Bab 2 Kesepian

Dua hari sebelumnya. "Nay, kamu sibuk nggak?" suara Mas Arya—suamiku, setengah berteriak saat dia turun sambil menenteng dasi. Mas Arya menghampiriku yang sedang sibuk mencuci piring di dapur. "Sini aku bantu pasangin dasinya, Mas," Mas Arya menundukkan sedikit kepalanya saat tanganku bergerak dengan cepat memakaikan dasi, "Nah, udah oke dan keren, Mas!" Aku membereskan lipatan kerah bajunya dan mengusapkan kemejanya sambil tersenyum. "Terima kasih sayang, kamu memang yang terbaik." Satu kecupan mendarat di keningku. Seperti biasanya sebelum Mas Arya pamit untuk bekerja dia selalu melakukan rutinitas manisnya. "Hati-hati dijalan ya sayang, hari ini kamu lembur lagi?" Aku bertanya dan sudah memasang wajah cemberut pada suamiku. Mas Arya jarang banget pulang ke rumah tepat waktu. Tiap hari, dia sibuk bekerja dan bekerja. Aku bertanya karena nanti malam, malam jum'at. Ada hasrat yang ingin aku salurkan juga sebagai pasangan suami istri yang jarang sekali Mas Arya menyentuhku. "Sepertinya begitu, kamu nggak usah tunggu aku. Kunci rumah dan langsung tidur saja. Aku bawa kunci cadangan seperti biasa. Kenapa Nay?" Mas Arya membuka pintu mobilnya dan menaruh tas kerjanya lebih dulu di kursi samping kemudinya. Aku hanya menghela nafas. Meski ingin sekali aku meminta Mas Arya pulang lebih cepat. Kalau aku bahas sekarang sebelum dia berangkat kerja, yang ada dia akan kesal dan menyalahkan aku kalau harinya nanti akan bad mood. Padahal itu permintaan kecilku, hanya ingin Mas Arya pulang lebih awal saja. “Nggak apa—apa kok, Mas, aku hanya tanya, mungkin saja kamu bisa pulang lebih cepat!” dihatiku padahal sangat berharap Mas Arya lebih peka dengan keinginanku. Hubungan harmonis bukan hanya tercipta dari suami yang giat bekerja, selalu memenuhi apa yang aku minta, tapi juga nafkah dan lahir harus terpenuhi. Dan nggak membuatku selalu kesepian di rumah. Untungnya aku punya sedikit keahlian, bikin kue dan jajanan pasar. Bersyukurnya lagi, keahlianku ini lumayan disukai oleh tetangga dekat atau jauh. Mereka selalu saja memesan kue untuk acara ulang tahun anak, arisan atau selamatan. Aku menerima semua karena untuk mengisi waktu dirumah biar nggak terus melamun apalagi sudah tiga tahun kami menikah, aku belum juga mendapat momongan. Kami sudah melakukan pemeriksaan, dokter mengatakan semua baik-baik saja. Tidak ada yang mandul dari kami, hanya saja memang kami kurang sekali berolahraga ranjang dengan kesibukan Mas Arya itu. Aku pun kadang bingung, hari libur pun Mas Arya sering banget mendapatkan panggilan kerja. Sebagai istri yang selalu menurut apa kata suami. Aku mah hayo aja, apa yang suamiku bilang, aku percaya. Sebab itulah sumber keharmonisan rumah tangga kami. Saling percaya. Apalagi Mas Arya membatasi jam pertemuanku diluar bersama teman-teman. Padahal sesekali, ingin rasanya aku menghilangkan rasa jenuh dengan sekedar berkumpul atau hangout sebentar. Mas Arya nggak suka itu. Dia sukanya, aku dirumah. Menjadi istri yang selalu menurut apa katanya dan hanya memenuhi semua kebutuhannya di rumah. “Kalo kamu bête seharian di rumah kamu bisa panggil Dian dan Nada ke rumah, aku rasa jadwal kampus mereka bisa di sesuaikan untuk menemani kamu, Nay!” ucap Mas Arya, sepertinya dia menyadari wajah cembetut—ku. Ya kira—kira itulah solusi yang dapat Mas Arya tawarkan, memanggil Dian dan Nada adik—adiknya ke rumah untuk menemaniku. Bukannya aku nggak suka Dian dan Nada ke rumah, tapi kalau ke rumah pasti saja ada omongan dari mertua yang membuat telinga—ku panas, kepala—ku pusing tujuh keliling dan yang pastinya hatiku sakit saat mendengar sindiran mereka tentang kehadiran anak di tengah—tengah keluarga kami. Meski Mas Arya memenuhi semua kebutuhanku, tapi sesekali sebagai seorang istri aku pun ingin dianggap, disayang dan diperhatikan. Aku nggak perlu dikasih hadiah intan berlian, cukup Mas Arya bisa meluangkan waktunya sedikit saja untuk—ku dengan pulang kantor lebih cepat. Dia nggak pernah peka, kalau aku itu kesepian. “Nggak usah Mas, hari ini aku pasti sibuk. Aku ada pesanan risol dan panada masing-masing seratus piece untuk acaran selamatan di rumah bu Mina. Nanti juga ada bu Lastri yang bantu aku dirumah kok.” Aku mencoba menghilangkan rasa kecewaku dengan menghibur diri seperti ini. Setiap kali Mas Arya meminta Dian atau Nada ke rumah, alasan ini adalah jurus terjitu untuk menghindari mereka. “Okeh, ya sudah kalau begitu,” saat Mas Arya akan masuk ke dalam mobil, dia berbalik lagi, “Oya, kalau hari jum’at kamu ada pesanan nggak, Nay?” sepertinya Mas Arya teringat sesuatu. “Belum sih Mas, kenapa?” “Aku baru ingat, temanku ulang tahun dan aku pernah bilang kalau kamu bisa bikin kue ulang tahun, trus dia pesan satu untuk jum’at sebelum makan siang, kamu kira-kira bisa antar nggak?” Hmmm … selalu saja seperti ini kelakuan Mas Arya, bertanya satu hal aku bisa atau tidak, tapi dia sendiri yang sudah memutuskan dan pastinya aku nggak mungkin bisa menolaknya. Ingin sekali aku menolaknya, tapi lagi—lagi kalau aku menolaknya, sudah barang tentu Mas Arya ngambek lagi. Ngambeknya persis seperti anak kecil, setiap satu hal nggak sesuai dengan keinginannya, aku pasti dicuekin. Disenggol atau ditawari makan pun pasti nggak jawab. Tidur pun sudah pasti memunggungiku. Mas Arya selalu saja jago kalau masalah aksi tutup mulutnya. “Aku coba buatkan Mas, tapi apa dia ada permintaan khusus untuk dekorasinya atau mungkin request tertentu?” dan pada akhirnya aku mengalah. Mau nggak mau menurut padanya. Meski pun nggak nyaman. Semua aku lakukan demi menjaga keharmonisan keluarga kami. “Nggak ada. Kamu bikin yang kayak biasa aja, toh dia pasti nggak akan makan. Itu paling buat formalitas aja di kantornya. Alamat kantor dan uang transferan kuenya nanti aku transfer ke rekeningmu, ok?” aku hanya mengangguk. Nggak mau membantah. Mencoba bersikap biasa dan memberikan senyuman terindah untuk mengantar kepergiannya, meskipun hatiku gondok setengah mati. Hah, bisa—bisanya pesan kue untuk formalitas. Dia nggak tau apa, aku buatnya nanti setengah mati. Trus dia nggak makan, ck, ck, ck, kelakuan anak orang kaya memang beda. Nggak pernah bisa menghargai apapun jerih payah seseorang. Bagi mereka, uang bisa menyelesaikan masalah. *** Seharian ini aku hanya bisa duduk melamun. Entah kemana pikiranku. Sejak aku mengantar kue tadi siang, pulang ke rumah aku gelagapan dan lemas sendiri. Bahkan debaran jantungku masih terasa saat menyaksikan peristiwa menegangkan tadi siang. Mengisi waktu dengan menonton tipi jadi hiburan satu-satunya untuk menghilangkan bayangan tadi siang. Aku masih belum bisa konsen dengan pikiranku. Otakku tiba—tiba membayangkan dan suara desahan tadi siang benar—benar menggangguku. “Hah, lupakan Nay, jangan gila. Masa ngebayangin punya orang sih … ah lebih tepatnya itu milik sahabat suami kamu sendiri, Nay. Please lupain!” gumamku sambil menikmati tipi channel luar yang sedang dalam tanyangan mendebarkan. Aku tersedak hingga baju tidurku yang berwarna putih menerawang itu. tanpa aku kenakan penyangga di kedua gunung kembarku dan aku juga nggak menggunakan kain segitiga. Cairan soda berwarna merah tadi tepat tumpah di tengah—tengah hingga membuat ciplakan besar pada kedua gunungku. Aku memang tidur tidak pernah menggunakan penyangga di kedua gunung dan kain segitigaku. Sebab aku ingin tidur bebas. Alasan lainnya karena aku ingin selalu menyambut Mas Arya pulang dengan keadaan seperti itu. Agar Mas Arya dengan mudah menjamah tubuhku, jika sewaktu-waktu dia menginginkan bercinta denganku. Aku berani berbuat nekat seperti itu karena di rumah tak ada seorang pun. Aku hanya tinggal berdua dengan Mas Arya dan jujur kalau malam menjelang aku sangat merindukan semua sentuhan dari Mas Arya. Aku terkejut saat mendengar bunyi bel rumah. Saat kulirik jam di dinding masih jam setengah tujuh malam. Sontak dengan penuh kegembiraan aku menyambutnya. Aku nggak sangka kalau malam ini Mas Arya pulang cepat. Saking girangnya, karena memang Mas Arya jarang banget pulang cepat. Aku nggak mau melewatkan kesempatan ini. Aku akan merayunya habis—habisan di ranjang sebelum dia tidur nanti. Pikirku. “Mas Arya, kamu pulang cepat? Aku senang banget!” saat kubuka pintu aku langsung melompat ke dalam pelukannya. Memeluk tubuhnya dengan erat. Aku seolah nggak sabar ingin menyalurkan semua gairah-ku malam ini dengan Mas Arya. Pokoknya, aku sudah bertekad nggak akan ngijinin dia tidur, sebelum malam ini aku puas. Aku ingin menghilangkan semua bayangan da n desahan kenikmatan yang tadi siang kusaksikan ….
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Desahan Bab 2 Kesepian Bab 3 Aku Ingin Bab 4 Gairah Nakal Bab 5 Sisi Lain Bab 6 Murahan Bab 7 Permainan Gila Bab 8 Sendiri Bab 9 Pengakuan appBab 10 Aku Datang Bulan appBab 11 Tubuhmu Candu appBab 12 Surga Dunia appBab 13 Bayi Besar appBab 14 Menjadi Selingkuhan appBab 15 Mama Sri appBab 16 DIa Calon Istriku appBab 17 Kepergok Mama appBab 18 Alex Tofak Memaksaku appBab 19 Iatri Boneka appBab 20 Kencan Pertama appBab 21 Misi appBab 22 Perang Batin appBab 23 Terkutuk appBab 24 Kehangatan Hati appBab 25 Bukan Pertama appBab 26 Kelakuan Buruk appBab 27 Model appBab 28 Kucing Betina appBab 29 Terkena Jebakan appBab 30 Bersamamu appBab 31 Aldo Dan Bondan appBab 32 Aku Lelakimu appBab 33 Biarkan Aku appBab 34 Awal Baru appBab 35 Dukungan appBab 36 Jangan Pergi appBab 37 Bini Sahabat appBab 38 Tendangan Maut appBab 39 Aku Bebas appBab 40 Malaikat appBab 41 Belahan Jiwaku appBab 42 DIa Hamil Anakku appBab 43 Kalah Satu Langkah appBab 44 Janda Hot appBab 45 Istriku Tersayang appBab 46 Tak Bisa Dicegah appBab 47 Bermain Bersama appBab 48 Bertemu Keluarga Alex appBab 49 Keluarga Bobrok appBab 50 Nicholas Wijaya appBab 51 Aku Juga Hamil appBab 52 Gugurkan Saja appBab 53 Aku Bahagia appBab 54 Boneka Keluarga Wijaya appBab 55 Terselamatkan appBab 56 Obati Lukaku appBab 57 Berhutang Penjelasan appBab 58 Keguguran appBab 59 Aku Gak Mau Diperiksa appBab 60 Mama Egois appBab 61 Mas Ngambek appBab 62 Saling Percaya appBab 63 Kisah Alex appBab 64 Masa Kelam appBab 65 Mode On Cemburu appBab 66 Kejujuran appBab 67 Ini Anakmu appBab 68 Tapi, Bukan Aku appBab 69 Kabar Buruk appBab 70 Suamiku Hanya Untukku appBab 71 Pinjamkan Istrimu appBab 72 Jangan Alasan appBab 73 Cerewet Dan Berisik appBab 74 Mas Arya Berubah appBab 75 Dani Cemburu appBab 76 Yunna appBab 77 Kau Mengambil Hatiku appBab 78 Yang Pertama appBab 79 Tak Rela appBab 80 Memberikan Keringanan appBab 81 Kepergian Dian appBab 82 Tak Ada Rahasia appBab 83 Semua Yang Pertama appBab 84 Ingin Protes appBab 85 Hari Berkabung appBab 86 Kembali Di Bully appBab 87 Bertemu Yunna appBab 88 Nenek Sihir appBab 89 Mencari Keributan appBab 90 Tidurlah Sayang appBab 91 Trik Farah appBab 92 Lahar Meleduk appBab 93 Aku Menyerah appBab 94 Melabeli Yunna appBab 95 Mogok appBab 96 Biologi appBab 97 Permainan Gila Alex dan Nico appBab 98 Bedah Anatomi appBab 99 Gol Pertama appBab 100 Ambar Menyerah appBab 101 Nada Pulang appBab 102 Lebih Kejam Dari Ibu Tiri appBab 103 Suami Bar-bar appBab 104 Tak Bisa Diselamatkan appBab 105 Nada Minta Maaf appBab 106 Mas Arya Move On appBab 107 Sinar Baru appBab 108 Wanita Gila appBab 109 Kejutan appBab 110 Terbongkar appBab 111 Selamat Tinggal appBab 112 Welcome To The Hell appBab 113 Sisterhood appBab 114 Maafkan Aku appBab 115 Berdamai appBab 116 Err appBab 117 Tarik Ulur appBab 118 Tiga B appBab 119 Jaminan appBab 120 Pemakaman appBab 121 Berdebar appBab 122 Ketahuan appBab 123 Berakhir Tragis appBab 124 Berbeda appBab 125 Mencuri Hati appBab 126 Aku Bertanggung Jawab appBab 127 Seratus Juta appBab 128 Copet Lagi appBab 129 Gelora appBab 130 Tabrakan Bibir appBab 131 Kamu Milikku appBab 132 Kamu Dimana appBab 133 Pantang Mundur appBab 134 Kenikmatan Sesaat appBab 135 Kita Menikah appBab 136 Pengalaman Pertama appBab 137 Satu Ronde appBab 138 Kenapaa Dia appBab 139 Serangan appBab 140 Aku Mau Lagi appBab 141 Nikmatnya Kamu appBab 142 Maafkan Aku appBab 143 Dikerjai appBab 144 Mencicipinya appBab 145 Di Semprot appBab 146 Jadikan Yang Kedua appBab 147 Tergoda appBab 148 Pacar Gelap appBab 149 Kejutan appBab 150 Menjadi Tumbal appBab 151 Tidak appBab 152 Tidak Menolak appBab 153 Mau Minum Susu appBab 154 Aku Kangen appBab 155 Minta Jatah Susu appBab 156 Mati Kutu appBab 157 Sarapan Bersama appBab 158 Keracunan appBab 159 Lamunan Gila appBab 160 Menemani Belanja appBab 161 Hilang appBab 162 Pengakuan appBab 163 Bernapas Lagi appBab 164 Monster Pengigit appBab 165 Bimbang appBab 166 Kenyataan Pahit appBab 167 Perang Dingin appBab 168 Bercinta appBab 169 Masa Lalu appBab 170 Bubur Ayam appBab 171 Makam Ambar appBab 172 Wanita Lain appBab 173 Kita Akhiri appBab 174 Tak Sadarkan Diri appBab 175 Sadar Kembali appBab 176 Tidak Akan Memaksa appBab 177 Aku Ingin Pulang appBab 178 Permintaan Gila appBab 179 Suasana Baru appBab 180 Hari Sendiri appBab 181 Kesal appBab 182 Pergi appBab 183 Menguras Energi appBab 184 Lepaskan Dia appBab 185 Tidak Bisa Melepaskannya appBab 186 Berusaha Menerima appBab 187 Aku Sudah Bercerai appBab 188 Cangkang Baru appBab 189 Meeting appBab 190 Aku Sudah Punya Pacar appBab 191 Salahkah Aku appBab 192 Rahasia appBab 193 Tangan Dingin appBab 194 Aku Akan Menceraikannya appBab 195 Curang appBab 196 Pemilik Hati appBab 197 Setuju appBab 198 Berubah appBab 199 Pamer appBab 200 Calon Bini appBab 201 Bakal appBab 202 Bertemu Azka appBab 203 Seken Premium appBab 204 PDKT appBab 205 Panggilan Sayang appBab 206 Alex VS Arya appBab 207 Sudah Resmi appBab 208 Diambil Alih appBab 209 Tidak Sabar appBab 210 Belah Duren appBab 211 Kesebelasan appBab 212 Overprotektif appBab 213 Cendol Duren appBab 214 Tahan appBab 215 Istri Kesayangan appBab 216 Borong Baju appBab 217 Menghilang appBab 218 Ribut appBab 219 Menyebalkan appBab 220 Sakit Perut appBab 221 Kembali Pulang appBab 222 Bawa Dia appBab 223 Jatah appBab 224 Penyergapan appBab 225 Dimana Dia? appBab 226 Duniaku appBab 227 Bertemu Orang Gila appBab 228 Kesukaanku appBab 229 Ingin Pulang appBab 230 Tolong Bunuh Aku appBab 231 Nikmati Saja appBab 232 Dia Bukan Miranda appBab 233 Istriku appBab 234 Tak Bisa Menahan appBab 235 Mengatur Siasat appBab 236 Diberikan Izin appBab 237 Turut Serta appBab 238 Malam Hari appBab 239 Kalah Tetak appBab 240 Grace Penasaran appBab 241 Akhirnya Bebas appBab 242 Aku Pingin appBab 243 Melepaskan Kepergianmu appBab 244 Andreas Cemburu appBab 245 Tidak Bermimpi Buruk appBab 246 Merasa Bersalah appBab 247 Aku Akan Menghitung nya appBab 248 Ikutan Gila appBab 249 Tidak Punya Pilihan appBab 250 Kesurupan appBab 251 Perubahan appBab 252 Minta Tolong appBab 253 Kelemahan Amara appBab 254 Permintaanmu Aku Kabulkan appBab 255 Selesaikan Urusanmu appBab 256 Buat Perjanjian appBab 257 Sarang Penyamun appBab 258 Nekat appBab 259 Tersangka Utama appBab 260 Obssessed appBab 261 Serangga Nakal appBab 262 Bukan Miliknya appBab 263 Segara Sadar appBab 264 Muka Tembok appBab 265 Tak Akan Menyerah appBab 266 Obati Lukamu appBab 267 Menebus Dosa appBab 268 Minta Bantuan appBab 269 Izin Resmi appBab 270 Menyatakan Perang appBab 271 Tarik appBab 272 Adu Balap appBab 273 Datang Tanpa Diundang appBab 274 Berbagi Hati appBab 275 Tetap Tidak Rela appBab 276 Spekulasi appBab 277 Keceplosan appBab 278 Terungkap appBab 279 Mara Bimbang appBab 280 Aku Hanya Mencintaimu appBab 281 Keputusan Berat appBab 282 Jangan Menyesal appBab 283 Seperti Gulali appBab 284 Laki-laki Bodoh appBab 285 Jalan Pintas appBab 286 Tekad Andreas appBab 287 Kasihan Kamu appBab 288 Bebaskan Aku appBab 289 Tak Akan Beri Kamu appBab 290 Kita Pergi Saja appBab 291 Perhatian Andreas appBab 292 Istirahat Saja appBab 293 Maafkan Aku appBab 294 Makin Panas appBab 295 Raja Iblis appBab 296 Maafkan Papa appBab 297 Salah Orang appBab 298 Putri Kesayangan appBab 299 Moment Berharga appBab 300 Harus Dipenuhi appBab 301 Mengambil Keputusan appBab 302 Jangan Libatkan Aku appBab 303 Perpisahan Sementara appBab 304 Penebus Dosa appBab 305 Belum Mau Mati appBab 306 Kesendirian appBab 307 Jiwa appBab 308 Janji Reno appBab 309 Pertemuan Terakhir app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta