di tanah, bukti dia langsung berlari untuk menolongku tanpa mempedulikan motornya. “Tunggu sebentar,” katanya sembari mendirikan motornya. “Ayo, naik!” Aku hendak naik ke atas motornya, namun urung begitu melihat darah yang masih menetes keluar dari telapak tangannya yang robek karena tadi menahan golok. “Tanganmu terluka,” ucapku lirih, kusentuh lengannya sembari kuperiksa keadaan telapak tangannya. Luka robek itu memanjang dan cukup dalam. Aku meringis, pasti rasanya perih sekali. “Aku baik-baik saja,” jawabnya. Namun tak kupercayai. Dia terluka seperti ini gara-gara aku. Aku merobek kain kardigan yang kukenakan yang memang sudah robek di beberapa bagian karena ulah kedua pria itu. Lalu, aku membalut luka di telapak tangan Kyo dengan kain itu. “Maaf,” kataku dengan kepala tertunduk. Air mataku yang sempat berhenti mengalir, kini kembali berjatuhan. “Jangan meminta maaf. Kau tidak salah apa pun.” “Aku selalu merepotkanmu. Sekarang kau terluka karena aku.” Isak tangisku semakin menjadi. Kyo mendengus sebelum tiba-tiba menyentuh daguku, mendongakan wajahku yang tertunduk sehingga kini mata kami saling tatap. “Berapa kali harus kukatakan, aku ini pelindungmu sekarang. Aku senang kau menghubungiku tadi.” “Terima kasih.” “Ucapkan itu nanti jika kau sudah tiba dengan selamat di rumahmu.” Kyo tersenyum tipis di akhir ucapannya. Dia mengambil helm yang tergeletak di tanah, kemudian memakaikannya di kepalaku. Setelahnya dia naik ke atas motornya. “Ayo, naik,” ajaknya. Kali ini aku tak menolak atau berkomentar apa pun lagi, bergegas aku naik ke motornya. Seperti saat itu, kali ini pun dia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi layaknya seorang pembalap. Sesampainya di depan rumah aku berusaha mengusap air mata dan merapikan pakaianku yang berantakan, aku tak ingin ibu melihat keadaanku yang kacau ini. “Terima kasih sudah datang dan menyelamatkanku,” Sekali lagi kuutarakan rasa terima kasihku padanya. “Ya, cepat masuklah ke dalam dan beristirahat.” Aku mengangguk patuh. Aku berbalik badan dan bersiap pergi ketika tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku pun kembali berbalik menghadapnya. “Aku belum mengembalikan saputangan dan jaketmu. Tunggulah sebentar di sini, aku akan mengambilnya sebentar.” “Tidak perlu, jaket dan saputangan itu milikmu sekarang.” Aku terbelalak, terkejut tentu saja, “Ta-Tapi ....” “Anggap saja jaket dan saputangan itu aku, jika aku sedang tidak bersamamu. Jangan takut lagi, aku akan selalu menjadi pelindungmu.” Sungguh aku terharu mendengarnya. Tidak diragukan lagi, dia begitu baik dan mempedulikanku. “Terima kasih, Kyo,” ucapku, berterima kasih untuk yang kesekian kalinya. “Besok, tunggu aku di depan gerbang,” ucapnya, membuatku melongo karena terheran-heran. “Eh, kenapa?” “Sudahlah, turuti saja perkataanku.” Melihat keseriusan di wajahnya, aku tak memiliki pilihan selain mengangguk patuh, “Baiklah kalau begitu,” sahutku. Setelah menyunggingkan seulas senyum untuknya, aku melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkannya yang masih berdiri sambil menatapku. Setibanya di dalam kamar, aku baru ingat belum menanyakan bagaimana caranya dia bisa menemukanku barusan. Aku mengintip keluar melalui jendela kamar, sosok Kyo beserta motornya sudah melesat pergi. Pertanyaan ini mungkin bisa kutanyakan langsung padanya besok.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Prolog Chapter 2 Pertemuan Chapter 3 Menjadi Pelindungku Chapter 4 Keanehan Chapter 5 Perdebatan Konyol Chapter 6 Semakin Misterius Chapter 7 Dalam Bahaya Part 1 Chapter 8 Dalam Bahaya Part 2 Chapter 9 Tak Ingin Berurusan Lagi Dengannya Chapter 10 Harus Meminta Maaf Chapter 11 Kembali Berbaikan Chapter 12 Kyo Dan Mantan Kekasihnya Chapter 13 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Part 1 Chapter 14 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Part 2 Chapter 15 Dia Seorang Berandalan Chapter 16 Kecerobohanku Part 1 Chapter 17 Kecerobohanku Part 2 appChapter 18 Permintaanku Part 1 appChapter 19 Permintaanku Part 2 appChapter 20 Mimpi Yang Menjadi Kenyataan Part 1 appChapter 21 Mimpi Yang Menjadi Kenyataan Part 2 appChapter 22 Dia Mengabulkannya appChapter 23 Hubungan Yang Terungkap appChapter 24 Indahnya Jatuh Cinta appChapter 25 Kencan Pertama appChapter 26 Sesuatu Yang Mengganjal Pikiran appChapter 27 Ajakan Yang Beresiko appChapter 28 Kesucian Yang Terenggut appChapter 29 Kesalahan Terbesar appChapter 30 Kesalahan Yang Terulang appChapter 31 Janji Untuk Selalu Bersama appChapter 32 Dia Kembali appChapter 33 Kabar Mengejutkan appChapter 34 Amarah Ibu appChapter 35 Alasan Merasa Hancur appChapter 36 Tekad Untuk Tetap Bersama appChapter 37 Keputusan Ibu appChapter 38 Misteri Tentangnya appChapter 39 Siapa Yang Berbohong? appChapter 40 Festival Sekolah appChapter 41 Kesetiaan Yang Meragukan appChapter 42 Nama Untuk Sang Bayi appChapter 43 Sesuatu Yang Hilang appChapter 44 Kenyataan Menyakitkan appChapter 45 Perlakuan Kejamnya appChapter 46 Tak Ingin Jatuh Cinta Lagi appChapter 47 Seorang Penolong Baru appChapter 48 Perpisahan appChapter 49 Pernyataan Cinta appChapter 50 Kemantapan Hati appChapter 51 Pertemuan Kembali appChapter 52 Luka Lama Yang Kembali Menganga appChapter 53 Katakan Kau Mencintaiku appChapter 54 Harus Mencintainya appChapter 55 Kebohongan Yang Lain appChapter 56 Membuat Pengakuan appChapter 57 Perubahan Yang Mencurigakan appChapter 58 Pertemuan Yang Tak Diharapkan appChapter 59 Tekad Untuk Setia appChapter 60 Pria Misterius appChapter 61 Nostalgia Masa Lalu appChapter 62 Haruskah Kuizinkan Dia? appChapter 63 Dejavu appChapter 64 Situasi Berbahaya appChapter 65 Terjepit Situasi Membingungkan appChapter 66 Semakin Berbahaya appChapter 67 Mereka Akan Bertemu appChapter 68 Ini menyebalkan appChapter 69 Dia Menghilang appChapter 70 Tak Mungkin Menolak appChapter 71 Kencan Ganda appChapter 72 Janji Yang Terlupakan appChapter 73 Harus Melupakannya appChapter 74 Permintaan Yang Menyayat Hati appChapter 75 Seolah Bisa Membaca Pikiran Dan Isi Hati appChapter 76 Kali Ini Tidak Akan Kalah appChapter 77 Bukan Mainan Lagi appChapter 78 Harus Keluar Sebagai pemenang appChapter 79 Saatnya Mengucapkan Selamat Tinggal appChapter 80 Permintaan Terakhir appChapter 81 Yang Kupilih Menjadi Pendamping appChapter 82 Haruskah Kuterima? appChapter 83 Inilah Jawabanku appChapter 84 Hari Bahagia appChapter 85 Dia Membohongiku appChapter 86 Pertemuan Yang Mengejutkan appChapter 87 Kondisinya Membaik appChapter 88 Meninggalkanku Untuk Selamanya appChapter 89 Pengakuan Ibu appChapter 90 Kebenaran Tentangnya appChapter 91 Kejahatan Tak Termaafkan appChapter 92 Tempat Yang Aku Inginkan appChapter 93 Sudah Tidak Ada Lagi Kesempatan appChapter 94 Ikuti Bisikan Hati appChapter 95 Kebahagiaanku Adalah Bersamamu appChapter 96 Mengambil Keputusan appChapter 97 Pengakuan appChapter 98 Terima Kasih Hanna appChapter 99 Restu Dari Ayahnya appChapter 100 Cinta Yang Kembali Bersemi appChapter 101 Epilog app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta