Bab 7 Masih Belum Puas?
George terbelalak melihat sikap Desica, lalu meneriakinya, "Desica, kakekmu yang menjodohkan kalian. Apa hakmu membatalkannya?"
George yang merasa tindakan Desica sama saja tidak menghormati orang tua pun langsung naik darah. Di matanya, Desica sudah semakin keterlaluan. Awalnya gadis itu mengabaikan ucapan kakak-kakaknya, lalu kini tidak menghargainya sebagai ayah. Dan sekarang malah mau membatalkan perjodohan di depan matanya. Ini benar-benar mempermalukannya!
"Apa masih belum cukup kamu membuat masalah? Hari ini Bianca baru pulang dari rumah sakit. Kenapa kamu tidak bisa dewasa seperti kakakmu, dan jangan membuat masalah lagi?" ucap Dessy yang sedang menuruni tangga. Dia menatap ke arah Bianca dengan mata memerah lalu memeluknya. "Bianca, kamu baru saja pulang dari rumah sakit, jangan menangis. Tidak baik untuk kesehatanmu."
Bianca mengangguk sambil tersenyum, membuat Dessy semakin tak tega. Padahal baru saja Keluarga Sumarko terasa damai, tapi kini langsung ribut lagi setelah kedatangan Desica. Dia tidak bisa menyayangi putrinya yang satu ini. Mana ada orang yang suka dengan tukang buat masalah. Setiap kali ada Desica, di situ selalu terjadi masalah.
Desica menatap ibunya yang beberapa bagian wajahnya terlihat mirip dengannya. Ketenangannya mulai terusik, hatinya mulai goyah. Tapi tetap sekuat tenaga menahan air mata. Sayangnya, begitu melihat ekspresi wajah Dessy lagi, Desica tak kuasa membendung kekecewaan di dalam hatinya. Dia kembali mengingat kejadian saat dirinya jatuh dari tangga, di mana Dessy saat itu berkata, "Kalau kamu mati, kamu bisa mendonorkan ginjalmu untuk menyelamatkan Bianca."
Desica tak tahu kenapa dia yang putri kandung Dessy malah diperlakukan seperti orang luar. Jacky lalu mendengus, "Kalau saja dia pengertian seperti Bianca, dia pasti tidak akan melakukan hal ini."
Justine menyahut, "Seperti Bianca? Dia bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Bianca."
Johan menatap Desica dengan tatapan rumit. Gadis di depannya ini terlihat berbeda, karena tetap tenang ditengah caci maki keluarganya. Tanpa mencoba mengalah sedikitpun. Dia terdiam, tak tahu apa yang sedang Desica pikirkan. Tatapan gadis itu kosong, membuat Johan semakin kesal.
Jimmy mendengus, "Kenapa kamu masih datang ke sini, Desica? Padahal semuanya baik-baik saja sebelum kedatanganmu. Apa kamu tidak merasa bersalah setelah membuat banyak masalah?"
Desica benar-benar malas menghadapi orang-orang ini lagi. Dia malas dan enggan berlama-lama di sini, menyebalkan.
"Kakak benar. Aku memang tidak sepeka Bianca, aku ini cuma orang aneh di mata kalian, 'kan? Aku akan pergi supaya tidak mengganggu kumpul-kumpul keluarga kalian."
Ketika Desica hendak berbalik pergi, George lebih dulu menghentikannya. Bukan karena dia peduli pada putrinya, tapi karena tidak ingin dipermalukan saja. Dia harus memberi putrinya ini pelajaran karena sudah keterlaluan.
"Kamu tidak bisa pergi ke mana-mana sebelum memberikan penjelasan." George meneriaki Desica dengan penuh amarah, membuat gadis itu menoleh. Kedua matanya sudah sedikit memerah, tapi tak ada yang peduli. Mereka semua hanya peduli pada Bianca.
"Apa lagi yang mau Tuan George dengar? Bukankah ini yang Tuan mau? Karena aku membatalkan perjodohanku dengan Johan, Bianca jadi bisa bersanding dengan Johan. Masih belum puas juga?"
Bukankah ini yang sejak dulu mereka mau, bahkan sampai jadi masalah berbuntut panjang. Sekarang saat Desica sudah menyerah, kenapa malah dia lagi yang disalahkan?
George sama sekali tidak menduga kalau Desica akan melakukan hal ini. Meskipun gadis itu tidak pernah mendengarkannya, tapi dia tetaplah putrinya. Perasaannya jadi campur aduk melihat putrinya harus pura-pura kuat. Dia ingin menjelaskannya, tapi bibirnya seperti keluh dan akhirnya hanya bisa diam.
Kedua mata Desica memancarkan perasaan kecewa. Ketika dia berbalik pergi, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi dan jatuh membasahi tangannya. Membuat tangannya terasa dingin, sama seperti hatinya.
"Desica, apa yang terjadi padamu? Siapa yang membuatmu menangis?"
Saat di taman, Desica bertemu dengan Danny yang baru pulang. Desica berbalik dan segera menghapus air matanya. Dia tidak mau ada satu orang pun anggota Keluarga Sumarko melihat dia lemah begini.
Danny berpikir sejenak, dia bisa menduga apa yang terjadi. Pasti Desica bertengkar lagi dengan orang-orang di dalam. Desica kini berubah, sudah bukan lagi adiknya yang penurut. Desica yang sekarang membuatnya jadi semakin tertekan.
Dia menghela napas dan mendekati adiknya, "Ayo, kakak temani ke dalam. Aku yakin mereka akan memaafkanmu kalau kamu minta maaf. Bagaimanapun juga, kamu putri kandung keluarga ini."
Desica mendengus, "Kakak juga mengira kalau aku pelakunya?"