Bab 4 Keburukan Keluarga Subito
Desica membelalakkan mata. Jadi, Gino mengira dia melakukan ini karena Johan?
"Bukan begitu! Aku hanya mau membantu." kata Desica yang gugup. Dia lalu menunduk. "Lagipula, aku juga tidak menyukai Johan."
Di kehidupannya yang kali ini, dia tidak akan lagi berusaha menjilat Keluarga Sumarko ataupun Keluarga Subito. Usai berkata demikian, Desica lalu berbalik dan pergi. Membuat Gino mengernyit menatap kepergiannya.
Ketika sudah boleh pulang dari rumah sakit, sebuah mobil Poussin milik Keluarga Sumarko terlihat di parkiran rumah sakit untuk menjemput Bianca. Jacky membukakan pintu untuk Bianca, sementara Justine di belakang mereka terlihat membantu membawakan tas adiknya. Mereka bertiga asyik mengobrol sambil berjalan ke mobil. Mobil itu kemudian melaju pergi tanpa mempedulikan kehadiran Desica.
Desica berdeham, sama sekali tidak kecewa. Tapi kemudian dia merasa benar-benar ingin kabur saja dari keluarganya. Karena mau sekaya apapun Keluarga Sumarko, tidak ada untungnya juga baginya. Dia hanya lelucon di mata mereka.
Keluarga Sumarko tinggal di kawasan pabrik pakaian, dengan 3 lantai yang memiliki dekorasi unik. Halaman rumah mereka terlihat sangat indah. George mengundurkan diri dari pekerjaan utamanya dan memilih untuk mulai berbisnis. Bisa dibilang hal itu adalah keputusan yang tepat. Sebab dalam beberapa tahun terakhir dia berhasil meraup banyak untuk dari menjalankan usaha pakaian. Bahkan sampai bisa memberdayakan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.
Karena sekarang masih jam kerja, jadi hanya ada segelintir orang yang terlihat bersantai di halaman. Ada beberapa paman yang terlihat asyik bermain catur, begitu juga beberapa bibi yang duduk di bawah pohon sambil membawa kipas dan bergosip. Mereka tidak kaget melihat Desica yang baru pulang hanya dengan membawa tas selempang. Tapi mereka tak tahan untuk menunjukkan keprihatinannya.
"Desica, kenapa kamu pulang sendiri? Bukankah kakak tertua dan kakak ketigamu pergi membawa mobil ke rumah sakit untuk menjemput Bianca? Kenapa kamu tidak ikut pulang bersama mereka?"
Dari nada bicaranya, Bibi Ayu terdengar iri saat membahas tentang mobil. Keluarga Sumarko memang dikenal paling kaya di lingkungan tersebut. Semua orang iri pada mereka.
Bibi Ayu ini terkenal sebagai tukan gosip yang suka ikut campur urusan orang. Dia tahu semua masalah keluarga orang-orang di lingkungan ini. Dia tahu siapa yang sedang menyusun rencana jahat, baik itu pencurian berskala kecil, siapa yang selingkuh, atau siapa suami yang diam-diam pergi ke tempat prostitusi. Dia tahu semuanya.
Bibi Ayu ini sepertinya juga penasaran dengan urusan Keluarga Sumarko. 'Dulu, aku jawab apa ya?' pikir Desica.
Dulu dia selalu berusaha menjaga nama baik Keluarga Sumarko. Dia bilang kalau dia mabuk kendaraan kalau naik mobil, dan memilih pulang jalan kaki. Tapi kali ini dia tak akan melakukannya. Dia tidak lagi ingin melindungi nama baik Keluarga Sumarko, jadi dia tidak akan berbohong.
"Aku sebenarnya mau ikut naik mobil, tapi Bianca bilang kalau aku kotor dan dilarang naik mobil. Jadi, mau bagaimana lagi? Bi, apa Bibi tahu, aku tinggal di gudang kotor di rumah. Bau busuk langsung menyengat begitu aku masuk ke sana. Kamarnya benar-benar tidak nyaman, apalagi di cuaca panas begini." ujar Desica dengan sengaja. "Aku bahkan tidak bisa makan di meja makan kalau Bianca belum selesai makan. Pakaian yang kupakai juga pakaian pemberiannya yang jelek dan dia sendiri tidak mau pakai. Ransel ini juga darinya. Karena dia tidak mau memakainya, makannya aku yang pakai."
Para bibi yang mendengarnya pun terlihat menghela napas, merasa simpati padanya. Padahal Keluarga Sumarko kaya, tapi kenapa pelit sekali? Mereka memperlakukan anak kandung mereka seperti pembantu, dan malah memanjakan anak adopsi. Benar-benar tidak adil. Memang hanya Keluarga Sumarko yang bisa melakukan hal seperti itu. Padahal biasanya yang terjadi malah sebaliknya.
"Anak baik, sudah jangan menangis. Apa-apaan keluargamu itu? Kalau aku punya cucu sebaik kamu, aku pasti akan memanjakannya. Aku tidak habis pikir dengan mereka itu, hm …."
"Padahal kulihat mereka biasanya memperlakukanmu dengan baik, rupanya mereka hanya pura-pura. Tak kusangka mereka bisa sepelit ini pada anak sendiri padahal keluarga kaya. Keterlaluan!"
Desica senang mendengar tanggapan orang-orang ini. Dia harap kabar ini bisa menyebar luas. Dia mau lihat apakah keluarganya akan terus berpura-pura.
"Sudah dulu ya, Bi. Aku harus segera pulang untuk masak. Kalau tidak nanti orang tua dan kakakku marah karena pulang telat."
Dia tidak bohong. Keluarga Sumarko memang menyukai masakan Desica. Entah sejak kapan, selain harus pergi kuliah setiap hari, dia juga perlu memasak 3 kali sehari untuk makan bersama keluarga. Semua karena Bianca tidak pernah mau makan masakan pembantu di rumah, jadi Desica harus bangun pagi dan tidur telat demi menyiapkan makanan untuk keluarganya. Tapi kali ini dia enggan melakukannya lagi.
Bibi Ayu yang penasaran pun tak tahan untuk bertanya, "Bukannya Keluarga Sumarko punya pembantu? Kenapa kamu yang harus masak?"