Bab 6 Terbebas dari Jerat
Johan menatap dingin Desica yang berdiri di depannya, "Aku akan memutuskan pertunangan kita kalau kamu tidak mau minta maaf pada Bianca."
Semua orang mengira Desica akan panik dan langsung meminta maaf seperti Desica yang dulu. Tapi gadis itu hanya diam seolah tak peduli sama sekali. Membuat Johan justru menunggu jawabannya. Desica muak melihat Johan. Kenapa pria ini tidak menolak pertunangan mereka dari dulu kalau memang menyukai Bianca. Sepertinya dulu mereka bisa sampai bertunangan karena Desica sendiri yang tidak tahu diri.
Kedua mata Bianca memerah, tangannya terulur meraih lengan Johan, "Ini semua salahku, sudah, jangan berdebat lagi. Desica pasti juga sangat marah, makannya dia asal bicara. Jangan marah padanya."
Jacky tak tega melihat Bianca. Padahal adiknya yang satu itu yang jadi korban, tapi malah tetap membela Desica. Dia lalu menunjuk ke arah Desica seraya berteriak, "Kamu tidak punya hati, ya? Lihatlah Bianca, dia membelamu sampai seperti ini. Apa kamu masih tidak merasa bersalah? Kuberi satu kesempatan terakhir, cepat minta maaf!"
Justine menarik paksa Bianca, lalu memarahi Desica, "Jangan kira karena Bianca membelamu, kamu jadi tidak perlu minta maaf. Cepat minta maaf hari ini, dengan begitu masalah ini akan selesai."
Bianca kaget melihat Desica yang tetap tenang meski sudah dibentak oleh kakak-kakak mereka. Padahal dulu gadis itu langsung panik dan menurut begitu dibentak.
George ikut maju dan meneriaki Desica, "Lihatlah betapa baiknya Bianca padamu. Tapi kamu malah tega menyuruh preman menganiayanya! Kamu itu sudah mempermalukan Keluarga Sumarko!"
Kalau memang sudah benci, diam pun akan tetap disalahkan. Desica menatap mereka satu persatu. Dia kira ucapan mereka tak akan menyakitinya lagi. Tapi ternyata salah. Dulu dia berusaha keras melakukan yang terbaik untuk mereka demi mendapatkan kasih sayang mereka. Tapi apa yang dia dapatkan sekarang? Daripada Bianca, ternyata justru Keluarga Sumarko lah yang lebih banyak menyakitinya.
Desica menunduk, mencoba menyembunyikan sorot matanya yang perlahan mendingin, "Barusan sudah kukatakan kalau aku tidak akan minta maaf."
"Kamu …." George marah dan menunjuk-nunjuk Desica. Gadis yang dulu selalu menurut itu, entah mengapa kini berubah.
"Ayah, aku sudah baikan sekarang. Bagaimana pun juga Desica ini adikku, aku tidak mau berdebat dengannya." ujar Bianca yang kemudian berbalik menatap Desica. "Desica, cepat minta maaf ke ayah, lalu masak yang enak."
Bianca masih saja pura-pura mengalah dan membela Desica. Bahkan sampai membujuknya, membuat orang jadi iba melihatnya.
Desica mendengus, "Kak, kalau aku memang salah, coba katakan di mana letak kesalahanku. Kalau kamu bisa menjelaskannya, aku akan minta maaf."
Dulu dia kira Bianca adalah orang yang baik karena selalu membelanya tiap Keluarga Sumarko memarahinya. Tapi kini tidak lagi. Dia sudah melihat siapa Bianca yang sebenarnya. Dia tak akan tertipu lagi.
Bianca tercekat usai mendengarnya, kedua matanya mulai berkaca-kaca. Dia ingin membuat Desica mengalah dan minta maaf, tapi gadis itu malah melempar pertanyaan begitu padanya. Dia sampai terdiam karena tak tahu harus menjawab apa. Dulu dia selalu membela Desica ketika gadis itu dimarahi oleh kakak-kakak mereka. Bahkan sampai pada di titik hal itu sudah jadi hal wajar. Tapi kini Desica bukannya berterima kasih, malah bersikap tidak tahu diri padanya. Desica berubah drastis.
"Desica, aku sama sekali tidak punya maksud lain. Aku hanya mau keluargaku bisa hidup harmonis, memangnya kamu kira apa lagi yang kuharapkan?" jelas Bianca dengan kedua mata yang sudah memerah dan meneteskan air mata. Sikapnya ini membuat orang lain jadi kasihan.
Johan yang tidak tega melihatnya pun mengeluarkan sebuah kertas dan melemparkannya pada Desica, "Desica, aku tidak mau menikahi perempuan yang rela menjual tubuhnya demi menindas saudarinya sendiri, menjijikkan! Pertunangan kita cukup sampai di sini!"
Tak ada yang bisa menghentikannya. Surat perjanjian untuk menikah itu pun mengenai wajah Desica dan meninggalkan sedikit bekas goresan. Dia lalu menatap dingin pada Johan, "Baiklah!"
"Kak Johan, kamu …."
"Sudah, jangan membelanya lagi, Bianca. Kamu ini terlalu baik, makannya dia bisa menindasmu begini." ucap Johan memotong kalimat Bianca. Membuat gadis itu hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir. Bianca mau mengatakan sesuatu tapi tidak jadi.
Desica berdeham, lalu menunduk untuk memungut kertas tadi dan mengamatinya. Hm, ini memang perjanjian mereka yang harus menikah. Dia lalu merobek dan melemparkannya balik ke arah Johan dengan tenang.
"Dengar ya, Johan. Aku tahu kamu menyukai Bianca. Karena kertas perjanjian kita untuk menikah juga sudah hancur, jadi sekarang kita bebas mau menikahi orang lain. Sebaiknya kamu dan Bianca segera menikah daripada menyakiti orang lain." Desica merasa lega usai mengatakannya. Dia akhirnya terbebas dari jeratan pria bajing*n dan wanita rendahan itu.